Urap Latoh menjadi salah satu menu olahan tanaman laut ini |
Tanaman Latoh banyak tumbuh di lautan Jepara. Latoh yang
dikenal sebagai anggur laut atau Green
Caviar, merujuk sebutan orang-orang Eropa dan Amerika, sangat baik untuk
kesehatan. Bahkan pasar di Jepang dan Korea sudah banyak yang meminta tanaman
hasil laut tersebut.
dikenal sebagai anggur laut atau Green
Caviar, merujuk sebutan orang-orang Eropa dan Amerika, sangat baik untuk
kesehatan. Bahkan pasar di Jepang dan Korea sudah banyak yang meminta tanaman
hasil laut tersebut.
”Latoh memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas
ekspor. Jepara sebenarnya sudah ekspor. Tapi masih menggunakan jasa pihak lain.
Kedepan bisa diekspor sendiri, sehingga Latoh bisa dikenal sebagai hasil laut
khas Jepara,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Jepara, Mulyaji,
seperti dikutip dari jepara.go.id.
ekspor. Jepara sebenarnya sudah ekspor. Tapi masih menggunakan jasa pihak lain.
Kedepan bisa diekspor sendiri, sehingga Latoh bisa dikenal sebagai hasil laut
khas Jepara,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Jepara, Mulyaji,
seperti dikutip dari jepara.go.id.
Lebih lanjut, pihaknya ingin melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat pesisir dengan mengangkat pembudidayaan Latoh. Sebab memiliki dampak
ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Serta menjadikan brand bahwa Latoh berasal dari Jepara.
masyarakat pesisir dengan mengangkat pembudidayaan Latoh. Sebab memiliki dampak
ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat. Serta menjadikan brand bahwa Latoh berasal dari Jepara.
Saat ini, Latoh telah mampu menembus pasar internasional. Ekspor tanaman hasil laut ini telah menyasar hingga ke Jepang dan Korea.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau (BBPBAP) Sugeng Raharjo mengatakan, saat ini banyak tambak yang
kondisinya kosong, melihat potensi tersebut dirinya tertarik untuk memanfaatkan
pembudidayaan Latoh bersama masyarakat.
Payau (BBPBAP) Sugeng Raharjo mengatakan, saat ini banyak tambak yang
kondisinya kosong, melihat potensi tersebut dirinya tertarik untuk memanfaatkan
pembudidayaan Latoh bersama masyarakat.
“Latoh itu hanya
membutuhkan waktu tiga minggu sampai satu bulan, dan sudah bisa dipanen setiap
hari. Dengan metode Tumpangsari ataupun Polyculture.
Ini potensi yang menarik,” katanya.
membutuhkan waktu tiga minggu sampai satu bulan, dan sudah bisa dipanen setiap
hari. Dengan metode Tumpangsari ataupun Polyculture.
Ini potensi yang menarik,” katanya.
Audiensi Kadin Jepara dengan Asisten II Sekda Jepara |
Metode tersebut dianggap sukses untuk perkembangbiakan jenis
rumput laut ini. Sebagai hasil laut khas Jepara, Sugeng berharap Latoh bisa
berkembang dengan baik.
rumput laut ini. Sebagai hasil laut khas Jepara, Sugeng berharap Latoh bisa
berkembang dengan baik.
Saat ini, BBPBAP bersama pengurus Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Jepara, dan Himpunan Nelayan seluruh Indonesia (HSNI) sedang
mempersiapkan pembudidayaan, sekaligus sosialisasi kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi Latoh.
(Kadin) Jepara, dan Himpunan Nelayan seluruh Indonesia (HSNI) sedang
mempersiapkan pembudidayaan, sekaligus sosialisasi kepada masyarakat untuk
mengkonsumsi Latoh.
Latoh memiliki banyak kandungan protein, kalsium, asam lemak
tak jenuh dan masih banyak lagi kandungan kesehatan lainnya. Tantowi Jauhari,
dari Kadin jepara mengungkapkan, pihaknya bakal melakukan kegiatan pengenalan
produk hasil laut tersebut.
tak jenuh dan masih banyak lagi kandungan kesehatan lainnya. Tantowi Jauhari,
dari Kadin jepara mengungkapkan, pihaknya bakal melakukan kegiatan pengenalan
produk hasil laut tersebut.
Upaya sosialisasi itu direncanakan melalui kegiatan
pemecahan rekor MURI. Dengan cara kegiatan makan Latoh bersama sebanyak 10 ribu
peserta. (alb)
pemecahan rekor MURI. Dengan cara kegiatan makan Latoh bersama sebanyak 10 ribu
peserta. (alb)