Jadi Langganan Pejabat, Sehari
Habiskan 10 Kilogram Ikan Kutuk
Habiskan 10 Kilogram Ikan Kutuk
Wakil Bupati Pati Saiful Arifin sedang menyantap semur kutuk |
Masakannya
sederhana. Bumbu semur lengkap yang gurih dengan potongan ikan Kutuk. Jadilah
namanya semur kutuk. Karena rasanya yang khas, kuliner ini menjadi buruan
orang-orang. Para pejabat sering kali datang, termasuk Wakil Bupati Pati Saiful
Arifin yang menjadi langganan.
sederhana. Bumbu semur lengkap yang gurih dengan potongan ikan Kutuk. Jadilah
namanya semur kutuk. Karena rasanya yang khas, kuliner ini menjadi buruan
orang-orang. Para pejabat sering kali datang, termasuk Wakil Bupati Pati Saiful
Arifin yang menjadi langganan.
Cuaca
sedang mendung. Asap masih mengepul di dapur. Bunyi perkakas yang beradu satu
sama lain ikut memecah keheningan tengah hari itu. Sebuah warung sederhana di
pinggiran jalan Desa Jatiroto Kecamatan Kayen baru saja dibuka pemiliknya.
Warungnya amat sederhana.
sedang mendung. Asap masih mengepul di dapur. Bunyi perkakas yang beradu satu
sama lain ikut memecah keheningan tengah hari itu. Sebuah warung sederhana di
pinggiran jalan Desa Jatiroto Kecamatan Kayen baru saja dibuka pemiliknya.
Warungnya amat sederhana.
Dindingnya
dari papan kayu. Lantainya plesteran dari semen. Beberapa minuman bersoda
ditata rapi di atas meja. Di dekatnya ada pula air mineral botolan, dan
beberapa renteng jajanan ringan.
dari papan kayu. Lantainya plesteran dari semen. Beberapa minuman bersoda
ditata rapi di atas meja. Di dekatnya ada pula air mineral botolan, dan
beberapa renteng jajanan ringan.
Warung semur kutuk yang sangat sederhana di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati |
Sambil
menenteng panci, seorang ibu paro baya tergopoh-gopoh dari dapur di belakang.
Ibu bernama Sugini memang sedang bersiap menyiapkan masakan andalannya untuk
dijajakan siang itu. Adalah Semur Kutuk. Kutuk sendiri adalah sejenis ikan yang
hidup di air tawar. Di wilayah seperti Kayen, Sukolilo, dan Tambakromo yang
berada di bantaran Sungai Silugonggo ini memiliki stok ikan tersebut lumayan
melimpah. Namun terkadang juga susah mencarinya.
Baca juga : Kulit Jeruk Pamelo jadi Selai
menenteng panci, seorang ibu paro baya tergopoh-gopoh dari dapur di belakang.
Ibu bernama Sugini memang sedang bersiap menyiapkan masakan andalannya untuk
dijajakan siang itu. Adalah Semur Kutuk. Kutuk sendiri adalah sejenis ikan yang
hidup di air tawar. Di wilayah seperti Kayen, Sukolilo, dan Tambakromo yang
berada di bantaran Sungai Silugonggo ini memiliki stok ikan tersebut lumayan
melimpah. Namun terkadang juga susah mencarinya.
Baca juga : Kulit Jeruk Pamelo jadi Selai
Siang
itu Wakil Bupati Saiful Arifin bertandang ke warung yang sudah buka belasan
tahun lalu itu. Orang nomor dua di Kabupaten Pati ini mengaku sudah sering ke
tempat itu. Bisa dikatakan sudah jadi pelanggan tetap lah.
itu Wakil Bupati Saiful Arifin bertandang ke warung yang sudah buka belasan
tahun lalu itu. Orang nomor dua di Kabupaten Pati ini mengaku sudah sering ke
tempat itu. Bisa dikatakan sudah jadi pelanggan tetap lah.
”Rasanya
enak sih. Cocok dimakan siang hari begini,” katanya sambil menyantap masakan
racikan tangan Sugini itu.
enak sih. Cocok dimakan siang hari begini,” katanya sambil menyantap masakan
racikan tangan Sugini itu.
Kuliner
di Pati, lanjut pria yang akrab disapa Safin itu memang tergolong nikmat dan
mampu memanjakan lidah siapapun. ”Selain semur kutuk di Kayen yang enak ini,
tentu kita sudah hafal dengan nasi gandul, kepala manyung, dan masih banyak
lainnya. Ini menjadi potensi kekayaan kuliner yang bisa mengangkat nama Pati
juga,” ungkapnya.
di Pati, lanjut pria yang akrab disapa Safin itu memang tergolong nikmat dan
mampu memanjakan lidah siapapun. ”Selain semur kutuk di Kayen yang enak ini,
tentu kita sudah hafal dengan nasi gandul, kepala manyung, dan masih banyak
lainnya. Ini menjadi potensi kekayaan kuliner yang bisa mengangkat nama Pati
juga,” ungkapnya.
Sugini sedang melayani pembeli |
Semur
kutuk sendiri lebih nikmat disantap dengan lontong. Lontong di tempat Sugini
dibungkus daun pisang. Aromanya lebih harum. Makin menggugah selera makan
pelanggannya.
kutuk sendiri lebih nikmat disantap dengan lontong. Lontong di tempat Sugini
dibungkus daun pisang. Aromanya lebih harum. Makin menggugah selera makan
pelanggannya.
Di
warungnya itu, Sugini tak hanya menjual semur kutuk, ada semur ayam, dan telur.
Tetapi yang menjadi ciri khas warungnya dan paling banyak diburu adalah semur
kutuk. Sehari nenek berusia 65 tahunan ini bisa menghabiskan 10 kilogram ikan
kutuk. Tergantung stoknya juga. Terkadang di pasar tidak ada. Warung ini
sendiri buka mulai pukul 13.00, Sugini berjualan sendiri.
warungnya itu, Sugini tak hanya menjual semur kutuk, ada semur ayam, dan telur.
Tetapi yang menjadi ciri khas warungnya dan paling banyak diburu adalah semur
kutuk. Sehari nenek berusia 65 tahunan ini bisa menghabiskan 10 kilogram ikan
kutuk. Tergantung stoknya juga. Terkadang di pasar tidak ada. Warung ini
sendiri buka mulai pukul 13.00, Sugini berjualan sendiri.
”Saya
masak sendiri. Resepnya dari ibu saya. Dulu dia pernah jualan juga,” ungkap
Sugini di
sela melayani para pembelinya.
masak sendiri. Resepnya dari ibu saya. Dulu dia pernah jualan juga,” ungkap
Sugini di
sela melayani para pembelinya.
Masakan
tersebut, kata Sugini memang menjadi primadona banyak orang. Selain Wakil
Bupati Saiful Arifin yang sudah menjadi langganannya, beberapa pejabat seperti
para camat dan orang kabupaten juga sering makan di warungnya tersebut.
tersebut, kata Sugini memang menjadi primadona banyak orang. Selain Wakil
Bupati Saiful Arifin yang sudah menjadi langganannya, beberapa pejabat seperti
para camat dan orang kabupaten juga sering makan di warungnya tersebut.
”Ya
biasanya pak wakil bupati ngabari dulu kalau mau datang ke warung. Seperti hari
ini. Soalnya kadang juga tidak dapat ikan kutuknya. Karena di pasar kadang juga
tidak ada. Kalau musim kemarau begini malah banyak ikannya, juga besar-besar
ukurannya,” imbuhnya. (alb)
biasanya pak wakil bupati ngabari dulu kalau mau datang ke warung. Seperti hari
ini. Soalnya kadang juga tidak dapat ikan kutuknya. Karena di pasar kadang juga
tidak ada. Kalau musim kemarau begini malah banyak ikannya, juga besar-besar
ukurannya,” imbuhnya. (alb)