Saila
Rachmawati cukup cerdas. Perempuan yang kini menempuh studi S2 manajemen
pendidikan di IAIN Kudus ini berhasil menerapkan teori ATM dalam mengembangkan sebuah
produk yang digelutinya.
Amati, tiru, dan modifikasi.
Rachmawati cukup cerdas. Perempuan yang kini menempuh studi S2 manajemen
pendidikan di IAIN Kudus ini berhasil menerapkan teori ATM dalam mengembangkan sebuah
produk yang digelutinya.
Amati, tiru, dan modifikasi.
Saila telah
berhasil berinovasi menciptakan sebuah produk hijab,
dari kebiasaannya suka membeli hijab-hijab produk orang lain. Bahkan sekarang, alumnus Fakultas
IAIN Kudus ini sudah memiliki merk hijab sendiri, hingga pasar yang sudah terjamin.
berhasil berinovasi menciptakan sebuah produk hijab,
dari kebiasaannya suka membeli hijab-hijab produk orang lain. Bahkan sekarang, alumnus Fakultas
IAIN Kudus ini sudah memiliki merk hijab sendiri, hingga pasar yang sudah terjamin.
Saila
sendiri mulai berwirausaha membikin hijab saat dia nyantri dulu. Sambil kuliah,
alumni MA Raudlatul Ulum-Pati ini memang mondok. Dari situlah, Saila coba-coba
membikin hijab produknya sendiri. ”Ya awalnya kan memang hobi beli berbagai
model hijab, jadinya terinspirasi untuk bikin sendiri. Awalnya saya bikin
sistem pre–order. Tapi sekarang barang sudah ready,” kata perempuan yang kini mengajar di SMPN 1 Pati ini.
sendiri mulai berwirausaha membikin hijab saat dia nyantri dulu. Sambil kuliah,
alumni MA Raudlatul Ulum-Pati ini memang mondok. Dari situlah, Saila coba-coba
membikin hijab produknya sendiri. ”Ya awalnya kan memang hobi beli berbagai
model hijab, jadinya terinspirasi untuk bikin sendiri. Awalnya saya bikin
sistem pre–order. Tapi sekarang barang sudah ready,” kata perempuan yang kini mengajar di SMPN 1 Pati ini.
Dari banyak membeli, dan banyak melihat model hijab itu,
lanjut Saila, dirinya bisa makin berkreasi menciptakan model. Menurutnya hal
itu sangat penting dalam proses kreatifnya menciptakan sebuah produk hijab.
lanjut Saila, dirinya bisa makin berkreasi menciptakan model. Menurutnya hal
itu sangat penting dalam proses kreatifnya menciptakan sebuah produk hijab.
Untuk
pasarnya, Saila tertolong karena banyaknya teman. Terutama temannya di pondok
pesantren. Dari awal, kata Saila, pasarnya
memang anak pondok pesantren. ”Dulu pas lebaran,
pernah teman-teman pondok meminta hijab buatan saya.
Tapi karena masih pre order, banyak yang kecewa. Jadinya saya langsung membikin
barang yang ready. Saya bekerjasama dengan seorang teman saya,” papar perempuang kelahiran Pati, 1 Desember 1996
ini. (yan)
pasarnya, Saila tertolong karena banyaknya teman. Terutama temannya di pondok
pesantren. Dari awal, kata Saila, pasarnya
memang anak pondok pesantren. ”Dulu pas lebaran,
pernah teman-teman pondok meminta hijab buatan saya.
Tapi karena masih pre order, banyak yang kecewa. Jadinya saya langsung membikin
barang yang ready. Saya bekerjasama dengan seorang teman saya,” papar perempuang kelahiran Pati, 1 Desember 1996
ini. (yan)