Guyub rukun sedekah bumi di Sendang Pengilon , Dukuh Ngragit, Terban, Kudus Foto-foto Imam Khanafi |
Siang yang terik, Mbah Paijan khusyuk
merapal doa-doa di Sendang Pengilon (27/7/2019). Orang-orang di Dukuh Ngrangit, Terban di kawasan Perbukitan Patiayam Kudus itu sedang punya gawe. Sedekah bumi. Yang dipusatkan di sendang yang menjadi sumber
air bagi 200 kepala keluarga di dukuh tersebut selama bertahun-tahun.
merapal doa-doa di Sendang Pengilon (27/7/2019). Orang-orang di Dukuh Ngrangit, Terban di kawasan Perbukitan Patiayam Kudus itu sedang punya gawe. Sedekah bumi. Yang dipusatkan di sendang yang menjadi sumber
air bagi 200 kepala keluarga di dukuh tersebut selama bertahun-tahun.
Warga berkerumun di sekitar sendang
tersebut. Mereka membawa jubungan (wadah dari bambu yang dirangkai mirip keranjang, Red) dengan isi nasi lengkap dengan lauk pauknya. Menempuh
jarak sejauh lima kilometer tak jadi masalah. Orang-orang lantas duduk rapi,
sambil menunggu komando makan bersama dimulai. Tentu setelah Mbah Paijan,
sesepuh dukuh tersebut selesai merapal doa.
tersebut. Mereka membawa jubungan (wadah dari bambu yang dirangkai mirip keranjang, Red) dengan isi nasi lengkap dengan lauk pauknya. Menempuh
jarak sejauh lima kilometer tak jadi masalah. Orang-orang lantas duduk rapi,
sambil menunggu komando makan bersama dimulai. Tentu setelah Mbah Paijan,
sesepuh dukuh tersebut selesai merapal doa.
”Ini ritual kami setahun sekali. Dari
Sendang Pengilon inilah warga Dukuh Ngrangit yang berjumlah sekitar 200 kepala
keluarga mengantungkan air dari sumber alam ini,” kata Mustaqim, salah satu
warga Dukuh Ngrangit yang mengikuti ritual tersebut.
Sendang Pengilon inilah warga Dukuh Ngrangit yang berjumlah sekitar 200 kepala
keluarga mengantungkan air dari sumber alam ini,” kata Mustaqim, salah satu
warga Dukuh Ngrangit yang mengikuti ritual tersebut.
Sedekah bumi di Dukuh Ngrangit
bermakna tidak hanya sebagai wujud syukur atas keselamatan sekaligus kelimpahan
rezeki dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Secara khusus, ritual ini menjadi wujud penghormatan
atas air yang berlimpah di tengah musim kemarau yang ganas.
bermakna tidak hanya sebagai wujud syukur atas keselamatan sekaligus kelimpahan
rezeki dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Secara khusus, ritual ini menjadi wujud penghormatan
atas air yang berlimpah di tengah musim kemarau yang ganas.
Antusias warga mengikuti sedekah bumi |
Warga Dukuh Ngrangit, kata
Mustaqim, awalnya tinggal di sekitar sendang. ”Dulu hidupnya di sekitar sendang
ini, tapi sejak longsor 2001 dan 2004 warga akhirnya mendapat ganti rugi dan
permintaan untuk pindah disetujui pemerintah. Akhirnya sekarang berada di Dukuh
Ngrangit Baru, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer dari Dukuh Ngrangit
lama. Meski begitu, air masih deras mengalir hingga ke pemukiman warga di
tempat baru,” terang Mustaqim.
Mustaqim, awalnya tinggal di sekitar sendang. ”Dulu hidupnya di sekitar sendang
ini, tapi sejak longsor 2001 dan 2004 warga akhirnya mendapat ganti rugi dan
permintaan untuk pindah disetujui pemerintah. Akhirnya sekarang berada di Dukuh
Ngrangit Baru, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer dari Dukuh Ngrangit
lama. Meski begitu, air masih deras mengalir hingga ke pemukiman warga di
tempat baru,” terang Mustaqim.
Ritual sedekah bumi di dukuh ini
tealah berlangsung lama. Tak ada catatan tertulis sejak kapan dimulainya. Dari cerita
Mbah Paijan, dia sudah mengikuti ritual itu sejak kecil tiap bula Apit dalam
kalender Jawa.
tealah berlangsung lama. Tak ada catatan tertulis sejak kapan dimulainya. Dari cerita
Mbah Paijan, dia sudah mengikuti ritual itu sejak kecil tiap bula Apit dalam
kalender Jawa.
Eko Nurul Huda, salah satu panitia
sedekah bumi Dukuh Ngrangit menjelaskan, bagi masyarakat Ngrangit acara ini
sangat penting. Karena sumber mata air dari Sendang Pengilon sampai sekarang
menghidupi warga Ngrangit. “Ini sebagai ungkapan syukur kami sebagai warga, karena
air masih mengalir di hari-hari dengan cuaca yang panas ini,” katanya.
sedekah bumi Dukuh Ngrangit menjelaskan, bagi masyarakat Ngrangit acara ini
sangat penting. Karena sumber mata air dari Sendang Pengilon sampai sekarang
menghidupi warga Ngrangit. “Ini sebagai ungkapan syukur kami sebagai warga, karena
air masih mengalir di hari-hari dengan cuaca yang panas ini,” katanya.
Menurut Eko, sedakah bumi di
Sendang Pengilon mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional
sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu akar budaya masyarakat yang tidak
akan mampu untuk dipisahkan dari alam dan leluhurnya.
Sendang Pengilon mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional
sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu akar budaya masyarakat yang tidak
akan mampu untuk dipisahkan dari alam dan leluhurnya.
“Buktinya masyarakat bergotong-royong
bersih sendang. Sehari sebelum acara di mulai dan iuran agar terlaksana acara
ini,” tambahnya.
bersih sendang. Sehari sebelum acara di mulai dan iuran agar terlaksana acara
ini,” tambahnya.
Tayub melengkapi tradisi sedekah bumi di Sendang Pengilon |
Acara khas dari sedekah bumi
Sendang Pengilon ini adalah Tayub. Tayub yang ada di sedekah bumi Sendang
Pengilon berbeda dengan lainnya. Alat
yang dibawa sangat sederhana, yang penting menghasilkan gending yang bisa buat ngibing atau joget tayub yang khas.
“Selain itu, tayub cuma sebentar. Hanya lima tembang saja yang dimainkan. Yang
berjoget juga hanya beberapa warga,” tambahnya.
Sendang Pengilon ini adalah Tayub. Tayub yang ada di sedekah bumi Sendang
Pengilon berbeda dengan lainnya. Alat
yang dibawa sangat sederhana, yang penting menghasilkan gending yang bisa buat ngibing atau joget tayub yang khas.
“Selain itu, tayub cuma sebentar. Hanya lima tembang saja yang dimainkan. Yang
berjoget juga hanya beberapa warga,” tambahnya.
Tayub digelar setelah warga
bersama-sama menyantap makanan dalam jubungan yang dibawa dari rumah masing-masing.
Setalah makan, baru acaranya senang-senang atau tayub, dan setelah itu warga
bersama-sama kembali ke Dukuh Ngrangit Baru. Melanjutkan pesta sedekah bumi
yang masih terus berlanjut.
bersama-sama menyantap makanan dalam jubungan yang dibawa dari rumah masing-masing.
Setalah makan, baru acaranya senang-senang atau tayub, dan setelah itu warga
bersama-sama kembali ke Dukuh Ngrangit Baru. Melanjutkan pesta sedekah bumi
yang masih terus berlanjut.
“Kalau dulu, sebelum 2004, sebelum
pindah, acara di sendang dilanjutkan tayub sampai semalam suntuk di rumah bayan
atau kepala dusun setempat,” jelasnya.
pindah, acara di sendang dilanjutkan tayub sampai semalam suntuk di rumah bayan
atau kepala dusun setempat,” jelasnya.
Berbeda dengan dulu, kini warga mengganti
dengan acara pentas ketoprak di Dukuh Ngrangit Baru, dan semua warga malamnya
akan nonton ketoprak. “Selain hormat air yang berlimpah dari Sendang Pengilon,
acara demi acara juga ungkapan syukur kami atas semua nikmat rezeki,” jelas Eko.
(Imam Khanafi/alb)
dengan acara pentas ketoprak di Dukuh Ngrangit Baru, dan semua warga malamnya
akan nonton ketoprak. “Selain hormat air yang berlimpah dari Sendang Pengilon,
acara demi acara juga ungkapan syukur kami atas semua nikmat rezeki,” jelas Eko.
(Imam Khanafi/alb)