Wartawan Suara Merdeka daerah Pati Moh Nor Efendi saat berbincang dalam FGD yang diselenggarakan KPID Jawa Tengah di Hotel Safin Selasa (12/12/17) |
Lingkar Muria, PATI – Muhammad Rujhan mahasiswa dari Institut Pesantren
Mathaliul Falah (IPMAFA) mengeluarkan semua kegelisahannya. Salah satunya soal
liputan yang berbayar. Rujhan heran mengapa dalam sebuah liputan di beberapa
media yang ia temui harus membayar. Kegelisahan ini kemudian dijawab wartawan
Suara Merdeka Moh Nor Efendi saat Focus Grup Discussion (FGD) yang
diselenggarakan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) di Ruang Adipati Hotel
Safin Selasa (12/12/17).
Mathaliul Falah (IPMAFA) mengeluarkan semua kegelisahannya. Salah satunya soal
liputan yang berbayar. Rujhan heran mengapa dalam sebuah liputan di beberapa
media yang ia temui harus membayar. Kegelisahan ini kemudian dijawab wartawan
Suara Merdeka Moh Nor Efendi saat Focus Grup Discussion (FGD) yang
diselenggarakan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) di Ruang Adipati Hotel
Safin Selasa (12/12/17).
”Ada beberapa hal perlu diketahui. Ini kembali
soal teori jurnalistik. Berita itu harus memenuhi unsur penting, kemudian juga
unik. Nah apabila wartawan diundang liputan akan tetapi yang diliput itu soal
yang biasa, maka tentu ini tak masuk ketentuan layak tayang di media,”
jelasnya.
soal teori jurnalistik. Berita itu harus memenuhi unsur penting, kemudian juga
unik. Nah apabila wartawan diundang liputan akan tetapi yang diliput itu soal
yang biasa, maka tentu ini tak masuk ketentuan layak tayang di media,”
jelasnya.
Fendi kemudian menyontohkan,
misalnya wartawan diundang liputan dalam acara salawatan. Tentu ini hal yang
lumrah, pembaca juga akan mengeluh dengan sajian berita yang biasa seperti ini.
misalnya wartawan diundang liputan dalam acara salawatan. Tentu ini hal yang
lumrah, pembaca juga akan mengeluh dengan sajian berita yang biasa seperti ini.
”Nah jika panitia misalnya memaksa
untuk tayang, maka di beberapa media mempunyai aturan tersendiri. Misalnya
dengan cara membeli koran sejumlah yang ditentukan. Ada pula istilah berita
iklan, masuknya kemudian disitu,” terang Fendy.
untuk tayang, maka di beberapa media mempunyai aturan tersendiri. Misalnya
dengan cara membeli koran sejumlah yang ditentukan. Ada pula istilah berita
iklan, masuknya kemudian disitu,” terang Fendy.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sering
dirinya berbincang bersama dengan beberapa rekan. Misalnya untuk membuat
liputan acara yang lumrah terjadi, sebelumnya mesti ada perencanaan. Lanjut Fendi,
misalnya dengan cara mendesain sebuah isu dalam acara itu supaya lebih menarik
dan unik.
dirinya berbincang bersama dengan beberapa rekan. Misalnya untuk membuat
liputan acara yang lumrah terjadi, sebelumnya mesti ada perencanaan. Lanjut Fendi,
misalnya dengan cara mendesain sebuah isu dalam acara itu supaya lebih menarik
dan unik.
”Misalnya Salawatan, nantinya
diselingi pentas kesenian lokal khas daerah tersebut. Atau dalam acara itu
datang tokoh besar, nah itu nilai beritanya akan muncul,” beber Fendi dalam FGD
yang mengusung tema “Mewujudkan Siaran Jurnalistik yang Mencerahkan” ini.
diselingi pentas kesenian lokal khas daerah tersebut. Atau dalam acara itu
datang tokoh besar, nah itu nilai beritanya akan muncul,” beber Fendi dalam FGD
yang mengusung tema “Mewujudkan Siaran Jurnalistik yang Mencerahkan” ini.
Senada dengan Fendi, Lismanto
wartawan MuriaNews.Com mengungkapkan, memang dalam liputan-liputan yang
sifatnya seremonial itu, wartawan mesti pintar-pintar mencari sudut pandang
berita yang menarik.
wartawan MuriaNews.Com mengungkapkan, memang dalam liputan-liputan yang
sifatnya seremonial itu, wartawan mesti pintar-pintar mencari sudut pandang
berita yang menarik.
”Tentu tak akan lolos dari dapur
redaksi jika hanya seremonial saja yang yang ditulis. Saya pernah mengalaminya,
baru sekali. Acara santunan di sebuah sekolahan, untuk itu perlu mencari sisi
lain yang unik,” terang Lismanto.
redaksi jika hanya seremonial saja yang yang ditulis. Saya pernah mengalaminya,
baru sekali. Acara santunan di sebuah sekolahan, untuk itu perlu mencari sisi
lain yang unik,” terang Lismanto.
Kalau tidak, lanjut Lismanto,
acara-acara seremonial biasa yang memang ingin tayang di media, jalannya satu. Melalui
berita advetorial atau iklan, semua media punya aturan masing-masing soal itu. (lil)
acara-acara seremonial biasa yang memang ingin tayang di media, jalannya satu. Melalui
berita advetorial atau iklan, semua media punya aturan masing-masing soal itu. (lil)