PATI – Sebuah masjid di pelosok Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Pati viral di sosial media, ini lantaran bentuk masjidnya yang unik.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur ala bangunan-bangunan Eropa. Sekilas orang yang melintas di masjid ini akan takjud dan heran.
Masjid ini bernama Masjid Baiturrohman. Dalam dunia arsitektur, gaya yang dipakai adalah Neo Gotik. Secara umum bentuk masjid ini hampir berbeda dari kebanyakan masjid umumnya di Pati, Jawa Tengah.
Masjid ini dihiasi dengan ornamen-ornamen khas arsitektur Neo Gotik. Tak heran masjid tersebut kini menjadi kebanggan warga sekitar.
Siapapun yang melihat bangunan masjid ini akan terkesima. Masjid ini pun patut menjadi tujuan wisata, terlebih Desa Soneyan saat ini telah ditetapkan sebagai desa wisata kabupaten Pati.
Tentu hal ini akan semakin mendukung daya tarik Soneyan sebagai desa wisata, dengan adanya fasilitas pendukung berupa masjid yang memiliki keindahan arsitekturnya.
Dari kejauhan tampak kubah masjid tersebut juga tidak seperti masjid kebanyakan. Kubah Masjid Baiturrohman yang tak begitu besar diapit dua menara yang berbentuk limas segi empat khas arsitektur Neo Gotik.
Di atas menara dan kubah masjid terdapat lafadz Allah sebagai penanda bahwa bangunan itu merupakan masjid.
Bendahara masjid tersebut, Giarso Raharjo menjelaskan, sebelumnya masjid ini tak berbentuk seperti saat ini.
Pembangunannya mulai tahun 2016. Sebelumnya masjid ini sudah ada tahun 1960-an.
Masjid ini didirikan oleh Mbah Kiai Ahmad Rasiman. Kemudian beberapa tahun diperbesar dan tahun 2016 direnovasi total hingga menjadi seperti ini. Awalnya kecil seperti musala. Renovasi sekitar tiga kali.
Diketahui yang mengarsiteki masjid ini adalah warga desa Soneyan sendiri, bernama Wisnu Nugroho alias Yeyen.
Dalam renovasi ini dirinya menyodorkan desain sampai tiga kali. Masing-masing desain bergaya Joglo, minimalis dan desain Neo Gotik. Akhirnya panitia renovasi masjid memilih desain ketiga.
”Pengurus masjid rembukan dan memilih desain gotik. Kesepakatan panitia masjid ini pun dibangun dengan swadaya masyarakat sekitar. Pembangunan masjid ini membutuhkan dana hingga Rp 3 miliar,” ujar Giarso.
Walaupun, saat ini Masjid Baiturrohman belum selesai dibangun, namun keindahan masjid sudah bisa dirasakan dan dilihat.
”Biaya swadaya masyarakat dari sembilan RT habis Rp 3 miliar. Saat ini Belum selesai lantai yang atas. Sementara diberhentikan dahulu. Untuk kesulitan pengerjaan masjid ini di bagian ornamen,” jelas Giarso Raharjo
Arsitektur masjid tersebut yang unik pun menjadi daya tarik para pelancong. Apalagi usai Desa Soneyan ditetapkan menjadi desa wisata pada pertengahan bulan Juli 2024.
”Setelah adanya desa wisata, ini viral. Banyak orang yang ke sini. Ada yang foto-foto. Ada yang naik mobil berhenti hanya untuk foto,” imbuh muadzin Masjid Baiturrohman Muri.
Ia menilai orang tertarik dengan keberadaan masjid ini lantaran arsitektur masjid berbeda dengan masjid kebanyakan.
Penulis: Arif
Editor: Fatwa