Bedah buku Saring sebelum Sharing bersama Prof Nadirsyah Hosen, Rois Syuriah PCINU Australia – Selandia Baru |
Pukul sepuluh
pagi, Minggu (17/3/2019) Profesor
Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir mengisi seminar dan bedah buku
terbarunya yang berjudul “Saring Sebelum Sharing” di Gedung PC NU
Kabupaten Jepara. Bedah buku di Jepara ini merupakan rangkaian _tour_nya di
berbagai kota se-Indonesia.
pagi, Minggu (17/3/2019) Profesor
Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir mengisi seminar dan bedah buku
terbarunya yang berjudul “Saring Sebelum Sharing” di Gedung PC NU
Kabupaten Jepara. Bedah buku di Jepara ini merupakan rangkaian _tour_nya di
berbagai kota se-Indonesia.
Pada
kesempatan itu, Gus Nadir yang juga sebagai Ketua PCINU Australia dan New
Zeeland menjelaskan berbagai fenomena mutakhir yang membuat kondisi Indonesia
cukup memprihatinkan. Terutama dalam hal keberagamaan. Menurutnya, ada
provokator-provokator yang sengaja membuat kedamaian Indonesia terguncang
melalui media sosial.
kesempatan itu, Gus Nadir yang juga sebagai Ketua PCINU Australia dan New
Zeeland menjelaskan berbagai fenomena mutakhir yang membuat kondisi Indonesia
cukup memprihatinkan. Terutama dalam hal keberagamaan. Menurutnya, ada
provokator-provokator yang sengaja membuat kedamaian Indonesia terguncang
melalui media sosial.
Gus Nadir juga
menyebutkan beragam modus yang dipakai para provokator tersebut. Yang paling
sering yaitu mereka pura-pura bertanya dengan menyertakan sebuah berita. Namun
pertanyaan itu dilontarkan untuk memancing perdebatan yang berujung konflik.
menyebutkan beragam modus yang dipakai para provokator tersebut. Yang paling
sering yaitu mereka pura-pura bertanya dengan menyertakan sebuah berita. Namun
pertanyaan itu dilontarkan untuk memancing perdebatan yang berujung konflik.
“Misalnya,
ada yang melempar pertanyaan tentang kesalahan salah satu pasangan calon
presiden. Namun pertanyaan itu dilemparkan kepada kita-kita yang sama sekali
tidak memiliki hubungan politik apapun kepada keduanya. Tentu ini tujuannya untuk
memancing emosi,” katanya.
ada yang melempar pertanyaan tentang kesalahan salah satu pasangan calon
presiden. Namun pertanyaan itu dilemparkan kepada kita-kita yang sama sekali
tidak memiliki hubungan politik apapun kepada keduanya. Tentu ini tujuannya untuk
memancing emosi,” katanya.
Selain itu,
lanjut Gus Nadir, umat Islam juga diprovokasi dengan membenturkan pernyataan
antar ulama atau tokoh agama. Dikatakan, hal ini sering menimpa para kyai-kyai
NU. Sebab, banyak pihak yang tidak suka dengan paradigma NU yang lebih
mengutamakan persatuan seluruh umat beragama di Indonesia dibandingkan lebih
menonjolkan diri sebagai umat yang mendominasi negara.
lanjut Gus Nadir, umat Islam juga diprovokasi dengan membenturkan pernyataan
antar ulama atau tokoh agama. Dikatakan, hal ini sering menimpa para kyai-kyai
NU. Sebab, banyak pihak yang tidak suka dengan paradigma NU yang lebih
mengutamakan persatuan seluruh umat beragama di Indonesia dibandingkan lebih
menonjolkan diri sebagai umat yang mendominasi negara.
Modus yang
ketiga, sambung Gus Nadir, umat Islam Indonesia diprovokasi dengan dalil-dalil
yang tidak relevan dengan konteks kekinian. Dalil-dalil itu dipaksakan untuk
merespon fenomena yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dalil yang
disertakan. Ia mencontohkan, mendekati pemilu kali ini, banyak yang mengutip
dalil atau hadis tentang perang sebagai upaya untuk menggiring opini publik
supaya “memerangi” lawan politiknya.
ketiga, sambung Gus Nadir, umat Islam Indonesia diprovokasi dengan dalil-dalil
yang tidak relevan dengan konteks kekinian. Dalil-dalil itu dipaksakan untuk
merespon fenomena yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dalil yang
disertakan. Ia mencontohkan, mendekati pemilu kali ini, banyak yang mengutip
dalil atau hadis tentang perang sebagai upaya untuk menggiring opini publik
supaya “memerangi” lawan politiknya.
“Yang
lebih ekstrim, ada pihak yang menyerukan untuk kembali ke Qur’an dan hadis. Lha
memangnya kita (NU: red) pernah meninggalkan Qur’an dan Hadis? Ada-ada saja
mereka itu. Selain itu, mereka juga sering mengkafir-kafirkan yang tak sama
dengan mereka. Ini jelas salah besar dan NU harus menjadi garda terdepan untuk
meluruskan mereka,” tambahnya.
lebih ekstrim, ada pihak yang menyerukan untuk kembali ke Qur’an dan hadis. Lha
memangnya kita (NU: red) pernah meninggalkan Qur’an dan Hadis? Ada-ada saja
mereka itu. Selain itu, mereka juga sering mengkafir-kafirkan yang tak sama
dengan mereka. Ini jelas salah besar dan NU harus menjadi garda terdepan untuk
meluruskan mereka,” tambahnya.
Melalui buku
tersebut, Gus Nadir berharap upayanya menghadirkan pesan Islam yang benar-benar
rahmatan Lil ‘alamin. Ia juga mendorong warga Nahdliyyin untuk aktif berdakwah
melalui media sosial, agar masyarakat yang awam agama bisa tersentuh oleh
dakwah ala NU.
tersebut, Gus Nadir berharap upayanya menghadirkan pesan Islam yang benar-benar
rahmatan Lil ‘alamin. Ia juga mendorong warga Nahdliyyin untuk aktif berdakwah
melalui media sosial, agar masyarakat yang awam agama bisa tersentuh oleh
dakwah ala NU.
Dalam seminar
itu hadir juga Nasrullah Afandi, doktor maqosidus syariah alumni Maroko
sekaligus Wakil Katib PWNU Jawa Tengah, sebagai pembanding Gus Nasrul sangat
mendukung dengan karya-karya Gus Nadir yang mencerahkan dan menyejukkan
kekacauan masyarakat saat ini. Dia juga sepakat untuk mendorong seluruh warga
NU agar bersama-sama melawan provokator-provokator yang mengatasnamakan agama
sebagai dalih untuk memecah belah.
itu hadir juga Nasrullah Afandi, doktor maqosidus syariah alumni Maroko
sekaligus Wakil Katib PWNU Jawa Tengah, sebagai pembanding Gus Nasrul sangat
mendukung dengan karya-karya Gus Nadir yang mencerahkan dan menyejukkan
kekacauan masyarakat saat ini. Dia juga sepakat untuk mendorong seluruh warga
NU agar bersama-sama melawan provokator-provokator yang mengatasnamakan agama
sebagai dalih untuk memecah belah.
“Paham-paham
radikalisme dan ekstrimisme telah nyata-nyata menggerogoti kesatuan bangsa
kita. Oleh sebab itu, saya serukan kepada warga NU untuk melawan mereka. NU
harus menjadi pihak pertama yang menyelamatkan bangsa,” tegasnya. (fmh)
radikalisme dan ekstrimisme telah nyata-nyata menggerogoti kesatuan bangsa
kita. Oleh sebab itu, saya serukan kepada warga NU untuk melawan mereka. NU
harus menjadi pihak pertama yang menyelamatkan bangsa,” tegasnya. (fmh)