ILUSTRASI |
Diskusi menarik dihadirkan
Paradigma Institute (Parist) pada Kamis (23/3/2023). Dalam forum kajian Tadarus
Ilmiah Ramadan 2023 itu membahas persoalan ibadah puasa bertentangan fitrah
manusia. Kegiatan tadarus ilmiah ini diisi para pemateri yang merupakan
mahasiswa S-3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2016.
Dr. Moh Nor Ichwan, selaku
pemateri mengungkapkan, Ibadah Puasa selalu dimaknai sebagai Al Imsak sebagai
menahan diri dan sudah maklum bahwa perintah kewajiban puasa secara normatif
temukan dasarnya di Alquran, namun dalam membicarakan tentang dua terminologi
apakah syariat untuk orang beriman atau Islam.
Kepala Prodi (Kaprodi S2) Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang itu mulai memantik dengan
menyatakan, pendapat ulama mayoritas jika terminologi ini disandingkan dalam
satu ayat maka makna berbeda, tapi ketika disambungkann dalam ayat berbeda maka
bisa dimaknai dengan sinonim, sehingga terkait antara Islam iman memiliki makna
yang berbeda.
Lanjutnya, terkait tentang kitab,
kewajiban Puasa, membicarakan tentang dua terminologi apakah syariat untuk
orang beriman atau Islam, dalam konteks sekarang, puasa diperuntukkan untuk
orang beriman. Lalu bagaimana memaknai ini antara orang iman dan Islam, kenapa
tidak orang berislam, Islam itu universal, Islam itu tidak bermula dari nabi
Muhammad. Artinya umat nabi terdahulu muslim kemudian perintah ditujukan bagi
orang muslim, tidak sebatas pengikut nabi Muhammad.
“Selama kita mengklaim diri
sebagai pengikut Muhammad itu kewajiban puasa melekat kepada kita, Albaqoroh
ayat 183 dari ayat ini menjelaskan bahwa Nabi-Nabi dulu sudah berpuasa sama
halnya dengan kematian, kematian adalah hal yang tidak di sukai manusia dan
fitrah nya manusia itu pengen hidup lama demikian juga puasa yang bertentangan
juga dengan fitrah manusia,” ujar mahasiswa Doktoral Sps UIN Jakarta angkatan
2016 itu seperti dikutip dari dktv.uinib.ac.id
Juga dalam ayat yang kutip pada
surah Al-Baqarah 216 yang mana pada isinya Allah mensifati perang pada sesuatu
yang dibenci oleh karna itu pada dasarnya manusia tidak suka pada peperangan.
Untuk Israel yg menyerang Oalestina itu semua umat muslim di dunia tidak
menyukai Israel dan memusuhi mereka.
“Begitu juga dengan puasa
bagaimana kita bangun untuk sahur, menahan puasa, dan sebagainya yang melawan
fitrah manusia,” ungkap Dr. Moh Nor Ichwan.
Tambahnya, dalam fitrah puasa pada
Al-Baqarah 186 menggunakan kutiba Alaikum sama seperti karena puasa itu
bertentangan dengan fitrah yang mana fitrah manusia ini ketika lapar harus
makan, ketika haus harus minum ketika nafsu harus berjimak bagi yang suami
istri dan itu semua di kekang ketika puasa dari pagi sampai magrib.
Oleh karena itu pada tema malam
ini dengan judul puasa itu adalah syariat Tuhan yag bertentangan dengan fitrah
manusia.
Sementara itu Sebagai Penanggap,
menurut Wakil Ketua I STAI Nurul Iman, Bogor, Dr. Ali Muttakin menyampaikan,
bahwa puasa itu tidak bertentangan dengan fitrah manusia, tapi sejalan.
“Mungkin pemaknaan fitrah itu
antar saya dan pak Nor Ichwan wan itu berbeda, mungkin apa yang di sampaikan
tadi sekilas itu memang ibadah puasa itu bertentangan dengan fitrah karena
memang pada dasarnya ibadah puasa itu membebani,” jelas Dr. Ali Muttakin.
Kalau berbicara terkait masalah
beban yang kemudian beban itu dijadikan sebagai menyalahi fitrah manusia, maka
segala perintah dan larangan dari Allah semuanya adalah beban bagi manusia.
Oleh karna itu orang yang berkewajiban untuk menjalan kan hal itu adalah
mukallaf, karena mukallaf sendiri itu adalah orang yang terbebani untuk
menjalan kan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah.
Maka dari itu orang yang tidak
terbebani untuk menjalankan, maka tidak punya kewajiban sebagai contoh orang
gila, orang gila ini karena akalnya hilang maka tidak dikatakan mukallaf.
Tambahnya, Oleh karena itu tidak
semua beban manusia itu kemudian di sebut menyalahi fitrah manusia, Justru
dalam hukum Islam syariat di turunkan kepada manusia tujuannya untuk
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Semua yang di turunlan Allah adalah
untuk kemaslahatan manusia.
Syariat-syariat yang diturun kan
Allah bukan hanya puasa dan solat saja , seperti haji juga merupakan beban bagi
manusia yaitu harus mengeluarkan banyak biaya. Namun beban-beban itu adalah
untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
“Karena manusia diberikan potensi
akal dan potensi nafsu, potensi akal menunjukkan manusia cendrung kepada
kebaikan sedangkan potensi nafsu menunjukkan manusia cendrung ke arah
kejelekan, namun keduanya sangat penting dan harus sejalan antara akal dan
nafsu dalam kebaikan, akal harus bisa mengontrol nafsu dengan baik,” ujar Dr
Ali Muttakin.
Pada intinya bahwa puasa pada
dasarnya tidak menyalahi fitrah manusia karna semua syariat yang Allah turunkan
memiliki tujuan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.
Karena dibalik puasa yang memiliki
beban di situ ada banyak manfaat dan puasa merupakan salah satu sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Kemudian yang kedua, terkait ada
pengertian terminologi, ada kata Islam ada kata iman dan ada kata muslim ada
kata mukmin karena dalam surah Al-Baqarah tadi ada kata “amanu”. Disini sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa dalam satu redaksi ayat itu menyebutkan 2 kata
yaitu muslimin dan imanu.
Islam lebih cendrung kepada
hal-hal yang sifatnya sohiriah kemudian yang iman cendrung sifatnya kepada yang
bathiniah.
Pada point ketiga, kembali kepada
kata-kata fitrah apakah membebani manusia, menurut Dr. Ali Muttakin memaknai
fitrah itu berarti suci, manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari
interaksi bersama oleh karna itu manusia tidak luput dari kesalahan dan sebelum
manusia itu berinteraksi, manusia masih suci dan setiap anak yang lahir itu
suci.
Oleh karena itu siapa yang
menjalankan puasa karna iman kepada Allah dan puasanya hanya mengharapkan Ridha
Allah maka Allah akan mengampuni dosa dosanya yang telah lalu.
“Sehingga keluar dari bulan
ramadan akan menjadi fitrah. Maka dari itu setelah selesai menjalan kan puasa
selama 30 atau 29 hari kita akan kembali ke Fitri kepada kesucian,” ungkap Dr.
Ali Muttakin.
Maka dari itu pelaksanaan puasa
ini tidak bertentangan dengan fitrah manusia Justru puasa ini membantu agar
seorang itu kembali kepada fitrah nya, dan puasa menjadi sarana untuk
mengbalikan kesucian yang mana telah kotor dari dosa- sebelumnya.
Kegiatan Forum kajian Tadarus
Ilmiah Ramadan 2023 dengan pemateri mahasiswa S3 UIN Syarif Jakarta 2016,
akademisi disebar seluruh Indonesia. “Menjadi ajang silaturahmi pada angkatan
2016 dan bagi teman-teman lainya saling bertaruf, saya berharap bisa bermanfaat
bagi kita, dan bagi pengembangan dunia akademik kita,” ujar Dosen Sosiologi
Agama IAIN Sultan Amai, Gorontalo, sekaligus moderator forum kajian Tadarus
Ilmiah Ramadan 2023 Dr. Ahmad Khoirul Fata.
Hadir dalam acara tersebut Dewan
Pembina Paragdima Institute, Dr. Muh Khamdan, Wakil Dekan (WD III) Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) UIN IB Padang, Dr. Abdullah Khusairi. (yan)