KAJI SEJARAH : Sejumlah warga Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo dan sekitarnya saat mengikuti tadarus Serat Centhini Sabtu (31/8/2019) malam lalu. |
PATI, SUKOLILO – Malam suro (31/8/2019) malam
lalu digunakan warga Desa Prawoto dan sekitarnya untuk berdiskusi. Mereka
membedah Serat Centhini yang di dalamnya memuat informasi tentang Prawoto.
lalu digunakan warga Desa Prawoto dan sekitarnya untuk berdiskusi. Mereka
membedah Serat Centhini yang di dalamnya memuat informasi tentang Prawoto.
Lantunan kidung mengalun dari
beberapa orang tua yang melingkar di Balai Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo
pada malam 1 Suro atau yang jatuh pada Sabtu (31/8/2019) malam lalu. Tembang yang
dilantunkan itu dari Serat Centini. Mereka tengah melagukan bagian dari serat
yang menjadi salah satu rujukan penelitian sejarah tersebut.
beberapa orang tua yang melingkar di Balai Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo
pada malam 1 Suro atau yang jatuh pada Sabtu (31/8/2019) malam lalu. Tembang yang
dilantunkan itu dari Serat Centini. Mereka tengah melagukan bagian dari serat
yang menjadi salah satu rujukan penelitian sejarah tersebut.
Dalam bait yang ditembangkan itu
rupanya sangat familiar dengan desa tersebut. Seperti menyebutkan sendang
Gerudha atau yang dikenal Godo, sendang Beji dan sendang Jibing. Kesemua
sendang itu memang ada di Desa yang ada di bagian paling selatan sebelah barat
kabupaten Pati tersebut.
rupanya sangat familiar dengan desa tersebut. Seperti menyebutkan sendang
Gerudha atau yang dikenal Godo, sendang Beji dan sendang Jibing. Kesemua
sendang itu memang ada di Desa yang ada di bagian paling selatan sebelah barat
kabupaten Pati tersebut.
Warga dan para sesepuh desa itu
memang tengah mengkaji keterkaitan antara Prawoto yang disebutkan di Serat
Centhini. Keberadaan Prawoto baik sebagai wilayah maupun tokohnya yakni Sunan
atau Sultan Prawoto sendiri diakui memiliki keterkaitan kuat dengan sejarah
Kerajaan Demak Bintoro.
memang tengah mengkaji keterkaitan antara Prawoto yang disebutkan di Serat
Centhini. Keberadaan Prawoto baik sebagai wilayah maupun tokohnya yakni Sunan
atau Sultan Prawoto sendiri diakui memiliki keterkaitan kuat dengan sejarah
Kerajaan Demak Bintoro.
Ali Romdhoni, salah seorang peneliti
dari desa setempat memang meyakini jika istana Keraton Prawoto pernah menjadi
pusat pemerintahan Kasultanan Demak. Mereka juga yakin jika hal tersebut juga
dijelaskan dalam serat centini yang mereka kaji.
dari desa setempat memang meyakini jika istana Keraton Prawoto pernah menjadi
pusat pemerintahan Kasultanan Demak. Mereka juga yakin jika hal tersebut juga
dijelaskan dalam serat centini yang mereka kaji.
“Seperti dikisahkan jika Raden
Jayengresmi cucu buyut dari Sunan giri pernah melakukan napak tilas yang pada
kemudian hari sampai di bekas istana Prawoto. Disana beliau bertemu dengan Kyai
Darmajati yang saat itu menjadi lurah,”terangnya.
Jayengresmi cucu buyut dari Sunan giri pernah melakukan napak tilas yang pada
kemudian hari sampai di bekas istana Prawoto. Disana beliau bertemu dengan Kyai
Darmajati yang saat itu menjadi lurah,”terangnya.
Mereka bertemu di Sendang Beji untuk
kemudian diajak mampir ke rumah Lurah Kyai Damarjati. Setelah itu Raden
Jayengresmi ditunjukkan bekas istana para Sultan Demak termasuk digunakan untuk
Sultan atau Sunan Prawoto.
kemudian diajak mampir ke rumah Lurah Kyai Damarjati. Setelah itu Raden
Jayengresmi ditunjukkan bekas istana para Sultan Demak termasuk digunakan untuk
Sultan atau Sunan Prawoto.
“Raden Jayengresmi juga ditunjukkan
Sendang Grudo yang merupakan tempat favorit pemandian raja-raja Demak dan
sendang Jibing yang menjadi tempat pemandian putri dan kerabat
keraton,”terangnya.
Sendang Grudo yang merupakan tempat favorit pemandian raja-raja Demak dan
sendang Jibing yang menjadi tempat pemandian putri dan kerabat
keraton,”terangnya.
Informasi itu dinilai begitu penting
untuk kemudian digali secara menyeluruh. Oleh karena itulah mereka sengaja memilih
mengisi malam satu suro dengan tadarus serat Centhini. Yakni bertemakan “Istana
Prawoto dalam Pemberitaan Serat Centhini”.
untuk kemudian digali secara menyeluruh. Oleh karena itulah mereka sengaja memilih
mengisi malam satu suro dengan tadarus serat Centhini. Yakni bertemakan “Istana
Prawoto dalam Pemberitaan Serat Centhini”.
“Kami sangat berharap nantinya
dengan memahami bahwa Prawoto memiliki nilai sejarah yang kuat bisa memotivasi
anak-anak muda sebagai generasi penerus agar dapat ikut melakukan
penelusuran,”terangnya.(has)
dengan memahami bahwa Prawoto memiliki nilai sejarah yang kuat bisa memotivasi
anak-anak muda sebagai generasi penerus agar dapat ikut melakukan
penelusuran,”terangnya.(has)