Dengan menghapus tato, orang-orang ini seakan keluar dari masa jahiliah menuju hijrah kembali ke jalan Allah menjadi pribadi yang lebih baik.
PATI – Puluhan orang
memenuhi Masjid Djauharotul Imamah, Kaborongan, Kelurahan Pati Lor, Kecamatan
Pati, Sabtu (8/1/2022). Mereka ingin menghapus tatonya. Kebetulan hari itu
sedang dilangsungkan kegiatan hapus tato gratis. Kegiatan kolaborasi sejumlah
organisasi sosial.
Ada sekitar 40 peserta,
baik laki-laki maupun perempuan, yang mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini
digelar secara kolaboratif oleh berbagai komunitas, di antaranya Dawwam
Semarang, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Pati Raya, Mualaf Center Indonesia Peduli,
dan Pati Berani Hijrah.
Sigit Dwika, warga Bangsri,
Kabupaten Jepara, adalah salah satu peserta hapus tato gratis ini. Pemuda 20
tahun ini memiliki tato di dada dan kedua lengannya.
“Kalau dibilang sakit,
dilaser seperti ini ya sakit. Tapi saya ingin menghapus tato karena merasa ini
tuntutan agama,” ujar pemuda yang mengaku sudah tiga tahun menimba ilmu di
Pondok Pesantren Al-Muniroh Jepara ini.
Sigit mengatakan, ia
memiliki tato di tubuhnya sejak 2017 lalu. Dulu dia membuat tato karena
terpengaruh pergaulan. Ketika itu semua teman-temannya bertato.
Ketika mendapat informasi
dari temannya di pesantren mengenai kegiatan hapus tato gratis ini, dia tak
berpikir panjang. Lagipula, sebelumnya dia sudah pernah mendapat treatment
hapus tato. Kali ini adalah yang keempat. Sebab memang, tato tidak bisa
langsung hilang dengan satu kali tindakan laser.
Pendiri Dawwam Semarang,
Alfian Yusuf, mengatakan bahwa pihaknya diundang ke Pati karena memang punya
layanan hapus tato keliling.
“Selain di Semarang kami
sudah di Weleri, Salatiga, Jepara, Kudus, dan Pati. Di Pati sendiri ini sudah
kali ketiga. Kami adakan sebulan sekali, sejak November lalu,” tutur dia.
Alfian mengatakan, karena
hanya dua mesin laser yang tersedia, peserta dibatasi hanya 40 orang per
kegiatan. Mesin tidak boleh diforsir agar tidak cepat rusak.
Keterbatasan jumlah mesin
jadi kendala untuk perluasan jangkauan. Sebab, tato di tubuh seseorang
rata-rata baru bisa terhapus sepenuhnya setelah lima sampai 10 kali tindakan
laser picosure atau YAG laser.
“Jadi kalau hari ini 40
orang. Peserta bulan depan juga masih orang-orang yang sama,” kata dia.
Alfian menyebut, seandainya
ada dermawan yang bersedia berdonasi untuk pembelian unit mesin hapus tato, hal
itu akan sangat membantu gerakan ini.
“Kalau di Pati punya mesin
sendiri, tiap minggu bisa treatment 40 orang. Sangat bermanfaat. In syaa Allah
bisa jadi ladang berkhidmat pada sesama,” ujar dia.
Ia menyebut, harga mesin
laser untuk menghapus tato ini bervariasi. Namun, berdasarkan pertimbangan
kualitas, yang ia rekomendasikan adalah mesin dengan harga Rp 30 juta ke atas.
Bagaimanapun, dengan
keterbatasan yang ada saat ini, Alfian tetap membuka kesempatan seluas-luasnya
bagi masyarakat yang ingin menghapus tato.
Penanggung jawab kegiatan
hapus tato di Masjid Djauharotul Imamah, Bagus, bersyukur animo masyarakat
untuk mengikuti kegiatan ini sangat baik.
“Pihak Dawwam minta 30
peserta. Kurang dari tiga hari kami sudah dapat peserta sebanyak itu. Bahkan
saat ini di grup sudah ada 80 peserta. Dan yang hari ini ditreatment 40 peserta.
Kami menjaring peserta lewat media sosial,” kata pria yang bergiat di komunitas
Pati Berani Hijrah ini.
Menurut Bagus, kebanyakan
peserta memiliki motivasi agar kembali bersih dan ibadahnya diterima.
“Istilahnya mereka ini
berhijrah, dari jahiliyah kembali ke jalan Allah. Langkah kecil ini semoga
diridhai Allah,” harap dia. (yan)