Pelatih Papua Football Academy melihat cara anak asuhnya mengumpan bola/FOTO PAPUA FOOTBALL ACADEMY |
Shin Tae Yong pernah mengkritik pemain Indonesia sudah salah sejak level dasar, dari teknik bermain hingga pemenuhan nutrisinya. Karenanya Sekolah Sepak Bola (SSB) dan akademi sepak bola yang membina usia dini mesti berbenah
PAPUA – Lahirnya Papua Football Academy (PFA) cukup menarik, untuk memoles potensi pemain-pemain muda “Mutiara Hitam” Papua. Para pemain dari Papua dikenal memiliki skill yang luar biasa.
Pengelolaan PFA disebut sebagai akademi profesional. Dengan fasilitas standar internasional di Mimika Sport Center, Kota Timika disokong dengan tenaga profesional mulai staf kepelatihan hingga fisioterapi dan video analisisnya.
Pelatihan dalam akademi ini disusun dengan pertimbangan Sains Olahraga secara menyeluruh, yaitu aspek teknis sepak bola, analisis, nutrisi, psikologi dalam olahraga, fisiologi dan penanganan cidera.
PFA yang saat ini memiliki 30 pemain binaan hasil seleksi ini dipimpin direktur teknik dan tim pelatih dengan lisensi kepelatihan tingkat nasional dan internasional. PFA juga dilengkapi ahli nutrisi hingga staf video analisis.
Pelatihan yang komplet itu menjadi penting, terlebih untuk memberi bekal para pemain muda ini dengan dasar-dasar dan teknik bermain yang baik. Agar kedepan nantinya para pemain muda ini berkembang lebih.
Kita ingat bagaimana pada awal menukangi timnas pada tahun 2020 lalu, Shin Tae Yong blak-blakan mengungkap kesalahan pemain-pemain timnas Indonesia. Menurutnya para pemain Indonesia sudah salah sejak level dasar dari teknik hingga persoalan gizi dan nutrisinya.
Yang menjadi sorotan tentu masalah teknik dasar dalam bermain bola. Mantan pelatih Korea Selatan di Piala Dunia 2018 itu menilai teknik mengumpan bola para pemain timnas Indonesia sangat jelak, bahkan menyamakannya seperti anak SD melalukan passing.
Kemampuan passing yang baik tentu menjadi prasyarat dalam bermain bola yang baik, terutama dalam skema permainan sentuhan bola satu – dua.
“Kualitas operan sentuhan satu – dua jauh dari sempurna. Bola sering kali tidak meluncur tepat ke kaki para pemain yang dituju. Bahkan terkadang mengarah liar tidak tentu arah,” kritik Shin Tae Yong.
Nutrisi juga menjadi persoalan penting . Disiplin menjaga pola makan dan nutrisi menjadi prinsip yang harus dipegang kuat seorang atlet.
Salah-salah mengkonsumsi makanan bisa berisiko fatal. Para pemain bisa mengalami gangguan kebugaran atau paling parah risiko cidera.
Contohnya adalah gorengan. Terlalu banyak makan gorengan bisa bikin lemas dan mengantuk. 1 gorengan 140 kalori, 2,5 gram lemak, 4 gram karbohidrat.
Bakat Besar
Siapa yang tak sepakat jika anak-anak Papua memiliki potensi yang luar biasa di bidang sepak bola. Tanah Papua bahkan disebut sebai “Brazil-nya” Indonesia. Julukan ini tidak lepas dari banyaknya pemain-pemain top yang malang melintang di berbagai tim besar tanah air, dan juga timnas Indonesia.
Sayangnya bakat besar dari Bumi Cendrawasih ini belum benar-benar meledak menjadi pemain yang top. “Mutiara Hitam” itu belum benar-benar mengkilap benar.
Secara fisik dan skill mengolah bola para pemain Papua ini memiliki kekhasan tersendiri. Para pemain Papua sangat layak di masa mendatang bisa tampil di liga-liga top dunia. (mif)