Suasana pementasan seni tutur Legenda Kayu Muria |
Sebuah
panggung berdiri. Bentuknya menyerupai masjid. Lengkap dengan menara dan
kubahnya. Di kubah tertera logo NU. Di bawahnya bertuliskan Seni Tutut
Tsummakala. Pentas dibuka dengan dalang yang mengucapkan salam untuk seluruh
makhluk Allah di muka bumi.
KUDUS
– Kolaborasi apik dilakukan tim Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) dengan Lesbumi
Kudus. Senin (1/1/2021) malam sebuah pentas seni tutur digelar dengan cerita Kayu
Naga Muria.
Pentas
dilakukan secara virtual dalam siaran youtube. Acara yang termasuk langka ini digelar untuk
menyemarakkan hari lahir ke-95 Nahdlatul Ulama.
Ketua
KBPW Muchammad Zaini mengatakan, seni tutur ini menggunakan media wayang
sebagai pengantar dongengnya. Hanya saja, musik dan gendingnya menggunakan
aliran kontemporer yang dipadukan dengan salawat.
“Melalui
seni tutur ini kami ingin agar masyarakat, khususnya generasi muda semakin
familiar dengan cerita rakyat dan salawat,” ujarnya.
Zaini
menamai program seni tuturnya dengan sebutan “Tsummakala”. Pada
kesempatan tersebut, ia menceritakan bahwa Kayu Naga Muria adalah mitos
masyarakat Muria tentang Pohon Pakis Haji.
“Pohon
itu dipercaya bisa menjadi pengusir hama tikus dan dikenalkan pertama kali oleh
Sunan Muria,” ujar Wakil Ketua Lesbumi NU Kudus ini.
Cerita-cerita
folklore seperti ini, imbuh Zaini, penting sekali dikenalkan kepada publik
sebagai khazanah yang menarik bagi pemajuan kebudayaan lokal. Utamanya bagi
kaum Nahdliyin yang gerakan dakwahnya mengarus pada kultur masyarakat pada
umumnya.
“Banyak
sekali bahan folklor yang bisa digarap oleh seniman Nahdliyin untuk digaungkan
kembali ke kencah global,” sebutnya. (arf)