Webinar persiapan kemah budaya |
KUDUS – Kabupaten Kudus turut mewarnai jalannya program Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2021. Program KBKM sendiri merupakan ajang kebudayaan bergengsi tahunan dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud-Ristek RI).
Dalam program tersebut, dua tim mewakili Kabupaten Kudus untuk mempresentasikan ide pemajuan kebudayaan di Kawasan Muria. Tim pertama yakni Kampung Budaya Piji Wetan dengan anggota Muhammad Farid, Hasyim Asnawi dan Nor Zahroh. Sedangkan tim kedua bernama KBPW Indonesia yang beranggotakan Umi Zakiyyatun Nafis, Muhammad Rifqi Bakhtiar dan Tsania Laila Maghfiroh.
Ketua KBPW Indonesia, Umi Zakiyyatun Nafis menjelaskan gagasannya spesifik untuk memecahkan masalah sosial di salah satu desa di kaki Gunung Muria. Ia menciptakan permainan anak yang berbasis pada cerita rakyat setempat, yaitu tentang Emprit Ganthil. Menurutnya, banyak kearifan nilai yang harus sampai kepada generasi sekarang, utamanya anak-anak agar bisa mengatasi masalah sosial, politik bahkan ekonomi desa.
“Melalui permainan yang kami ciptakan ini nantinya juga bisa memunculkan karakter anti korupsi, menciptakan keteraturan sosial dan tentu saja kelestarian budaya setempat,” jelas kader PAC IPPNU Dawe ini kepada Lingkar Muria.
Sementara itu, anggota tim Kampung Budaya Piji Wetan untuk KBKM 2021, Hasyim Asnawi dan Nor Zahroh, mengungkapkan gagasan mereka mencakup kawasan yang lebih luas. Kendati begitu, hasil purwarupa yang akan mereka hasilkan sama, yaitu permainan anak.
“Kami lebih luas karena gagasan utamanya ialah repatriasi jalur sutra ekonomi dan budaya di Kawasan eks-Selat Muria,” ujar Hasyim yang diamini oleh Nor Zahroh.
Permainan kami ini, imbuh Zahroh, ingin menghadirkan pengalaman masa lalu tentang selat muria kepada generasi muda. Bisa jadi semacam reka adegan, bagaimana proses perdagangan dan pertukaran budaya pribumi dengan orang-orang mancanegara di Kawasan Muria.
“Manfaatnya selain edukasi untuk anak-anak, ini bisa jadi bahan imajenasi untuk pemangku kebijakan,” kata Zahroh. “Bahkan bisa jadi acuan perencanaan pembangunan daerah agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat di segala aspek, baik itu lingkungan, sosial, ekonomi maupun budaya itu sendiri,” lanjutnya.
Selanjutnya, mereka meminta doa dan dukungannya dari masyarakat di Kawasan Muria Raya, khususnya Kabupaten Kudus. Mereka berharap bisa juara dan bisa mewujudkan berbagai upaya pemajuan kebudayaan daerah untuk kemakmuran seluruh warga Kudus dan Indonesia.
“Semoga juga jalan sukses itu dilancarkan sehingga bisa mendaftarkan Kawasan Muria sebagai warisan budaya yang diakui oleh UNESCO dan masyarakat internasional,” katanya berharap. (yan)