Wisata dadakan susur daerah banjir dengan naik perahu |
Masa sulit selalu menghadirkan ide kreatif. Warga Desa Kasiyan, Sukolilo, Pati yang tak bisa bekerja karena terdampak banjir kini membuka wisata dadakan di lokasi bencana. Mereka menawarkan sensasi naik perahu di tengah-tengah banjir.
PATI – Banjir yang terjadi sejak beberapa hari kemarin membuat aktivitas warga lumpuh. Mereka tidak bisa bekerja seperti hari-hari biasanya. Namun lantaran warga tak dapat bekerja, mereka pun membuka wisata bencana. Perahu yang mereka gunakan untuk mobilitas sehari-hari mereka manfaatkan untuk mengangkut warga dan wisatawan yang ingin melihat kondisi banjir.
“Banyak yang datang untuk melihat –lihat banjir. Jadi itu yang kami manfaatkan. Apalagi banyak warga yang menganggur jadi kami inisiatif membuat wisata dadakan untuk pemasukan harian,” terang Sarwan, Warga Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo, Pati.
Tarif naik perahu itu cukup murah. Hanya Rp 5 ribu untuk sekali naik. Itupun bagi anak-anak seringkali digratiskan. Dengan tarif tersebut warga sudah bisa merasakan naik perahu di lokasi banjir sepanjang dua kilometer.
“Total ada 14 perahu yang disiapkan untuk wisata banjir ini. Kami bagi berurutan. Sudah empat hari terakhir ini kami melakukannya,” lanjutnya.
Untuk diketahui cuaca ekstrem di penghujung tahun 2022 membuat sejumlah wilayah di Kabupaten Pati terendam banjir. Banjir tergolong besar. Jumlah pengungsi akibat banjir yang menerjang sejumlah daerah di Pati terus bertambah. Sejumlah titik pengungsian pun telah dibuka. Kini warga berharap adanya bantuan logistik dan kesehatan.
Pengungsi
Dari informasi yang dihimpun dari tim relawan, setidaknya ada tiga titik tempat pengungsian yang telah didirikan dan ditempati. Seperti di Desa Doropayung, Kecamatan Juwana yang ditempatkan di aula balai desa. Di tempat itu ditempati 33 pengungsi.
Kemudian pengungsian juga dibuka di Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Total ada 17 jiwa dari enam kepala keluarga yang mengungsi. Ada juga yang mengungsi di rumah saudaranya.
Sedangkan satu tempat pengungsian lainnya yakni di Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo. Balai Pengungsian yang berada di sebelah masjid Al Faruq di Dukuh Penggingwarno telah dijadikan pengungsian sejak tiga hari terakhir ini.
“Mulai mengungsi sejak Sabtu (31/12/2022) lalu. Karena air cukup dalam. Di bagian Selatan air bahkan mencapai 1 hingga 1,5 meter di dalam rumah. Akhirnya ada yang mengungsi di balai pengungsian juga ada yang ditempat saudaranya,” terang Muflikah, salah seorang warga setempat.
Total ada sedikitnya 15 orang dari enam KK yang mengungsi di tempat tersebut. Ada balita serta lansia yang ikut mengungsi. Masjid yang ada di sebelah tempat pengungsian itu juga sudah kebanjiran. Alhasil mereka telah menyekat balai pengungsian itu untuk beribadah.
Namun dari pengamatan di lapangan, ada bagian atap yang telah rusak. Kondisi itu mendesak diperbaiki agar tidak bocor serta angin malam yang masuk.
“Kalau kebutuhan warga sepertinya sembako agar bisa dimasak karena warga sudah tidak bisa bekerja. Selain itu pengecekan kesehatan juga penting,” terangnya.
Dikatakannya di Dukuh Penggingwarno, Desa Kasiyan, Kecamatan Sukolilo itu ada 96 kepala keluarga yang kesemuanya terdampak banjir. Di bagian dalam, banjir bahkan telah terjadi dua minggu terakhir ini. Meskipun sebagian memilih mengungsi ke rumah saudaranya.
“Kalau melihat kondisinya sepertinya banjir ini lama karena ini baru awal Januari dan curah hujan masih tinggi. Dulu bahkan pernah sampai 40 hari. Semoga saja cepat surut,”terangnya.
Banjir di lokasi itu juga memutus akses jalan penghubung Kayen – Kudus sejak Sabtu (31/12/2022). Baik kendaraan roda dua dan roda empat tak ada yang berani melintas di jalur tersebut. Apalagi ketinggian air lebih dari satu meter. (arf)