Kajen sebuah desa kecil di Pati bagian utara. Desa dengan peninggalan sejarah dan budaya yang luar biasa. Terutama soal nilai-nilai luhur dari Mbah Ahmad Mutamakkin. Sang Wali yang sangat dihormati dan diteladani.
PATI – Komunitas
Jelajah Pusaka Kajen memberanikan diri untuk mengikuti lomba cerita budaya
desaku yang diselenggarakan oleh Kemendikbud RI. Lomba itu mengharuskan
pesertanya mengirimkan materi dalam bentuk narasi tulis
yang dilengkapi foto
dan video. Dengan materi tentang potensi budaya yang dimiliki oleh masing-masing desa.
Founder Komunitas Kadjen Heritage Trail, Mohammad Zuli
Rizal menjelaskan, penentuan tema yang diangkat oleh Tim berdasar pada tema yang sudah ditentukan
oleh panitia “Potensi Budaya Desaku dan Pengembanganya”. Yakni
mencakup kekayaan sejarah di masa lampau, pengelolaan situs sejarah &
peninggalan di masa sekarang, dan bentuk pewarisan dari budaya leluhur untuk
generasi penerus.
Salah satu titik tekan yang menjadi garapan dari
komunitas yang sudah berdiri sejak
tahun 2017 dan memiliki pengalaman menjadi tour guide
memandu tamu istimewa dari dalam maupun luar negeri untuk menelusuri tempat
ataupun situs benda dan bangunan peninggalan Mbah Ahmad Mutammakin ini adalah
Masjid Jami’ Kajen.
Masjid Jami’ Kajen sudah berumur 300 tahun lamanya.
Terdapat Mimbar, Papan Bersurat, Dairoh Dzikir, & peninggalan – peninggalan
lainnya dari Mbah Ahmad Mutamakkin yang masih terjaga keasliannya dan sarat
akan makna didalamnya.
Seperti ukiran simbol Kuntul Nucuk Mbulan (Bangau mematuk
bulan) yang terpahat dalam mimbar Masjid, mengandung maksud doa dari Mbah Ahmad
Mutamakkin kepada keturunan baik secara darah maupun yang melanjutkan
perjuangannya, semoga mampu menggapai cita-cita mulia dan menjadi insan bersih
dengan semangat pantang menyerah. Bulan sendiri dimaknai sebagai pertanda
sebuah kemuliaan atau kebaikan dalam bentuk apapun. Sedangkan kuntul mempunyai makna pencerahan dari segala hawa
nafsu – ahli tirakat dan orang yang nrimo ing pandum (menerima dengan ikhlas
apapun yang diberikan).
Menurut Zuli, Mbah
Ahmad Mutamakkin adalah sosok ulama’ yang tidak hanya ahli dalam keagamaan
saja, tetapi sangat lihai dan peka terhadap seni. Darah seniman mengalir dalam diri
beliau. Hal tersebut dapat disaksikan secara nyata dalam bangunan masjid yang
beliau buat dengan desain interior begitu indah dan estetik.
“Dalam penggarapan
film pendek atau video ini maupun narasi dan foto untuk mengikuti lomba, kami
mencoba merangkul semua elemen yang ada di Desa Kajen. Seperti IPNU KAJEN,
Islamic Center Masjid Kajen, Pemerintah Desa, dan ormas – ormas lainnya.
Jadinya, kita bersinergi bersama untuk mengharumkan Desa Kajen tercinta dalam
rangka mencoba mengenalkan kekayaan – kekayaan sejarah dan kebudayaannya,” ujar
Zuli di kediamannya di Desa Kajen, Margoyoso, Pati, pertengahan September 2020.
“Kami berharap, untuk keberlanjutan dari ikhtiar bersama
ini nanti pada waktunya akan membuahkan hasil yang selama ini diimpikan –
impikan, yaitu berdirinya Museum Kebudayaan Kajen. Sehingga ada wadah sejarah
untuk peninggalan artefak Mbah Ahmad Mutammakin dan peninggalan kerajaan islam,
salah satunya Kerajaan Pajang. Keberadaan museum nantinya akan lebih memudahkan
para wisatawan dan peneliti sejarah mempelajari peninggalan benda kebudayaan
tersebut,”
jelasnya. (hus)
Adapun video berupa film pendek yang berjudul “Mimpi
Besar untuk Desa Kecil Kajen” bisa ditonton pada link YouTube : Cerita
Budaya Desaku : KAJEN KAB. PATI atau dapat diakses pada Chanel YouTube Jelajah
Pusaka Kajen #KadjenHeritageTrail