Temuan
Bangkai Macan Tutul “Alarm” Hutan Muria Bermasalah
Bangkai Macan Tutul “Alarm” Hutan Muria Bermasalah
Ngobrol tentang Muria dan konservasinya |
Kursi-kursi di Kafe Wis Go
Ngopi, mulai penuh. Beberapa anak muda asyik ngobrol di satu sudut terpisah. Obrolan-obrolan
kecil membuat hangat malam yang sedang dingin itu (23/2/2020).
Mereka para pegiat
lingkungan, pecinta alam, tukang mendaki gunung. Obrolan tentang kondisi
ekologi Pegunungan Muria serta konservasinya. Mereka merasa prihatin dengan
gunung yang masuk wilayah Pati, Kudus, dan Jepara tersebut.
lingkungan, pecinta alam, tukang mendaki gunung. Obrolan tentang kondisi
ekologi Pegunungan Muria serta konservasinya. Mereka merasa prihatin dengan
gunung yang masuk wilayah Pati, Kudus, dan Jepara tersebut.
Peristiwa penemuan bangkai satwa langka
macan tutul di Desa
Plukaran, Kecamatan Gembong, belum lama ini, memantik perhatian kalangan pecinta
alam di Kabupaten Pati. Temuan bangkai itu disebutnya
menjadi “alarm”
tentang kondisi Muria yang sedang bermasalah.
macan tutul di Desa
Plukaran, Kecamatan Gembong, belum lama ini, memantik perhatian kalangan pecinta
alam di Kabupaten Pati. Temuan bangkai itu disebutnya
menjadi “alarm”
tentang kondisi Muria yang sedang bermasalah.
Dalam resume ngobrol bareng
tersebut, peneliti Muria
Research Center (MRC) M Widjanarko menyebut, ada banyak problem yang terjadi di
Pegunungan Muria. Mulai dari eksploitasi sumber daya air untuk kepentingan
jual-beli, penambangan batu dan pasir, alih fungsi lahan, dan juga perburuan.
tersebut, peneliti Muria
Research Center (MRC) M Widjanarko menyebut, ada banyak problem yang terjadi di
Pegunungan Muria. Mulai dari eksploitasi sumber daya air untuk kepentingan
jual-beli, penambangan batu dan pasir, alih fungsi lahan, dan juga perburuan.
Lahan di Pegunungan Muria sedang kritis.
Diduga karena adanya pembukaan lahan oleh petani, dengan indikator adanya macan
tutul yang turun. ”Saat ini banyak kebun-kebun warga yang sebetulnya sudah
masuk di kawasan hutan lindung Pegunungan Muria,” kata akademisi dari
Universitas Muria Kudus, pada Minggu malam lalu bersama komunitas pecinta alam
di sebuah warung kopi. Beberapa komunitas yang hadir seperti dari PALUPI,
BOEMI, dan pegiat-pegiat aktivitas pendaki gunung di sekitar Muria.
Diduga karena adanya pembukaan lahan oleh petani, dengan indikator adanya macan
tutul yang turun. ”Saat ini banyak kebun-kebun warga yang sebetulnya sudah
masuk di kawasan hutan lindung Pegunungan Muria,” kata akademisi dari
Universitas Muria Kudus, pada Minggu malam lalu bersama komunitas pecinta alam
di sebuah warung kopi. Beberapa komunitas yang hadir seperti dari PALUPI,
BOEMI, dan pegiat-pegiat aktivitas pendaki gunung di sekitar Muria.
Obrolan tentang kondisi ekologi Muria
berjalan mengalir. Widjanarko berperan menjadi pemantik obrolan, sekaligus
narasumber.
berjalan mengalir. Widjanarko berperan menjadi pemantik obrolan, sekaligus
narasumber.
Selain itu, aktivitas pendakian di Pegunungan
Muria hanya sekadar aktivitas hobi, yang tida jarang berujung pada aksi
vandalisme bahkan pengrusakan. Padahal kegiatan tersebut seharusnya bisa
dibarengi dengan aktivitas pengamatan dan pendokumentasian tentang kondisi alam
Muria.
Muria hanya sekadar aktivitas hobi, yang tida jarang berujung pada aksi
vandalisme bahkan pengrusakan. Padahal kegiatan tersebut seharusnya bisa
dibarengi dengan aktivitas pengamatan dan pendokumentasian tentang kondisi alam
Muria.
”Selama ini tidak banyak pemahaman atau
kesadaran tentang apa saja yang sebetulnya menjadi masalah di Pegunungan
Muria,” imbuh pria yang sudah bertahun-tahun meneiliti kondisi alam Pegunungan
Muria ini.
kesadaran tentang apa saja yang sebetulnya menjadi masalah di Pegunungan
Muria,” imbuh pria yang sudah bertahun-tahun meneiliti kondisi alam Pegunungan
Muria ini.
Pemandangan Pegunungan Muria di Desa Medani, Cluwak, Pati |
Lebih lanjut, melihat kondisi yang
demikian, komunitas-komunitas serta pegiat lingkungan di Kabupaten Pati
menginginkan sebuah kegiatan belajar bersama. Tentang pendataan dan
identifikasi kondisi alam di Muria. Khususnya yang masuk wilayah Bumi Mina
Tani.
demikian, komunitas-komunitas serta pegiat lingkungan di Kabupaten Pati
menginginkan sebuah kegiatan belajar bersama. Tentang pendataan dan
identifikasi kondisi alam di Muria. Khususnya yang masuk wilayah Bumi Mina
Tani.
Penting memang membuat sebuah pusat
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran bersama tentang biodiversity di
Muria dan upaya pelestariannya.
informasi dan komunikasi untuk pembelajaran bersama tentang biodiversity di
Muria dan upaya pelestariannya.
”Selama ini beberapa komunitas pecinta
alam di Pati dan pecinta pedaki gunung, sudah sering melakukan kegiatan
pelestarian alam, seperti penanaman pohon di lahan-lahan gundul di Pegunungan
Muria yang kami jumpai. Berdasarkan inisiatif pribadi,” terang Haris Rubiyanto, salah satu pegiat lingkungan di
Kabupaten Pati.
alam di Pati dan pecinta pedaki gunung, sudah sering melakukan kegiatan
pelestarian alam, seperti penanaman pohon di lahan-lahan gundul di Pegunungan
Muria yang kami jumpai. Berdasarkan inisiatif pribadi,” terang Haris Rubiyanto, salah satu pegiat lingkungan di
Kabupaten Pati.
Namun, dari sejumlah kesaksian, kawasan
Muria sebenarnya masih kaya. Hal itu dibuktikan dengan temuan jejak-jejak satwa
dan tumbuhan langka yang ada. Akan tetapi yang menjadi perhatian adalah main
lama kawasan hutan yang berkurang luasannya, seiring marak pembukaan lahan.
Karena itu perlu membangun kesadaran masyarakat pinggir hutan. (has)
Muria sebenarnya masih kaya. Hal itu dibuktikan dengan temuan jejak-jejak satwa
dan tumbuhan langka yang ada. Akan tetapi yang menjadi perhatian adalah main
lama kawasan hutan yang berkurang luasannya, seiring marak pembukaan lahan.
Karena itu perlu membangun kesadaran masyarakat pinggir hutan. (has)