Tradisi apeman di Desa Piji Wetan Kecamatan Dawe Kudus/@kampungbudayapijiwetan |
Suguhan kuliner tidak saja berhenti pada rasa enak atau sekadar mengenyangkan saja. Beragam kuliner di negeri ini memiliki cerita panjang di balik kelezatannya. Seperti sajian apem di sebuah desa di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus ini, yang hadir menjadi pelengkap tradisi memasuki bulan suci Ramadan.
KUDUS – Tradisi tahunan yang digelar setiap tahun menjelang datangnya bulan Ramadhan ini menjadi salah satu kekhasan dari @kampungbudayapijiwetan. Kegiatannya berkumpul di mushola masing-masing, berdoa dan saling berbagi Apem yang sudah dibuat oleh masing-masing rumah. Secara sejarah, apeman ini sebenarnya sudah ada sejak jaman leluhur sebagai penanda dan pengingat datangnya bulan suci Ramadhan untuk umat Islam. Ada yang berupa kirab, ada yang berupa festival dan lain lain.
Kue apem sendiri adalah jenis jajanan tradisional khas Jawa yang biasa disajikan dalam acara hajatan masyarakat. Jajanan ini kerap ditemukan dalam acara kenduri. Beberapa orang mempercayai hal ini memiliki makna filosofis dan tujuan strategis di balik tradisi tersebut. Ada yang mempercayai bahwa kata Apem, berasal dari bahasa arab yaitu ‘afuwan’ atau ‘afuwwun’. Kata ini memiliki makna ampunan atau harapan pengampunan. Jadi apem adalah sebuah simbol bagi masyarakat Jawa untuk meminta ampunan, diampuni dari segala kesalahan dan dosa menyambut bulan suci Ramadhan.
Ada juga yang mempercayai sebagai ungkapan syukur umat Islam karena masih diberi kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Yang jelas, tradisi ini memiliki makna-makna positif yang terkandung di dalamnya. Kami sebagai penerus generasi di Piji Wetan akan tetap melestarikan kebudayaan-kebudayaan baik semacam ini agar tumbuh kembang zaman ini terus dibarengi dengan kontemplasi tentang siapa jati diri kita sebenarnya.
Untuk semuanya, bersama Apem ini kami haturkan “Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga diberi kelancaran dan berkah oleh Allah SWT”. (yan)