Seorang petani garam sedang mengumpulkan hasil produksinya di tambak garam di daerah Juwana baru-baru ini. |
PATI – Beberapa pekan terakhir,
harga garam mengalami kemerosotan. Hal itu dipicu stok panen garam petani yang
melimpah. Akibatknya kini petani banyak yang menimbun garamnya dan menunggu
harga lebih stabil.
harga garam mengalami kemerosotan. Hal itu dipicu stok panen garam petani yang
melimpah. Akibatknya kini petani banyak yang menimbun garamnya dan menunggu
harga lebih stabil.
Hal itu diakui salah satu petani
garam di Desa Genengmulyo Kecamatan Juwana Eko Sulistyo, 28. Eko menuturkan,
saat ini harga garam dari petani untuk garam grosok hanya dihargai Rp 850
perkilogramnya. Sementara garam kristal yang sudah dicuci mencapai Rp 1.300
perkilogramnya. Harga itu diakui Eko belum stabil.
garam di Desa Genengmulyo Kecamatan Juwana Eko Sulistyo, 28. Eko menuturkan,
saat ini harga garam dari petani untuk garam grosok hanya dihargai Rp 850
perkilogramnya. Sementara garam kristal yang sudah dicuci mencapai Rp 1.300
perkilogramnya. Harga itu diakui Eko belum stabil.
”Kalu hitungan kami harga yang
stabil ya di kisaran Rp 1.500 perkilogram untuk garam grosok. Karena harganya
masih rendah, untuk menghindari kerugian penjualan banyak petani garam di desa
kami yang memilih untuk menimbun barang dulu. Namun ada sedikit yang terpaksa
menjualnya,” terangnya. Jika melihat harga saat ini diakuinya belum bisa memeroleh
untung dari produksu.
stabil ya di kisaran Rp 1.500 perkilogram untuk garam grosok. Karena harganya
masih rendah, untuk menghindari kerugian penjualan banyak petani garam di desa
kami yang memilih untuk menimbun barang dulu. Namun ada sedikit yang terpaksa
menjualnya,” terangnya. Jika melihat harga saat ini diakuinya belum bisa memeroleh
untung dari produksu.
Lanjut Eko, naik turunnya harga
jual garam diakuinya sebagai hal yang wajar saja. ”Akan tetapi dalam beberapa
pekan ini harganya cenderung sangat merosot,” keluh Eko.
jual garam diakuinya sebagai hal yang wajar saja. ”Akan tetapi dalam beberapa
pekan ini harganya cenderung sangat merosot,” keluh Eko.
Tiga Kecamatan
Dari tiga kecamatan penghasil garam
di Kabupaten Pati, yakni Kecamatan Juwana, Batangan dan Trangkil, diketahui
rata-rata mengalami permasalahan yang sama. Harga garam perlahan terus
mengalami penurunan.
di Kabupaten Pati, yakni Kecamatan Juwana, Batangan dan Trangkil, diketahui
rata-rata mengalami permasalahan yang sama. Harga garam perlahan terus
mengalami penurunan.
“Bahkan di daerah Trangkil, malah
sudah banyak perani garam yang sudah beralih menjadi petani tambak. Kalau di
pikir-pikir memang lebih untuk petani tambak, tetapi modal yang dikeluarkan
juga banyak. Kalau garam kan tidak terlalu menguras biaya dan perawatannya juga
lebih mudah,” katanya.
sudah banyak perani garam yang sudah beralih menjadi petani tambak. Kalau di
pikir-pikir memang lebih untuk petani tambak, tetapi modal yang dikeluarkan
juga banyak. Kalau garam kan tidak terlalu menguras biaya dan perawatannya juga
lebih mudah,” katanya.
Lebih lanjut, Eko berharap agar
pemerintah bisa menstabilkan harga garam, sehingga para petani garam tidak rugi
ketika sudah panen. Setidaknya, ada harga eceren terendah sebagai patokan penjualan
apabila harganya menurun drastis. Apalagi di saat musim kemarau panjang seperti
ini, kualitas garam lebih baik dari biasanya. (yan)
pemerintah bisa menstabilkan harga garam, sehingga para petani garam tidak rugi
ketika sudah panen. Setidaknya, ada harga eceren terendah sebagai patokan penjualan
apabila harganya menurun drastis. Apalagi di saat musim kemarau panjang seperti
ini, kualitas garam lebih baik dari biasanya. (yan)