Kafe Perko di Jalan Pemuda Desa
Kalidoro, Malam Minggu lalu (23/6), mendadak bergetar heboh. Dentuman drum dan
alunan melodi dari gitar listrik sedikit memekakkan telinga, namun cukup nikmat
untuk bisa menganggukkan kepala.
Kalidoro, Malam Minggu lalu (23/6), mendadak bergetar heboh. Dentuman drum dan
alunan melodi dari gitar listrik sedikit memekakkan telinga, namun cukup nikmat
untuk bisa menganggukkan kepala.
Seorang pria bertubuh tegap
bernyanyi penuh semangat. Dia menyanyikan sebuah lagu kawakan. Bis Kota, besutan
Ahmad Albar dari grup musik legendaris. God Bless. Serba salah, nafasku terasa sesak. Berimpitan berdesakkan, bergantungan.
Memang susah, jadi orang yang tak punya. Kemanapun naik bis kota.
bernyanyi penuh semangat. Dia menyanyikan sebuah lagu kawakan. Bis Kota, besutan
Ahmad Albar dari grup musik legendaris. God Bless. Serba salah, nafasku terasa sesak. Berimpitan berdesakkan, bergantungan.
Memang susah, jadi orang yang tak punya. Kemanapun naik bis kota.
Semua
yang hadir di kafe tersebut nampak menikmati suguhan lagu sarat nostalgia
tersebut. Semua mengangguk senang, tanda menikmati musik yang enerjik dari tiga
orang yang beperawakan sangar tersebut.
yang hadir di kafe tersebut nampak menikmati suguhan lagu sarat nostalgia
tersebut. Semua mengangguk senang, tanda menikmati musik yang enerjik dari tiga
orang yang beperawakan sangar tersebut.
Mereka adalah salah satu para
anggota, sekaligus dedengkot lahirnya komunitas pecinta musik rock di Kabupaten
Pati. Mereka tergabung dalam sebuag wadah. Namanya Waropa. Akronim dari Wadah
Rock Pati. Komunitas ini berdiri 2017 lalu. Pengagasnya seorang anggota TNI.
Mantan Kasdim di Kodim 0718/Pati. Kini menjadi inspektorat di Kodam IV Diponegoro.
Dia berdinas di Magelang, namanya Mayor Inf Agus Supriyadi. Bersama beberapa
temannya yang juga penggila aliran musik menghentak ini. Namanya Romi.
anggota, sekaligus dedengkot lahirnya komunitas pecinta musik rock di Kabupaten
Pati. Mereka tergabung dalam sebuag wadah. Namanya Waropa. Akronim dari Wadah
Rock Pati. Komunitas ini berdiri 2017 lalu. Pengagasnya seorang anggota TNI.
Mantan Kasdim di Kodim 0718/Pati. Kini menjadi inspektorat di Kodam IV Diponegoro.
Dia berdinas di Magelang, namanya Mayor Inf Agus Supriyadi. Bersama beberapa
temannya yang juga penggila aliran musik menghentak ini. Namanya Romi.
Kebetulan malam itu dia ke Pati,
memenuhi undangan halal bihalal sebuah komunitas gitaris yang berkolaborasi
dengan Waropa. Saya berbincang-bincang sebentar dengannya. Sambil bergembira bersama para tamu yang
asyik menganggukkan kepala.
memenuhi undangan halal bihalal sebuah komunitas gitaris yang berkolaborasi
dengan Waropa. Saya berbincang-bincang sebentar dengannya. Sambil bergembira bersama para tamu yang
asyik menganggukkan kepala.
”Kehadiran Waropa tak lepas dari banyaknya
musisi yang ada di Pati. Namun saat itu belum ada wadah yang benar-benar bisa
mewadahi kreatifitas mereka,” kata Agus sambil mengusap keringat yang membasahi
badannya usai bernyanyi sambil menggebuk drum.
musisi yang ada di Pati. Namun saat itu belum ada wadah yang benar-benar bisa
mewadahi kreatifitas mereka,” kata Agus sambil mengusap keringat yang membasahi
badannya usai bernyanyi sambil menggebuk drum.
Selain itu, kehadiran komunitas
yang kini menaungi sekitar 13 grup musik rock ini, tidak lain juga sebagai
ajang untuk mengasah skill para
anggotanya. Selain skill bermusik, skill sosial juga tak kalah penting
dalam wadah ini.
yang kini menaungi sekitar 13 grup musik rock ini, tidak lain juga sebagai
ajang untuk mengasah skill para
anggotanya. Selain skill bermusik, skill sosial juga tak kalah penting
dalam wadah ini.
Hal itu ditujukan dengan berbagai
kegiatan yang telah dilakukan Agus dan kawan-kawannya di Waropa, selama kurang
lebih setahun berdirinya Waropa sejak Februari 2017 lalu. ”Kami beberapa kali
pernah menggelar berbagai event yang sifatnya sosial. Seperti saat terjadi
bencana alam longsor di Ponorogo beberapa waktu lalu,” imbuh Agus. Saat itu,
Waropa menggelar konser rock kemanusiaan. Semua untuk disalurkan kepada korban
bencana alam di sana.
kegiatan yang telah dilakukan Agus dan kawan-kawannya di Waropa, selama kurang
lebih setahun berdirinya Waropa sejak Februari 2017 lalu. ”Kami beberapa kali
pernah menggelar berbagai event yang sifatnya sosial. Seperti saat terjadi
bencana alam longsor di Ponorogo beberapa waktu lalu,” imbuh Agus. Saat itu,
Waropa menggelar konser rock kemanusiaan. Semua untuk disalurkan kepada korban
bencana alam di sana.
Tak hanya itu, munculnya wadah
musisi rock ini juga dalam rangka perdamaian. Agus bersama rekan-rekannya
bertekad, hadirnya wadah ini memang untuk bermusik secara utuh. Saling mengasah
kemampuan, sambil menyalurkan hobi.
musisi rock ini juga dalam rangka perdamaian. Agus bersama rekan-rekannya
bertekad, hadirnya wadah ini memang untuk bermusik secara utuh. Saling mengasah
kemampuan, sambil menyalurkan hobi.
”Makanya kami ingin menghilangkan image rocker yang sering dilihat nakal.
Urakan. Identik dengan kekerasan, vandalisme, bahkan narkoba,” lanjut pria yang
telah bermain alat musik sejak kelas VI SD ini.
Urakan. Identik dengan kekerasan, vandalisme, bahkan narkoba,” lanjut pria yang
telah bermain alat musik sejak kelas VI SD ini.
Apalagi, lanjut Agus wadah ini
secara tidak langsung juga diwadahi dari institusi Kodim 0718/Pati. ”Rapat
berdirinya saja di Makodim waktu itu. Beberapa pentolannya juga dari Kodim.
Jadi di wadah ini secara tak langsung juga mencoba untuk menata musisi rock ini
supaya lebih baik lagi. Bahkan dalam beberapa agenda, logo Kodim selalu
terpampang dalam setiap event. Gak enak lah kalau macam-macam,” imbuh pria
kelahiran Klaten, 12 Januari 1974 ini. (Nur Hasan)
secara tidak langsung juga diwadahi dari institusi Kodim 0718/Pati. ”Rapat
berdirinya saja di Makodim waktu itu. Beberapa pentolannya juga dari Kodim.
Jadi di wadah ini secara tak langsung juga mencoba untuk menata musisi rock ini
supaya lebih baik lagi. Bahkan dalam beberapa agenda, logo Kodim selalu
terpampang dalam setiap event. Gak enak lah kalau macam-macam,” imbuh pria
kelahiran Klaten, 12 Januari 1974 ini. (Nur Hasan)