Royyan merawat sayuran selada yang ditanamnya dengan metode hidroponik di Desa Kembang, Dukuhseti, Pati. |
Belajar daring di masa pandemi ternyata
menjadi berkah tersendiri. Misalnya dengan bekerja sampingan bertanam sayuran.
Seperti yang dilakukan Royyan, mahasiswa asal Desa Kembang, Kecamatan
Dukuhseti, Pati.
PATI – Bagi Muhammad
Fahmi Royyan Itsbad, mahasiswa asal Desa Kembang, Kecamatan Dukuhseti, Pati,
Jawa Tengah, belajar daring menurutnya menjadi berkah tersendiri. Royyan sapaan
akrabnya, mengisi waktu luang saat belajar daring dengan menanam, justru hal
itu membuat ia meraup omzet jutaan rupiah per bulan dengan menjadi petani
milenial menanam selada sistem hidroponik.
Mahasiswa di Desa Kembang,
Kecamatan Dukuhseti ini sukses membudidayakan tanaman selada melalui media
tanam hidroponik. Budidaya tanaman dengan hidroponik telah dilakukan mahasiswa
semester II Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini dilakukan sejak
sepuluh bulan yang lalu.
Menurut Royyan,
membudidayakan tanaman selada melalui media tanam hidroponik tidaklah rumit.
Dengan memanfaatkan halaman pekarangan seluas 8 x 10 meter, dan ruang pembibitan,
mahasiswa jurusan Ilmu Qur’an ini melakukan perawatan tanaman setiap hari.
“Saat pertama kali
mendaftar, saya bingung mengisi waktu karena barus belajar secara daring. Dari
situ akhirnya harus memutar otak, dan akhirnya bercocok tanam selada dengan
sistem hidroponik ini. Apalagi pekarangan rumah kan cukup untuk sistem
hidroponikini,” cerita Royyan kepada Lingkar Muria.
Dikatakan, membutuhkan
waktu selama 45 hari, mulai dari masa pembibitan hingga selada segar siap
dipanen. Alhasil, dengan membudidyakan tanaman hidroponik ini ia mengaku mampu
memperoleh omzet Rp 4-5 juta per bulan.
“Saat ini dengan
kapasitas 2.600 lubang tanaman, per hari saya mempunyau langganan tetap.
Minimal 7 kg untuk menyuplai ke sejumlah pelanggan. Belum lagi nanti ada warga
sekitar yang langaung datang ke sini. Kalau pelanggan yang membeli selada,
rata-rata adalah pedagang kebab dan burger,” jelasnya.
Sementara itu, Siti
Sholikah, warga Desa Alasdowo mengaku senang dan baru tahu kalau ada yang
menjual selada segar. Karena kalau dari pasar biasanya selada yang dibeli
kondisinya sudah layu. Sehingga, jika
membeli banyak juga yang harus terbuang.
“Kebetulan saya kan
usaha katering. Jadi sekarang tidak usah repot-repot mencari selada. Apalagi disini bisa memilih sendiri selada
yang akan saya beli. Kalau mencari di pasar kadang juga tidak ada. Beberapa
menu kan memang membutuhkan selada, seperti nasi tumpeng, nasi kuning, dan menu
bento untuk ulang,” kata Sholikah.
Tak hanya datang dari
lokal, dan luar kecamatan saat ini pembeli juga ada yang datang dari luar
daerah seperti Jepara. Selain untuk menyalurkan hobi berkebun, budidaya
hidroponik ini, juga membuka peluang usaha di masa pandemi. (hus)