BUDAYA – Perbincangan soal muruah atau marwah sangat menarik, dalam acara Suluk Maleman, Sabtu (18/5) malam.
Terlebih dengan kehadiran KH. A. Mustofa Bisri yang membedah soal tema menjaga muruah tersebut.
Kiai kharismatik yang akrab disapa Gus Mus ini menyebut bahwa koruptor dinilai tak dapat menjaga muruah atau kehormatan dirinya sebagai manusia.
“Sebuah hadits yang menegaskan bahwa Allah lebih mencintai mukmin yang kuat. Kuat di sini bukan hanya secara jasmani, tapi juga secara ruhani. Kalau dirunut akhlak atau budi pekerti mulia itu sumbernya pasti dari kekuatan. Sebaliknya segala sesuatu yang buruk senantiasa berasal dari kelemahan,” paparnya.
Perilaku korup berawal dari sikap lemah terhadap dunia
“Kita ini membayangkan anaknya lapar saja tidak kuat. Akhirnya mempersetankan norma, rakyat, bahkan dari mana asal harta tersebut. Berbeda dengan orang yang loman (dermawan, red) yang tidak pernah takut melarat saat bersedekah,” terang Gus Mus.
Gus Mus lantas menceritakan tentang doa Kanjeng Nabi yang memilih miskin. Dalam doanya Kanjeng Nabi memohon hidup miskin, mati dalam keadaan miskin dan dibangkitkan bersama orang-orang miskin. Padahal Nabi bisa saja memilih untuk kaya.
Pengasuh Suluk Maleman Anis Sholeh Baasyin, punya penjelasan menarik soal muruah ini. Budayawan kenamaan ini menceritakan dawuh dari Mbah Dullah Salam dari Kajen.
“Mbah Dullah Salam pernah dawuh; sebagai mahluk yang paling unggul, mengapa manusia bangga bila bisa terbang, padahal itu bisa dilakukan oleh burung? Untuk apa bangga bila bisa berjalan diatas air, padahal itu bisa dilakukan oleh ular? Untuk apa bangga bila bisa kebal, padahal itu bisa dilakukan oleh batu? Bukankah kedudukan manusia lebih tinggi dari batu, ular atau burung? Bukankah dengan itu semua, manusia justru sedang merendahkan kehormatannya sebagai manusia?,” ujarnya.
Penulis: Arif
Editor: Fatwa