Seorang warga sedang berada di tengah temuan bangunan di Dukuh Cacah Desa Sukoharjo Kabupaten Pati yang kini telah ditembok keliling |
PATI – Balai Arkeologi Yogyakarta yang meneliti temuan
warga, berupa struktur bangunan dari batu bata di Punden Dukuh Cacah Desa
Sukoharjo sudah menyimpulkan temuan itu bukan bangunan makam. Meskipun begitu,
pihak desa mengaku tetap meneruskan apa yang telah dibangun warga sekitar.
warga, berupa struktur bangunan dari batu bata di Punden Dukuh Cacah Desa
Sukoharjo sudah menyimpulkan temuan itu bukan bangunan makam. Meskipun begitu,
pihak desa mengaku tetap meneruskan apa yang telah dibangun warga sekitar.
Suko Waluyo, Kepala Desa Sukoharjo
mengungkapkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada warganya. ”Namun kalau
ingin dibangun warga dipersilahkan berpartisipasi. Misalnya ada yang mau
menyumbangkan semen satu sak dipersilahkan,” katanya saat menggelar pertemuan
bersama Balai Arkeologi dan sesepuh desa setempat.
mengungkapkan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada warganya. ”Namun kalau
ingin dibangun warga dipersilahkan berpartisipasi. Misalnya ada yang mau
menyumbangkan semen satu sak dipersilahkan,” katanya saat menggelar pertemuan
bersama Balai Arkeologi dan sesepuh desa setempat.
Lebih lanjut, Suko Waluyo juga
mengimbau kepada warganya supaya tetap menghormati tempat tersebut. ”Sejak lama
di sini diyakini memang sebagai cikal bakal sesepuh desa. Meskipun temuan warga
dinyatakan bukan sebagai makam oleh tim ahli, kami mengimbau supaya tetap
menghormati tempat tersebut sebagai punden. Sejak dulu selalu digelar acara
sedekah bumi di tempat ini,” katanya. Saat ini temuan bangunan tersebut sudah
dibangunkan tembok keliling, dari batu bata.
mengimbau kepada warganya supaya tetap menghormati tempat tersebut. ”Sejak lama
di sini diyakini memang sebagai cikal bakal sesepuh desa. Meskipun temuan warga
dinyatakan bukan sebagai makam oleh tim ahli, kami mengimbau supaya tetap
menghormati tempat tersebut sebagai punden. Sejak dulu selalu digelar acara
sedekah bumi di tempat ini,” katanya. Saat ini temuan bangunan tersebut sudah
dibangunkan tembok keliling, dari batu bata.
Diyakini Makam
Sebelumnya, temuan bangunan
tersebut memang diyakini sebagai makam. Hal itu berdasarkan penuturan juru
kunci punden tersebut yang mendapatkan wangsit usai melakukan tirakat.
tersebut memang diyakini sebagai makam. Hal itu berdasarkan penuturan juru
kunci punden tersebut yang mendapatkan wangsit usai melakukan tirakat.
Seperti diketahui, warga Desa
Sukoharjo meyakini temuan itu merupakan makam dari tokoh setempat yang dikenal
sebagai punden desa yang bernama Mbah Gamirah. Namun saat diteliti oleh Balai
Arkeologi, temuan bangunan tersebut tidak mengindikasikan berupa bangunan
makam.
Sukoharjo meyakini temuan itu merupakan makam dari tokoh setempat yang dikenal
sebagai punden desa yang bernama Mbah Gamirah. Namun saat diteliti oleh Balai
Arkeologi, temuan bangunan tersebut tidak mengindikasikan berupa bangunan
makam.
”Di beberapa tempat yang kami
temui, yang paling tua sekalipun, misalnya makam di Troloyo, ataupun di Gresik
ditemukan nisan makamnya. Dan tulisannya sangat jelas terbaca. Sementara di
sini tak ditemukan apa pun. Hanya tumpukan batu bata yang sudah tidak membentuk
sebuah bangunan,” kata Ketua Tim Observasi dari Balai Arkeologi Yogyakarta
Masyhudi.
temui, yang paling tua sekalipun, misalnya makam di Troloyo, ataupun di Gresik
ditemukan nisan makamnya. Dan tulisannya sangat jelas terbaca. Sementara di
sini tak ditemukan apa pun. Hanya tumpukan batu bata yang sudah tidak membentuk
sebuah bangunan,” kata Ketua Tim Observasi dari Balai Arkeologi Yogyakarta
Masyhudi.
Pihaknya pun menyarankan kepada
pihak desa maupun, dinas terkait untuk meminta bantua kepada Balai Pelestari
Cagar Budaya (BPJB) Jawa Tengah. ”Yang bisa merekonstruksi bangunan dari sana,”
katanya. (has)
pihak desa maupun, dinas terkait untuk meminta bantua kepada Balai Pelestari
Cagar Budaya (BPJB) Jawa Tengah. ”Yang bisa merekonstruksi bangunan dari sana,”
katanya. (has)