Di era industri 4.0 sudah saatnya kader IPNU dan IPPNU melibatkan diri dalam berbagai persoalan. Program – program ramah lingkungan perlu menjadi lahan garapan kader muda nahdliyin. Caranya memanfaatkan limbah sekitar kita, seperti limbah botol plastik untuk dijadikan barang yang lebih bermanfaat.
Problem limbah dan sampah, seperti plastik telah menjadi tantangan dunia. Karena itu tidak ada salahnya penanganan problem tersebut menjadi lahan “jihad” dalam upaya melestarikan lingkungan.
Bahkan, Green peace menyebut, plastik terus mencekik planet bumi ini. Plastik sekali pakai terus mengotori lingkungan kita. Bahkan sudah sering kita lihat gambaran satwa-satwa di sekitar laut yang mati akibat memakan plastik.
Tidak hanya satwa, celakanya plastik pun masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk mikroplastik lewat makanan, minuman, bahkan udara yang kita hirup. Plastik juga menjadi sampah yang sulit diurai.
Barangkali, “Mengubah Limbah Menjadi Emas” ini adalah narasi yang bisa kita bangun, guna mendorong dan mengubah mindset kita agar bisa memanfaatkan barang yang tak terpakai menjadi barang yang lebih berharga.
Isu Seksi
Di Indonesia permasalahan sampah masih menjadi isu seksi yang selalu dibahas. Mulai dari institusi pemerintahan maupun perusahaan-perusahaan BUMN, karena dengan adanya sampah yang tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan, kelestarian alam, dan keberlanjutan ekosistem.
Sesuai dengan program dari KLHK yaitu membangun lingkungan yang lestari, menjadi pelecut dan semangat dalam membuat program peduli lingkungan. Oleh karena itu kami berupaya memulai sebuah program yang konsen dalam upaya pelestarian lingkungan. Melalui sebuah LKPP IPPNU Kecamatan Keling, untuk mengolah sampah menjadi barang bernilai. Kami akan berkomitmen, program ini tidak berhenti dipelatihan saja tapi akan ada keberlanjutanya. (bersambung)
Riyan Prasetyo, Ketua PAC IPNU Keling