Zumrotun
Menulis memang menjadi hobi
Zumrotun. Gadis kelahiran Pati, 6 Januari 1995 ini sejak duduk di bangku SMA
sudah rutin menulis. Terbukti ia kerap kali mengikuti lomba kepenulisan,
meskipun jarang mendapatkan juara.
Zumrotun. Gadis kelahiran Pati, 6 Januari 1995 ini sejak duduk di bangku SMA
sudah rutin menulis. Terbukti ia kerap kali mengikuti lomba kepenulisan,
meskipun jarang mendapatkan juara.
”Saat SMA, saya pernah ikut lomba
menulis karya sastra, meskipun hanya juara harapan satu, saya tak patah
semangat, sebab menulis adalah hobi saya,” katanya kepada Lingkar Muria.
menulis karya sastra, meskipun hanya juara harapan satu, saya tak patah
semangat, sebab menulis adalah hobi saya,” katanya kepada Lingkar Muria.
Gadis yang juga pernah menjadi
Lurah Teater Suryopati Institut Pesantren Mathaliul Falah (ipmafa) ini
menuturkan, menulis merupakan caranya mengabadikan hidup.
Lurah Teater Suryopati Institut Pesantren Mathaliul Falah (ipmafa) ini
menuturkan, menulis merupakan caranya mengabadikan hidup.
”Sebanyak apapun hal yang kita
lalui, sehebat apapun kita, kalau tidak ada sebuah tulisan, maka semua itu akan
lenyap,” ungkap gadis yang pernah menjabat sebagai ketua di Himpunan mahasiswa
Program Studi (hmps) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (piaud) IPMAFA, serta Wakil Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa
(dema) IPMAFA ini.
lalui, sehebat apapun kita, kalau tidak ada sebuah tulisan, maka semua itu akan
lenyap,” ungkap gadis yang pernah menjabat sebagai ketua di Himpunan mahasiswa
Program Studi (hmps) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (piaud) IPMAFA, serta Wakil Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa
(dema) IPMAFA ini.
Zumrotun, menulis apa saja. Baik
itu artikel, sastra, hingga naskah drama teater. Baginya, tulisan adalah saksi
hidup segala aktivitasnya. Sehebat apapun seseorang, ketika meninggal dunia, ia
akan lenyap seketika. Tetapi jika punya tulisan, dengan itu ia akan tetap hidup
dan terus terkenang.
itu artikel, sastra, hingga naskah drama teater. Baginya, tulisan adalah saksi
hidup segala aktivitasnya. Sehebat apapun seseorang, ketika meninggal dunia, ia
akan lenyap seketika. Tetapi jika punya tulisan, dengan itu ia akan tetap hidup
dan terus terkenang.
”Dengan tulisan, kita bakal
terkenang hingga tujuh turunan. Sampai anak cucu kelak,” ujar gadis yang sudah
delapan tahun nyantri di Kajen, Margoyoso ini. (nun)
terkenang hingga tujuh turunan. Sampai anak cucu kelak,” ujar gadis yang sudah
delapan tahun nyantri di Kajen, Margoyoso ini. (nun)