Diskusi bersama para pakar |
DEMAK
– Sejarah Raden Fatah dibedah. Inisiatornya Yayasan Dharma Bhakti Lestari dan
Research Center Media Group melalui Sahabat Lestari. Diskusi digelar untuk
menyegarkan kembali ingatan masyarakat tentang sejarah sultan pertama di Tanah
Jawa tersebut.
– Sejarah Raden Fatah dibedah. Inisiatornya Yayasan Dharma Bhakti Lestari dan
Research Center Media Group melalui Sahabat Lestari. Diskusi digelar untuk
menyegarkan kembali ingatan masyarakat tentang sejarah sultan pertama di Tanah
Jawa tersebut.
Selain itu, diskusi juga
menjadi respon para sejarawan atas pernyataan “ngawur” salah seorang budayawan yang
kerap muncul di layar kaca, Ridwan Saidi. Budayawan berambut gondrong itu
menyebut Raden Fatah dan Sultan Trenggono adalah seorang Yahudi. Pernyatan itu
dinilai telah melukai masyarakat Demak dan para sejarawan yang meneliti
Kerajaan Demak.
menjadi respon para sejarawan atas pernyataan “ngawur” salah seorang budayawan yang
kerap muncul di layar kaca, Ridwan Saidi. Budayawan berambut gondrong itu
menyebut Raden Fatah dan Sultan Trenggono adalah seorang Yahudi. Pernyatan itu
dinilai telah melukai masyarakat Demak dan para sejarawan yang meneliti
Kerajaan Demak.
Retno Lukito, salah
satu perwakilan Yayasan Dharma Bhakti Lestari mengungkapkan, dengan mengangkat
tema “Menyegarkan Sejarah Raden Fatah,” diskusi tersebut bertujuan untuk
meluruskan opini publik yang tergiring oleh pernyataan Ridwan Saidi tersebut.
Pihaknya merasa sangat mendesak untuk melakukan counter terhadap diskusi liar yang berkembang di masyarakat.
satu perwakilan Yayasan Dharma Bhakti Lestari mengungkapkan, dengan mengangkat
tema “Menyegarkan Sejarah Raden Fatah,” diskusi tersebut bertujuan untuk
meluruskan opini publik yang tergiring oleh pernyataan Ridwan Saidi tersebut.
Pihaknya merasa sangat mendesak untuk melakukan counter terhadap diskusi liar yang berkembang di masyarakat.
”Kita harus meluruskan
opini publik yang sudah dibingungkan dengan pernyataan Ridwan Saidi. Terutama
diskusi-diskusi yang berkembang di media sosial,” tegas Retno dalam Forum Group
Discussion (FGD) di Hotel Amantis, baru-baru ini.
opini publik yang sudah dibingungkan dengan pernyataan Ridwan Saidi. Terutama
diskusi-diskusi yang berkembang di media sosial,” tegas Retno dalam Forum Group
Discussion (FGD) di Hotel Amantis, baru-baru ini.
Senada dengan Retno,
Alamsyah, salah satu pakar penelitian Yayasan Dharma Bhakti Lestari menyatakan,
perlu pergerakan cepat untuk meluruskan pandangan publik terkait isu tersebut.
Melalui FGD tersebut, pihaknya mengajak seluruh narasumber yang hadir dari
berbagai kalangan untuk merekontruksi sejarah Raden Fatah dan Kerajaan Demak.
Alamsyah, salah satu pakar penelitian Yayasan Dharma Bhakti Lestari menyatakan,
perlu pergerakan cepat untuk meluruskan pandangan publik terkait isu tersebut.
Melalui FGD tersebut, pihaknya mengajak seluruh narasumber yang hadir dari
berbagai kalangan untuk merekontruksi sejarah Raden Fatah dan Kerajaan Demak.
Senada, Chamamah
Suwarno, Guru Besar Filologi asal Universitas Gajah Mada (UGM) menegaskan bahwa
pernyataan Ridwan Saidi tersebut sangat fatal. Sebab tidak berdasar pada data
dan fakta sejarah yang valid. Dia menilai pernyataan tersebut sangat mudah
dibantah dengan bukti-bukti yang sampai saat ini masih ada.
Suwarno, Guru Besar Filologi asal Universitas Gajah Mada (UGM) menegaskan bahwa
pernyataan Ridwan Saidi tersebut sangat fatal. Sebab tidak berdasar pada data
dan fakta sejarah yang valid. Dia menilai pernyataan tersebut sangat mudah
dibantah dengan bukti-bukti yang sampai saat ini masih ada.
”Ridwan Saidi itu
ngawur. Pernyataan itu menunjukkan kapasitas keilmuannya menganai sejarah
Kerajaan Demak. Itu sangat fatal,” tegas Chamamah.
ngawur. Pernyataan itu menunjukkan kapasitas keilmuannya menganai sejarah
Kerajaan Demak. Itu sangat fatal,” tegas Chamamah.
Beberapa bukti yang
bisa membantah pernyataan Ridwan Saidi antara lain masih berdiri kokoh masjid
Demak, terdapat makam-makam bercorak Islam, dan hampir seluruh peninggalan
lainnya menunjukkan bahwa Raden Fatah, Sultan Trenggono dan Kerajaan Demak
secara umum beragama Islam. Tidak ada satu bukti yang menyimbolkan adanya
Yahudi di Kerajaan Demak.
bisa membantah pernyataan Ridwan Saidi antara lain masih berdiri kokoh masjid
Demak, terdapat makam-makam bercorak Islam, dan hampir seluruh peninggalan
lainnya menunjukkan bahwa Raden Fatah, Sultan Trenggono dan Kerajaan Demak
secara umum beragama Islam. Tidak ada satu bukti yang menyimbolkan adanya
Yahudi di Kerajaan Demak.
Lebih dalam Chamamah
mendedahkan, di dalam Masjid Agung Demak terdapat empat tiang penyangga utama.
Dari intepretasinya, jika empat tiang tersebut ditarik dengan garis diagonal,
maka akan bertemu pada satu titik di tengah. Titik tersebut tepat berada di
bawah kubah masjid. Kaitan antara titik dan kubah itu bisa dimaknai sebagai
pemurnian ketauhidan kepada Tuhan.
mendedahkan, di dalam Masjid Agung Demak terdapat empat tiang penyangga utama.
Dari intepretasinya, jika empat tiang tersebut ditarik dengan garis diagonal,
maka akan bertemu pada satu titik di tengah. Titik tersebut tepat berada di
bawah kubah masjid. Kaitan antara titik dan kubah itu bisa dimaknai sebagai
pemurnian ketauhidan kepada Tuhan.
”Titik utama tersebut
berada tepat di bawah kubah. Secara filosofis, titik itu terhubung langsung ke
atas kubah. Satu kubah tersebut merupakan simbol yang bisa mengantarkan hati
manusia menujusatu titik puncak semesta. Yakni Tuhan Yang Maha Esa,” terang
Chamamah.
berada tepat di bawah kubah. Secara filosofis, titik itu terhubung langsung ke
atas kubah. Satu kubah tersebut merupakan simbol yang bisa mengantarkan hati
manusia menujusatu titik puncak semesta. Yakni Tuhan Yang Maha Esa,” terang
Chamamah.
Sementara itu, Joko
Suryo, guru besar sejarah UGM menegaskan bahwa dengan alasan dan dalih apapun,
Raden Fatah dan Sultan Trenggono tidak bisa disebut sebagai seorang Yahudi.
Sebab, Raden Fatah hidup bersama Walisongo yang sudah jelas keislamannya. Bukan
hanya itu, Walisongo lah yang menjadi penyebar Agama Islam di Tanah Jawa.
Suryo, guru besar sejarah UGM menegaskan bahwa dengan alasan dan dalih apapun,
Raden Fatah dan Sultan Trenggono tidak bisa disebut sebagai seorang Yahudi.
Sebab, Raden Fatah hidup bersama Walisongo yang sudah jelas keislamannya. Bukan
hanya itu, Walisongo lah yang menjadi penyebar Agama Islam di Tanah Jawa.
”Saya bisa bantah
dengan mudah pernyataan menyesatkan Ridwan Saidi itu. sebab, Kesultanan Demak
merupakan pusat peradaban Islam di Jawa dan Nusantara pada abad ke 16,” tegas
Joko. (alb)
dengan mudah pernyataan menyesatkan Ridwan Saidi itu. sebab, Kesultanan Demak
merupakan pusat peradaban Islam di Jawa dan Nusantara pada abad ke 16,” tegas
Joko. (alb)