Salah seorang petani cabai dari Desa Sidoarjo Kecamatan Wedarijaksa, Pati. |
PATI – Harga cabai
anjlok di tingkat petani. Dari yang pernah 30 ribu perkilogram menjadi 5 ribu.
Hal ini seperti yang dialami petani cabai di Desa Sidoarjo Kecamatan
Wedarijaksa, Kabupaten Pati.
Salah seorang petabi cabai,
Wario mengatakan, petani merugi pada masa panen kali ini. Bahkan karena
rendahnya harga di pasaran, para petani enggan memanen dan membiarkan tanaman
cabainya mati.
“Gimana lagi dijual
kemana-mana pada enggak mau. Kita biarkan saja, sampai kering tidak disiram,
kalau perlu kita buang saja,” ujar warga Desa Sidoarjo, Kecamatan
Wedarijaksa ini, Selasa (3/8/2021).
Sebelumnya petani cabai
bisa tersenyum sumringah pada bulan Mei lalu. Mengingat saat itu, harga cabai
merah mencapai record tertinggi diangka 30 ribu perkilogram. Namun sekarang,
Waryo hanya bisa menghela napas karena harga cabai jatuh.
“Cabai merah anjlok
habis-habisan saat ini, murah sekali 5 ribu. Dulunya itu bisa sampai 27-30
ribu, habis itu turun jadi 15 ribu dan sekarang cuman 5 ribu. Harga segitu
kayak petani enggak dapat apa-apa, malah rugi, modal enggak balik,”
ungkapnya lesu.
Idealnya, imbuh Waryo,
harga cabai merah di atas Rp10.000 perkilogram. Baru petani mendapatkan
keuntungan dari kerja kerasnya. Namun dengan di harga yang sekarang, petani
hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah mengambil untuk menyetabilkan harga
di pasaran.
“Minimal harga 10
ribu, meski keuntungannya tipis. Biaya operasional kayak pemupukan,
penyemprotan, belum lagi tenaga dan biaya. Modal per hektare itu15 juta lebih.
Petani enggak bisa apa-apa sekarang,” terangnya.
Anjloknya harga cabai
merah, diduga merupakan dampak dari pemberlakukan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM). Lantaran di sejumlah titik terjadi penyekatan, sehingga mengakibatkan
pendistribusian terhambat. Padahal bumbu dapur seperti cabai harus cepat
didistribusikan agar tidak busuk. (hus)