Habib Anis Sholeh Ba’asyin membuka Suluk Maleman
Sabtu (18/3/2018) malam lalu dengan sebuah pertanyaan soal pemahaman tema ngaji
budaya malam itu. Tiga jamaah dipersilahkannya berbicara sesuai pandangan
masing-masing soal tema “Bukan Indonesia yang Ini” beserta ilustrasi gambar jangkrik
yang berhadap-hadapan.
Sabtu (18/3/2018) malam lalu dengan sebuah pertanyaan soal pemahaman tema ngaji
budaya malam itu. Tiga jamaah dipersilahkannya berbicara sesuai pandangan
masing-masing soal tema “Bukan Indonesia yang Ini” beserta ilustrasi gambar jangkrik
yang berhadap-hadapan.
Beberapa yang mengemukakan,
menganggap potret Indonesia sekarang atau Indonesia yang ini tak sesuai yang
dicita-citakan pendiri. Harapan-harapan yang disemai para pendiri, para
pendahulu sangat berbeda dengan Indonesia yang ini.
menganggap potret Indonesia sekarang atau Indonesia yang ini tak sesuai yang
dicita-citakan pendiri. Harapan-harapan yang disemai para pendiri, para
pendahulu sangat berbeda dengan Indonesia yang ini.
”Gambar jangkrik yang
berhadap-hadapan itu adalah adu jangkrik. Kenyataan sekarang yang terjadi pada
bangsa ini,” kata pengasuh ngaji budaya Suluk Maleman Anis Sholeh Ba’asyin.
berhadap-hadapan itu adalah adu jangkrik. Kenyataan sekarang yang terjadi pada
bangsa ini,” kata pengasuh ngaji budaya Suluk Maleman Anis Sholeh Ba’asyin.
Oleh karena itu, Anis melanjutkan,
hari ini mestinya kita semua benar-benar cerdas. Cerdas dalam memilah-milah
informasi. ”Sebab debu dajjali atau hoaks, sudah menyebar kemana-mana begitu
derasnya,” imbuh Anis.
hari ini mestinya kita semua benar-benar cerdas. Cerdas dalam memilah-milah
informasi. ”Sebab debu dajjali atau hoaks, sudah menyebar kemana-mana begitu
derasnya,” imbuh Anis.
Hal yang sama juga dituturkan KH.
Agus Sunyoto, pria yang melahirkan karya monumental Atlas Walisongo ini
menyebutkan, di sosial media, bangsa Indonesia begitu mudahnya di adu domba.
”Mestinya kita harus cermat betul dalam menanggapi sesuatu,” kata pria yang
aktif di PP Lesbumi ini.
Agus Sunyoto, pria yang melahirkan karya monumental Atlas Walisongo ini
menyebutkan, di sosial media, bangsa Indonesia begitu mudahnya di adu domba.
”Mestinya kita harus cermat betul dalam menanggapi sesuatu,” kata pria yang
aktif di PP Lesbumi ini.
Bangsa Indonesia, kata Agus, itu
kaya raya, namun saat ini begitu miskin. Karena mudah diadu domba. Seperti
mengadu cangkrik. ”China itu sekarang menjadi negara adidaya, kuncinya hanya
satu. Pemimpin mereka mampu mempersatukan elemen bangsa Cina,” jelas Agus.
kaya raya, namun saat ini begitu miskin. Karena mudah diadu domba. Seperti
mengadu cangkrik. ”China itu sekarang menjadi negara adidaya, kuncinya hanya
satu. Pemimpin mereka mampu mempersatukan elemen bangsa Cina,” jelas Agus.
Menilik sejarah lampau, para
pendiri sebenarnya telah menanamkan persatuan bangsa. Negeri sepenggal surga
ini merdeka atas nama persatuan bangsa. ”Indonesia itu kaya raya. Di dalam
perut buminya tersimpan minyak, intan, emas, uranium yang berlimpah. Di atas
bumimnya ada rempah-rempah yang juga melimpah. Maka perlu persatuan bangsa,
supaya tidak terjadi Indonesia yang ini,” jelas pria yang juga pernah menjadi
wartawan di sebuah surat kabar terbitan Jawa Timur itu. (lil)
pendiri sebenarnya telah menanamkan persatuan bangsa. Negeri sepenggal surga
ini merdeka atas nama persatuan bangsa. ”Indonesia itu kaya raya. Di dalam
perut buminya tersimpan minyak, intan, emas, uranium yang berlimpah. Di atas
bumimnya ada rempah-rempah yang juga melimpah. Maka perlu persatuan bangsa,
supaya tidak terjadi Indonesia yang ini,” jelas pria yang juga pernah menjadi
wartawan di sebuah surat kabar terbitan Jawa Timur itu. (lil)