Kehadiran buku
berjudul Saring sebelum Sharing ini
semakin menyadarkan kita untuk tak gampang buru-buru percaya sebuah kebenaran. Sebab, bisa jadi kebohongan yang terus berulang dipercaya menjadi kebenaran. Setidaknya
hal itu yang hendak disampaikan penulisnya. Profesor Nadirsyah Hosen. Atau kita
akrab mengenalnya Gus Nadirsyah. Rosi Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI)
Nahdlatul Ulama Australia dan Selandia Baru.
berjudul Saring sebelum Sharing ini
semakin menyadarkan kita untuk tak gampang buru-buru percaya sebuah kebenaran. Sebab, bisa jadi kebohongan yang terus berulang dipercaya menjadi kebenaran. Setidaknya
hal itu yang hendak disampaikan penulisnya. Profesor Nadirsyah Hosen. Atau kita
akrab mengenalnya Gus Nadirsyah. Rosi Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI)
Nahdlatul Ulama Australia dan Selandia Baru.
Salah satu contoh kasus yang dibahas Gus Nadir dalam buku ini adalah soal
quote dari Imam Syafi’i. Dimana disebutkan yang intinya soal ulama yang dibenci
orang kafir, itulah yang diikuti. Setelah ditelisik lebih dalam mengenai quote
yang sudah dianggap benar nyatanya tak ada.
quote dari Imam Syafi’i. Dimana disebutkan yang intinya soal ulama yang dibenci
orang kafir, itulah yang diikuti. Setelah ditelisik lebih dalam mengenai quote
yang sudah dianggap benar nyatanya tak ada.
”Saya sudah mencari-cari pernyataan itu di
kitab-kitabnya Imam Syafi’i. Tidak ada. Entah bacaan saya yang memang kurang
dalam. Atau dolan saya yang kurang jauh,” kata dosen di Monash University ini
sambil bergurau. Saat bertemu dengan salah satu ulama keturunan Imam Syafi’i
pun Gus Nadir tidak mendapat jawaban.
kitab-kitabnya Imam Syafi’i. Tidak ada. Entah bacaan saya yang memang kurang
dalam. Atau dolan saya yang kurang jauh,” kata dosen di Monash University ini
sambil bergurau. Saat bertemu dengan salah satu ulama keturunan Imam Syafi’i
pun Gus Nadir tidak mendapat jawaban.
”Saya bahkan pernah bertanya, apa benar datuknya
jenengan pernah berkata demikian,” kata Gus Nadir menanyakan kepada seorang
ulama yang diakuinya telah lama menjadi teman diskusi dalam berbagai topik
tersebut.
jenengan pernah berkata demikian,” kata Gus Nadir menanyakan kepada seorang
ulama yang diakuinya telah lama menjadi teman diskusi dalam berbagai topik
tersebut.
Kasus semacam itu menjadi sudah sangat sering terjadi.
Banyak netizen, kata Gus Nadir yang juga menanyakan hal itu. Apa benar soal
quote-quote yang sering dibagikan. ”Oleh karena itu kita harus waspada. Terutama
soal quote-quote itu. Asal cantumkan gambar tokoh, lalu ada kata-kata sedikit
di bawahnya. Gus Mus mengaku hal itu sering terjadi padanya. Padahal ia tak
merasa mengatakan hal itu. Ya intinya jika menerima informasi itu jangan
buru-buru diiyakan. Harus tahu sanadnya,” jelas Gus Nadirsyah.
Banyak netizen, kata Gus Nadir yang juga menanyakan hal itu. Apa benar soal
quote-quote yang sering dibagikan. ”Oleh karena itu kita harus waspada. Terutama
soal quote-quote itu. Asal cantumkan gambar tokoh, lalu ada kata-kata sedikit
di bawahnya. Gus Mus mengaku hal itu sering terjadi padanya. Padahal ia tak
merasa mengatakan hal itu. Ya intinya jika menerima informasi itu jangan
buru-buru diiyakan. Harus tahu sanadnya,” jelas Gus Nadirsyah.
Tak hanya itu, Gus
Nadir juga menyindir perilaku orang-orang yang suka bertanya namun sebenarnya
hanya ngetes. Bahkan ada yang lebih parah lagi. ”Ya seperti ketika ada berita misal
isu si A ternyata begini. Kemudian link berita itu diforward ke grup Whatsapp. Padahal sudah jelas di grup itu tidak
ada orang yang bisa memberikan klarifikasi. Tidak ada orang yang punya akses ke
si A. Ya itu sama saja ikut nyebar berita belum tentu benar dengan gaya
bertanya,” papar Gus Nadir. (alb)
Nadir juga menyindir perilaku orang-orang yang suka bertanya namun sebenarnya
hanya ngetes. Bahkan ada yang lebih parah lagi. ”Ya seperti ketika ada berita misal
isu si A ternyata begini. Kemudian link berita itu diforward ke grup Whatsapp. Padahal sudah jelas di grup itu tidak
ada orang yang bisa memberikan klarifikasi. Tidak ada orang yang punya akses ke
si A. Ya itu sama saja ikut nyebar berita belum tentu benar dengan gaya
bertanya,” papar Gus Nadir. (alb)