Salam komando narasumber dan tamu undangan Silatnas ke 2 Dunia Santri di PP Sadamiyyah, Desa Guyangan Kecamatan Bangsri, Jepara |
JEPARA – Isu lingkungan dan sampah
yang sebelumnya dibahas dalam Bahtsul Masa’il PBNU kini dibahas lebih lanjut
lagi oleh para santri lintas daerah. Bertempat di PP Sadamiyyah, Desa Guyangan
Kecamatan Bangsri, Dunia Santri Community (DSC) menggelar silaturrahmi nasional
(silatnas) ke- 2, Jumat-Sabtu (3-4/5/2019)
yang sebelumnya dibahas dalam Bahtsul Masa’il PBNU kini dibahas lebih lanjut
lagi oleh para santri lintas daerah. Bertempat di PP Sadamiyyah, Desa Guyangan
Kecamatan Bangsri, Dunia Santri Community (DSC) menggelar silaturrahmi nasional
(silatnas) ke- 2, Jumat-Sabtu (3-4/5/2019)
Mengangkat tema “Bersama
Santri Menjaga Bumi,” para peserta dari berbagai daerah di Pulau Jawa
tersebut mendiskusikan berbagai isu lingkungan, yang juga menjadi perhatian
dunia. Salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah masalah sampah plastik
dan limbah pabrik.
Santri Menjaga Bumi,” para peserta dari berbagai daerah di Pulau Jawa
tersebut mendiskusikan berbagai isu lingkungan, yang juga menjadi perhatian
dunia. Salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah masalah sampah plastik
dan limbah pabrik.
Muhammad Ismail Al- Ascholi, salah
satu narasumber mengatakan, sebagai santri muda, sudah seharusnya DSC mengambil
peran untuk menindaklanjuti hasil Bahstul Masa’il yang membahas persoalan
sampah dan lingkungan. Sebab, telah dipahami bersama bahwa di seluruh belahan
dunia mengalami persoalan lingkungan yang sama. Ini menunjukkan betapa bumi
telah berada pada arah kerusakan masal.
satu narasumber mengatakan, sebagai santri muda, sudah seharusnya DSC mengambil
peran untuk menindaklanjuti hasil Bahstul Masa’il yang membahas persoalan
sampah dan lingkungan. Sebab, telah dipahami bersama bahwa di seluruh belahan
dunia mengalami persoalan lingkungan yang sama. Ini menunjukkan betapa bumi
telah berada pada arah kerusakan masal.
Ismail menjelaskan, dalam surat Ar-
rum ayat 41-42 sebenarnya terdapat peringatan dari Allah bahwa kerusakan di
darat dan di lautan secara masal terjadi hanya karena ulah manusia yang tidak
bisa mengontrol perilakunya.
rum ayat 41-42 sebenarnya terdapat peringatan dari Allah bahwa kerusakan di
darat dan di lautan secara masal terjadi hanya karena ulah manusia yang tidak
bisa mengontrol perilakunya.
“Atas ulah kita (manusia)
itulah yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, baik di darat maupun
lautan,” paparnya.
itulah yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, baik di darat maupun
lautan,” paparnya.
Nurul Fadillah, salah satu santri
asal Jombang yang juga menjadi narasumber menambahkan, sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki kebudayaan yang arif, sebenarnya kita dapat mempelajari dan
menjalankan kearifan-kearifan lokal yang dulunya menjadi kebiasaan para leluhur
dalam menjaga ekosistem bumi.
asal Jombang yang juga menjadi narasumber menambahkan, sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki kebudayaan yang arif, sebenarnya kita dapat mempelajari dan
menjalankan kearifan-kearifan lokal yang dulunya menjadi kebiasaan para leluhur
dalam menjaga ekosistem bumi.
Nurul menjelaskan, para leluhur
telah terbiasa menggunakan berbagai hasil alam untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Namun, setelah plastik muncul dengan beragam wujud dan kegunaan,
masyarakat kita mulai bergeser untuk menggunakan plastik dibanding kekayaan
alam. Dalihnya tentu saja kepraktisan.
telah terbiasa menggunakan berbagai hasil alam untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Namun, setelah plastik muncul dengan beragam wujud dan kegunaan,
masyarakat kita mulai bergeser untuk menggunakan plastik dibanding kekayaan
alam. Dalihnya tentu saja kepraktisan.
“Dulu orang- orang makan
menggunakan daun atau piring yang tidak terbuat dari plastik. Menaruh
barang-barang pun begitu. Sekarang kita telah sadar bahwa plastik membawa
dampak yang sangat buruk bagi keberlangsungan ekosistem,” ujarnya.
menggunakan daun atau piring yang tidak terbuat dari plastik. Menaruh
barang-barang pun begitu. Sekarang kita telah sadar bahwa plastik membawa
dampak yang sangat buruk bagi keberlangsungan ekosistem,” ujarnya.
Melalui kearifan lokal dan
kebudayaan, lanjut Nurul, sebenarnya kita bisa menyadarkan masyarakat yang
masih abai dalam persoalan lingkungan dengan beragam cara. Salah satunya yakni,
misalnya dalam ekosistem sungai dan laut, kita bisa memberikan
literasi-literasi yang menunjukkan hubungan antara manusia dan sungai atau laut
pada masa lalu. Bahwa manusia sangat bergantung kepada sungai atau laut untuk
memenuhi kebutuhan dalam berbagai aspek. Mulai dari tempat mencari makan,
mandi, hingga tempat untuk menenangkan diri.
kebudayaan, lanjut Nurul, sebenarnya kita bisa menyadarkan masyarakat yang
masih abai dalam persoalan lingkungan dengan beragam cara. Salah satunya yakni,
misalnya dalam ekosistem sungai dan laut, kita bisa memberikan
literasi-literasi yang menunjukkan hubungan antara manusia dan sungai atau laut
pada masa lalu. Bahwa manusia sangat bergantung kepada sungai atau laut untuk
memenuhi kebutuhan dalam berbagai aspek. Mulai dari tempat mencari makan,
mandi, hingga tempat untuk menenangkan diri.
“Kita tahu bahwa orang-orang
dulu sering bermeditasi di pinggir-pinggir sungai dan laut. Mereka mencari
ketenangan. Mereka menyatukan jiwa dan alam. Untuk itu mereka selalu menjaga
dan merawat ekosistem yang melingkupinya,” tandasnya.
dulu sering bermeditasi di pinggir-pinggir sungai dan laut. Mereka mencari
ketenangan. Mereka menyatukan jiwa dan alam. Untuk itu mereka selalu menjaga
dan merawat ekosistem yang melingkupinya,” tandasnya.
Melalui silatnas DSC ke- 2 ini,
para santri berharap agar bisa terus menjalin silaturrahmi antar santri dari
berbagai latar belakang pondok pesantren untuk terus mendorong peran santri
bagi masyarakat. Tidak hanya dalam hal agama saja, melainkan seluruh elemen
kehidupan. (fmh)
para santri berharap agar bisa terus menjalin silaturrahmi antar santri dari
berbagai latar belakang pondok pesantren untuk terus mendorong peran santri
bagi masyarakat. Tidak hanya dalam hal agama saja, melainkan seluruh elemen
kehidupan. (fmh)