Seorang santri mengajukan pertanyaan dalam kegiatan diskusi bedah buku Mbah Dullah Salam Kajen |
Keteladanan KH Abdullah Zein
Salam, dihadirkan dalam bentuk buku biografi. Ratusan santri menyimak diskusi
buku tersebut. Sebagai kegiatan literasi dan juga menyerap nilai-nilai
ketedanan dari sosok kiai besar di Kajen tersebut
Lantai bawah Masjid Al Waq
lumayan sesak usai Salat Jumat kemarin (25/1/2019). Ratusan santri usai merapal
wirid, langsung duduk bersila mengambil posisi senyaman mungkin. Mereka
antusias mengikuti bedah buku tentang biografi seorang ulama Kajen, KH Abdullah
Zein Salam. Akrab disapa Mbah Dullah. Kiai legendaris yang memiliki kedalaman
ilmu, karomah, serta keteladanan hidup bagi santri-santri dan masyarakat
sekitar.
lumayan sesak usai Salat Jumat kemarin (25/1/2019). Ratusan santri usai merapal
wirid, langsung duduk bersila mengambil posisi senyaman mungkin. Mereka
antusias mengikuti bedah buku tentang biografi seorang ulama Kajen, KH Abdullah
Zein Salam. Akrab disapa Mbah Dullah. Kiai legendaris yang memiliki kedalaman
ilmu, karomah, serta keteladanan hidup bagi santri-santri dan masyarakat
sekitar.
Di luar masjid, hujan turun
dengan intensitas sedang. Hawa dingin akibat hujan tak membuat surut para
santri ini menyimak diskusi buku karya Jamal Makmur Asmani ini. sekitar 250
peserta hadir mengikuti diskusi.
dengan intensitas sedang. Hawa dingin akibat hujan tak membuat surut para
santri ini menyimak diskusi buku karya Jamal Makmur Asmani ini. sekitar 250
peserta hadir mengikuti diskusi.
Sebagai pembedah, Sahal Mahfudh
yang juga Kepala SMPQT Yanbu’ul Qur’an Boarding School 1 Pati. Pria yang juga
santri Kajen ini menyebutkan ada delapan poin penting diskusi tentang
keteladanan Mbah Dullah ini.
yang juga Kepala SMPQT Yanbu’ul Qur’an Boarding School 1 Pati. Pria yang juga
santri Kajen ini menyebutkan ada delapan poin penting diskusi tentang
keteladanan Mbah Dullah ini.
”Ada hal-hal yang harusnya dan
sudah patut ditiru para santri, serta juga anak muda zaman sekarang. Mulai dari
soal keilmuwan, ibadah, hingga perilaku kedisplinan,” kata penulis novel Kunthul
Nucuk Mbulan ini memulai obrolan tentang buku Mbah Dullah.
sudah patut ditiru para santri, serta juga anak muda zaman sekarang. Mulai dari
soal keilmuwan, ibadah, hingga perilaku kedisplinan,” kata penulis novel Kunthul
Nucuk Mbulan ini memulai obrolan tentang buku Mbah Dullah.
Dari kisah Mbah Dullah itu, kata
Sahal, perilaku mencintai ilmu ditunjukkan. Mbah Dullah adalah pengembara ilmu.
Dari satu pesantren ke peantren lainnya. Dari satu kiai ke kiai lain. Bahkan sudah
dipanggil kiai, Mbah Dullah masih tetap mengaji. Mbah Dullah berguru kepada
Mbah Abdul Hamid Pasuruan, dan juga Kiai Arwani Amin Kudus yang merupakan
besannya sendiri. Mbah Dullah juga gemar tirakat.
Sahal, perilaku mencintai ilmu ditunjukkan. Mbah Dullah adalah pengembara ilmu.
Dari satu pesantren ke peantren lainnya. Dari satu kiai ke kiai lain. Bahkan sudah
dipanggil kiai, Mbah Dullah masih tetap mengaji. Mbah Dullah berguru kepada
Mbah Abdul Hamid Pasuruan, dan juga Kiai Arwani Amin Kudus yang merupakan
besannya sendiri. Mbah Dullah juga gemar tirakat.
Buku Biografi Mbah Dullah Salam Kajen |
”Bagi Mbah Dullah, tirakatnya santri itu ya
mengaji. Bahkan jika ada santri yang melakukan puasa sunnah tapi mengalahkan
ngajinya, Mbah Dullah Salam tak menyukai hal itu. Sebab perkara sunnah jangan
sampai mengalahkan perkara wajib (Red, mengaji),” jelas Sahal.
mengaji. Bahkan jika ada santri yang melakukan puasa sunnah tapi mengalahkan
ngajinya, Mbah Dullah Salam tak menyukai hal itu. Sebab perkara sunnah jangan
sampai mengalahkan perkara wajib (Red, mengaji),” jelas Sahal.
Keteladanan lainnya, lanjut
Sahal, Mbah Dullah Salam adalah sosok yang sangat suka menjalin silaturahmi.
”Kegemaran itu menunjukkan Mbah Dullah adalah sosok kiai yang cinta
persaudaraan. Bahkan ada sebuah cerita, Mbah Dullah ini gemar meminta doa
kepada kiai-kiai untuk anak-anaknya. Serta meminta doa kepada anak-anak kecil
yang belum memiliki dosa, sehingga doa itu akan mudah dikabulkan,” imbuh Sahal.
Sahal, Mbah Dullah Salam adalah sosok yang sangat suka menjalin silaturahmi.
”Kegemaran itu menunjukkan Mbah Dullah adalah sosok kiai yang cinta
persaudaraan. Bahkan ada sebuah cerita, Mbah Dullah ini gemar meminta doa
kepada kiai-kiai untuk anak-anaknya. Serta meminta doa kepada anak-anak kecil
yang belum memiliki dosa, sehingga doa itu akan mudah dikabulkan,” imbuh Sahal.
Mbah Dullah Salam juga sosok kiai
yang sangat disiplin, terutama soal waktu. Dalam hal apapun, baik ibadah,
maupun di luar ibadah, kedisiplinan Mbah Dullah layak dijadikan contoh. ”Mbah
Dullah selalu istiqomah. Misalnya dalam hal salat berjamaah. Bahkan saat dalam
keadaan sakitpun dengan tertatih-tatih Mbah Dullah selalu hadir dalam salat
berjamaah di mushola pesantrennya,” kata Sahal.
yang sangat disiplin, terutama soal waktu. Dalam hal apapun, baik ibadah,
maupun di luar ibadah, kedisiplinan Mbah Dullah layak dijadikan contoh. ”Mbah
Dullah selalu istiqomah. Misalnya dalam hal salat berjamaah. Bahkan saat dalam
keadaan sakitpun dengan tertatih-tatih Mbah Dullah selalu hadir dalam salat
berjamaah di mushola pesantrennya,” kata Sahal.
Selain dalam hal ibadah,
kedisiplinan itu ditunjukkan Mbah Dullah dalam semua aktivitasnya. ”Mbah Dullah
itu pandai sekali manajemen waktu. Supaya waktunya benar-benari produkti untuk
kebermanfataan orang lain juga,” imbuh pria yang juga menulis buku tentang arab
pegon ini.
kedisiplinan itu ditunjukkan Mbah Dullah dalam semua aktivitasnya. ”Mbah Dullah
itu pandai sekali manajemen waktu. Supaya waktunya benar-benari produkti untuk
kebermanfataan orang lain juga,” imbuh pria yang juga menulis buku tentang arab
pegon ini.
Tak hanya itu, sosok Mbah Dullah
Salam ini juga terkenal gemar sedekah. ”Ceritanya yang pernah saya dengar, jika
ada orang yang suka pada barang-barang yang beliau miliki, maka seketika beliau
akan memberikan, seperti sebuah angin yang mudah berhembus kesana kemari
meniupkan kesejukan. Beliau selalu mengajarkan, jika kita ingin anak-anak kita
menjadi orang, gemarlah bersedekah dan niatkanlah untuk anak-anak kita,” begitu
keteladanan dari sosok gurunya Gus Dur tersebut.
Salam ini juga terkenal gemar sedekah. ”Ceritanya yang pernah saya dengar, jika
ada orang yang suka pada barang-barang yang beliau miliki, maka seketika beliau
akan memberikan, seperti sebuah angin yang mudah berhembus kesana kemari
meniupkan kesejukan. Beliau selalu mengajarkan, jika kita ingin anak-anak kita
menjadi orang, gemarlah bersedekah dan niatkanlah untuk anak-anak kita,” begitu
keteladanan dari sosok gurunya Gus Dur tersebut.
Selain mengulas tentang keteladanan sosok kiai
besar, melalui kegiatan bedah buku ini para santri dikenalkan tentang dunia
literasi. ”Ya kegiatan ini merupakan program dari gerakan literasi yang kami
cetuskan di sekolah. Kami ada program yang namanya Gerakan Literasi Sekolah
(Gelis),” kata Sahal.
besar, melalui kegiatan bedah buku ini para santri dikenalkan tentang dunia
literasi. ”Ya kegiatan ini merupakan program dari gerakan literasi yang kami
cetuskan di sekolah. Kami ada program yang namanya Gerakan Literasi Sekolah
(Gelis),” kata Sahal.
Habib Muhamad Abdus Somad memanen
pelajaran dari diskusi tersebut. Santri kelas VIII C ini mengaku bisa menambah
wawasannya dari kegiatan diskusi bedah buku tersebut. ”Saya bisa tahu
keperibdaian, skiap, dan seluruh keteladanan dari sosok kiai besar ini,” kata
santri asal Solo ini.
pelajaran dari diskusi tersebut. Santri kelas VIII C ini mengaku bisa menambah
wawasannya dari kegiatan diskusi bedah buku tersebut. ”Saya bisa tahu
keperibdaian, skiap, dan seluruh keteladanan dari sosok kiai besar ini,” kata
santri asal Solo ini.
Dan yang paling utama, kata
Habib, keteladanan tentang keilmuwan yang sangat berkesan untuknya. ”Sosok Mbah
Dullah sangat mencintai ilmu. Mbah Dullah juga sangat tegas kepada anak-anaknya
dalam hal menuntut ilmu. Kalau bagi saya ini bisa menambah semangat belajar
sebagai santri, tentunya selain itu,
sebagai santri harus memiliki idola. Idola santri tentu adalah kiainya,” imbuh
Habib. (pur)
Habib, keteladanan tentang keilmuwan yang sangat berkesan untuknya. ”Sosok Mbah
Dullah sangat mencintai ilmu. Mbah Dullah juga sangat tegas kepada anak-anaknya
dalam hal menuntut ilmu. Kalau bagi saya ini bisa menambah semangat belajar
sebagai santri, tentunya selain itu,
sebagai santri harus memiliki idola. Idola santri tentu adalah kiainya,” imbuh
Habib. (pur)