Para santri saat mengikuti upacara |
Pagi hari, menjelang detik-detik proklamasi, pada Hari Sabtu 17
Agustus 2019, santri-santri Yanbu’ul Qur’an 1 Pati melaksanakan upacara bendera
dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-74. Upacara bendera di Yanbu’ul Qur’an
1 Pati ini sedikit unik, karena dilaksanakan dengan menggunakan atribut santri,
yakni bersarung dan berpeci. 300-an santri dan segenap asatidz Yanbu’ul Qur’an
1 Pati melaksanakan upacara dengan khidmat.
Agustus 2019, santri-santri Yanbu’ul Qur’an 1 Pati melaksanakan upacara bendera
dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-74. Upacara bendera di Yanbu’ul Qur’an
1 Pati ini sedikit unik, karena dilaksanakan dengan menggunakan atribut santri,
yakni bersarung dan berpeci. 300-an santri dan segenap asatidz Yanbu’ul Qur’an
1 Pati melaksanakan upacara dengan khidmat.
Dalam amanat pembina upacara, Kepala SMPQT Yanbu’ul Qur’an 1 Pati ,
Ustadz Sahal Mahfudh M.Pd menyampaikan beberapa amanat kepada para santri,
yaitu:
Ustadz Sahal Mahfudh M.Pd menyampaikan beberapa amanat kepada para santri,
yaitu:
Pertama, bahwa kemerdekaan merupakan jembatan emas Indonesia dalam
membangun sebuah peradaban. Jembatan emas ini hanya bisa dibangun oleh generasi
bangsa yang terdidik dan tercerahkan, sesuai dengan yang pernah diucapkan oleh
Bapak Proklamator RI Ir. H. Soekarno dalam Buku “Di Bawah Bendera Revolusi”.
Jika kemerdekaan merupakan jembatan emas, maka para santri merupakan generasi
emas Indonesia, yang harus mampu mengisi kemerdekaan, dengan menjadi generasi
yang terdidik dan tercerahkan. Sehingga, nanti saat Indonesia berada di satu
Abad, para santri menjadi generasi emas negeri ini yang mampu membawa Indonesia
meraih kemajuan dan kejayaan.
membangun sebuah peradaban. Jembatan emas ini hanya bisa dibangun oleh generasi
bangsa yang terdidik dan tercerahkan, sesuai dengan yang pernah diucapkan oleh
Bapak Proklamator RI Ir. H. Soekarno dalam Buku “Di Bawah Bendera Revolusi”.
Jika kemerdekaan merupakan jembatan emas, maka para santri merupakan generasi
emas Indonesia, yang harus mampu mengisi kemerdekaan, dengan menjadi generasi
yang terdidik dan tercerahkan. Sehingga, nanti saat Indonesia berada di satu
Abad, para santri menjadi generasi emas negeri ini yang mampu membawa Indonesia
meraih kemajuan dan kejayaan.
Kedua, santri yang “terdidik” harus mampu untuk menjadi santri yang
memiliki kompetensi Abad ke-21, yang bisa disingkat menjadi 4K, yaitu: Kritis,
Komunikatif, Kolaboratif, Kreatif. Khusus santri YQBS 1 Pati, ada kompetensi
lain yang juga harus dimiliki, yaitu: Kompetensi Khidmah, yakni mengabdi dan
melayani masyarakat. Sehingga ada 5K yang harus dimiliki oleh santri-santri
Yanbu’ul Qur’an 1 Pati, selain juga harus senantiasa menjaga al-Qur’an
sepanjang hayat.
memiliki kompetensi Abad ke-21, yang bisa disingkat menjadi 4K, yaitu: Kritis,
Komunikatif, Kolaboratif, Kreatif. Khusus santri YQBS 1 Pati, ada kompetensi
lain yang juga harus dimiliki, yaitu: Kompetensi Khidmah, yakni mengabdi dan
melayani masyarakat. Sehingga ada 5K yang harus dimiliki oleh santri-santri
Yanbu’ul Qur’an 1 Pati, selain juga harus senantiasa menjaga al-Qur’an
sepanjang hayat.
Ketiga, santri yang “tercerahkan” adalah yang memiliki akhlak dan
karakter yang baik. Sesuai dengan slogan YQBS 1 Pati “Berfikir Madani Berakhlak
Qur’ani”, santri-santri YQBS 1 Pati harus memiliki akhlak yang sesuai dengan
al-Qur’an. Sebenarnya, mereka punya modal yang besar untuk menjadi generasi
yang terdidik dan tercerahkan. Sebab, setiap hari mereka selalu berupaya
mendekatkan diri kepada Allah, melalui amal-amal ibadah dan aktifitas membaca
dan menghafalkan al-Qur’an. Karenanya, mereka mempunya modal yang besar untuk
menjadi pribadi yang tercerahkan secara ruhani.
karakter yang baik. Sesuai dengan slogan YQBS 1 Pati “Berfikir Madani Berakhlak
Qur’ani”, santri-santri YQBS 1 Pati harus memiliki akhlak yang sesuai dengan
al-Qur’an. Sebenarnya, mereka punya modal yang besar untuk menjadi generasi
yang terdidik dan tercerahkan. Sebab, setiap hari mereka selalu berupaya
mendekatkan diri kepada Allah, melalui amal-amal ibadah dan aktifitas membaca
dan menghafalkan al-Qur’an. Karenanya, mereka mempunya modal yang besar untuk
menjadi pribadi yang tercerahkan secara ruhani.
Keempat, bahwa menurut Imam Al-Ghazali, seseorang bisa mendapatkan
Ilmu Nafik, manakala ia mau menempuh jalan at-Ta’allum (belajar) dan
at-Taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah). Ilmu Nafi’ yang dimaksud Imam
Ghazali adalah ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mengantarkan
masyarakatnya maju, memiliki karakter yang baik, serta dekat dengan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Jalan Ta’allum dan Taqarrub pada dasarnya selain
mengantarkan seseorang meraih Ilmu Nafik, juga mengantarkan pribadi-pribadi
mereka menjadi pribadi yang terdidik dan tercerahkan, yang mampu menjadi
generasi emas pengisi kemerdekaan Indonesia.
Ilmu Nafik, manakala ia mau menempuh jalan at-Ta’allum (belajar) dan
at-Taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah). Ilmu Nafi’ yang dimaksud Imam
Ghazali adalah ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mengantarkan
masyarakatnya maju, memiliki karakter yang baik, serta dekat dengan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Jalan Ta’allum dan Taqarrub pada dasarnya selain
mengantarkan seseorang meraih Ilmu Nafik, juga mengantarkan pribadi-pribadi
mereka menjadi pribadi yang terdidik dan tercerahkan, yang mampu menjadi
generasi emas pengisi kemerdekaan Indonesia.
Kelima, santri-santri harus percaya diri. Jangan merasa rendah
diri. Ketika berkumpul dengan orang lain, harus mampu untuk bergaul. Ketika
berkumpul dengan bangsa lain, harus mampu untuk menjadi pemimpin. Coba
ditelisik sejarah, bahwa Hadhratusy Syekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari saat masih
mondok di Mekkah, pernah menginisiasi sebuah perkumpulan santri-santri yang
berasal dari negara-negara yang terjajah untuk melakukan sebuah sumpah bersama
di depan Multazam, bahwa kelak mereka akan kembali mengabdi kepada negaranya
untuk berjuang jihad fi sabilillah dan memerdekakan agama mereka. Kisah ini
ditulis oleh Sayyid Muhammad Asad Syihab dalam Kitab “al-‘Allamah Muhammad
Hasyim Asy’ari, Wadhi’u Lubnati Istiqlali Indonesia” (KH Muhammad Hasyim
Asy’ari, Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia). Akhirnya, ketika kembali ke
negara masing-masing, mereka mampu untuk berjuang dan berjihad fi sabilillah.
diri. Ketika berkumpul dengan orang lain, harus mampu untuk bergaul. Ketika
berkumpul dengan bangsa lain, harus mampu untuk menjadi pemimpin. Coba
ditelisik sejarah, bahwa Hadhratusy Syekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari saat masih
mondok di Mekkah, pernah menginisiasi sebuah perkumpulan santri-santri yang
berasal dari negara-negara yang terjajah untuk melakukan sebuah sumpah bersama
di depan Multazam, bahwa kelak mereka akan kembali mengabdi kepada negaranya
untuk berjuang jihad fi sabilillah dan memerdekakan agama mereka. Kisah ini
ditulis oleh Sayyid Muhammad Asad Syihab dalam Kitab “al-‘Allamah Muhammad
Hasyim Asy’ari, Wadhi’u Lubnati Istiqlali Indonesia” (KH Muhammad Hasyim
Asy’ari, Peletak Dasar Kemerdekaan Indonesia). Akhirnya, ketika kembali ke
negara masing-masing, mereka mampu untuk berjuang dan berjihad fi sabilillah.
Hadhratusysyekh mampu mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama untuk menyatukan
visi-misi para Ulama untuk melawan penjajah, menginisiasi pendirian Hizbullah
dan Sabilillah yang menjadi wadah militer rakyat untuk melawan penjajah.
Bercermin dari kisah Hadhratusy Syekh Kiai Hasyim Asy’ari, seharusnya para santri
sekarang juga harus percaya diri, dan mampu untuk menunjukkan kemampuan dan
kiprahnya demi berjuang di jalan Allah.
visi-misi para Ulama untuk melawan penjajah, menginisiasi pendirian Hizbullah
dan Sabilillah yang menjadi wadah militer rakyat untuk melawan penjajah.
Bercermin dari kisah Hadhratusy Syekh Kiai Hasyim Asy’ari, seharusnya para santri
sekarang juga harus percaya diri, dan mampu untuk menunjukkan kemampuan dan
kiprahnya demi berjuang di jalan Allah.
Keenam, para santri khususnya santri Yanbu’ul Qur’an 1 Pati di saat
Indonesia mendapatkan bonus demografi pada rentang tahun 2030-2045, harus mampu
berkiprah dan memiliki peranan yang signifikan dalam menyongsong satu abad
Indonesia. Bonus demografi adalah manakala usia penduduk yang produktif (15-64
tahun) di sebuah negara lebih banyak daripada penduduk yang memiliki usia tidak
produktif (dibawah 15, diatas 64). Santri harus mampu mengambil peran, karena
pesantren merupakan salah satu partner pemerintah Republik Indonesia dalam
membangun masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang madani dan berperadaban.
Indonesia mendapatkan bonus demografi pada rentang tahun 2030-2045, harus mampu
berkiprah dan memiliki peranan yang signifikan dalam menyongsong satu abad
Indonesia. Bonus demografi adalah manakala usia penduduk yang produktif (15-64
tahun) di sebuah negara lebih banyak daripada penduduk yang memiliki usia tidak
produktif (dibawah 15, diatas 64). Santri harus mampu mengambil peran, karena
pesantren merupakan salah satu partner pemerintah Republik Indonesia dalam
membangun masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang madani dan berperadaban.