Foto Curva Nord Syndicate/TWITTER |
JEPARA – Isu tentang tambak udang di Karimunjawa Jepara masih ramai. Tambak udang di Karimunjawa diduga berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan wilayah kepulauan yang menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Jepara itu. Saat ini masih terjadi pro kontra meskipun pemerintah daerah sudah melakukan penutupan.
Pada pertandingan uji coba Persijap vs Persipa Minggu (8/2023), kelompok suporter Persijap Jepara di tribun utara kembali menyuarakan dukungan agar pihak-pihak terkait memberikan perhatian lebih terhadap kelestarian lingkungan di Karimunjawa yang menjadi salah satu spot surga wisata di Indonesia.
Tampak tulisan TAMBAK UDANG MERUSAK ALAM | SAVE KARIMUNJAWA terbentang di tribun utara bagian atas.
“Kami masih berdiri tegak dan bersuara lantang, menyuarakan isue sosial terkait dengan aktifitas tambak udang di Karimunjawa yang berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan hidup. #SaveKarimunjawa #TambakUdangMerusakAlam #Alerta,” tulis akun Curva Nord Syndicate di Twitter. Curva Nord Syndicate adalah kelompok suporter yang menghuni tribun Utara, orang-orang menyebutnya sebagai ultras Persijap.
Spanduk itu mengundang reaksi positif dari masyarakat. Mereka mengapresiasi atas aksi yang dilakukan para suporter tersebut. Diharapkan aksi itu semakin banyak membuka pemahaman publik soal kelestarian lingkungan di wilayah Karimunjawa yang terancam akibat adanya aktivitas tambak udang.
Karimunjawa merupakan wilayah konservasi dan daerah wisata. Dalam perda Kabupaten Jepara juga dengan jelas melarang aktivitas itu. Pemerintah daerah sudah melakukan penutupan aktivitas tambak udang. Namun hingga kini masih ada pro kontra terkait masalah tambak udang tersebut.
Dikutip dari portal resmi Pemprov Jawa Tengah, Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa Widyastuti mengatakan, ada 33 titik tambak udang di Karimunjawa. Terdiri dari 238 petak tambak, dengan luasan sekitar 42 hektare. Keberadaan tambak udang tersebut, khususnya pipanisasi yang dimasukkan ke laut telah merusak terumbu karang yang ada di sana. Bahkan, ada sampai 700 meter pipa yang menjulur ke laut.
“Pipa tersebut ada yang diikat dengan bambu pancang, ada yang diikat dengan ban, ada juga yang diikat dengan batu karang. Ini sangat mengkhawatirkan keberlangsungan ekosistem laut Karimunjawa,” katanya dalam berita yang telah dipublikasikan pada 16 Maret 2023. (mif)
Editor : A Adhim