Momen menyejarah |
Seorang wartawan koran, mengisahkan pengalamannya bertemu Mbah Moen di ndalemnya. Berjabat tangan erat selama 15 detik. Dan merasakan aura positif yang merambati ke tubuhnya. Adem. Damai di tahun politik yang panas mendidih.
Ditempatkan di Rembang sejak awal
September 2018, setidaknya saya sudah empat kali bersua dengan kiai kharismatik
Maimoen Zubair. Dari sekian kesempatan itu, hanya sekali saya berhasil sowan
langsung dan bersalaman untuk kemudian berfoto.
September 2018, setidaknya saya sudah empat kali bersua dengan kiai kharismatik
Maimoen Zubair. Dari sekian kesempatan itu, hanya sekali saya berhasil sowan
langsung dan bersalaman untuk kemudian berfoto.
Kesempatan pertama saya dapatkan
pada hari kedua bertugas di Rembang, 4 September 2018. Saat itu, K.H. Ma’ruf
Amin yang berstatus sebagai calon wakil presiden yang mendampingi presiden
petahana Joko Widodo akan sowan ke ndalem
Mbah Moen.
pada hari kedua bertugas di Rembang, 4 September 2018. Saat itu, K.H. Ma’ruf
Amin yang berstatus sebagai calon wakil presiden yang mendampingi presiden
petahana Joko Widodo akan sowan ke ndalem
Mbah Moen.
Masih ingat benar, saat itu saya
bersama seorang wartawan senior Rembang, Habib Hasan Yahya-wartawan Tajam TV,
dan seorang rekannya, wartawan seputarmuria.com. Kami bertiga dari Kecamatan
Kota Rembang menuju Ponpes Al Anwar, Sarang dengan mobil milik Habib. Berangkat pagi sekitar pukul 10.00, kami
sampai di kediaman Habib, Desa Kalipang, Sarang menjelang Dhuhur.
bersama seorang wartawan senior Rembang, Habib Hasan Yahya-wartawan Tajam TV,
dan seorang rekannya, wartawan seputarmuria.com. Kami bertiga dari Kecamatan
Kota Rembang menuju Ponpes Al Anwar, Sarang dengan mobil milik Habib. Berangkat pagi sekitar pukul 10.00, kami
sampai di kediaman Habib, Desa Kalipang, Sarang menjelang Dhuhur.
Usai Dhuhur, kami beranjak ke
Ponpes Al Anwar Sarang. Setelah menunggu beberapa jenak, rombongan KH. Ma’ruf
Amin pun tiba. Di situlah, untuk pertama kalinya, saya melihat dengan jarak kurang dari tiga
meter. Saya bersama rekan-rekan media saat itu berada tepat di depan panggung
untuk mengabadikan setiap momen Mbah Moen dengan K.H. Ma’ruf Amin.
Ponpes Al Anwar Sarang. Setelah menunggu beberapa jenak, rombongan KH. Ma’ruf
Amin pun tiba. Di situlah, untuk pertama kalinya, saya melihat dengan jarak kurang dari tiga
meter. Saya bersama rekan-rekan media saat itu berada tepat di depan panggung
untuk mengabadikan setiap momen Mbah Moen dengan K.H. Ma’ruf Amin.
Kesempatan kedua yakni ketika
seorang yang saat itu juga menjadi calon presiden, Letjend (Purn) Prabowo
Subianto, sowan juga ke kediaman Mbah Moen, kompleks Ponpes Al Anwar, Sarang
pada 29 September 2018. Sedangkan kesempatan ketiga, yakni ketika Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahyanto sowan ke Mbah Moen pada 30 Desember 2018.
seorang yang saat itu juga menjadi calon presiden, Letjend (Purn) Prabowo
Subianto, sowan juga ke kediaman Mbah Moen, kompleks Ponpes Al Anwar, Sarang
pada 29 September 2018. Sedangkan kesempatan ketiga, yakni ketika Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahyanto sowan ke Mbah Moen pada 30 Desember 2018.
Dari tiga kali bersua itu,
sebenarnya pada kesempatan pertama saya sempat masuk ke ndalem tempat beliau biasa menerima tamu. Namun, karena kondisi tak
memungkinkan, tentu saja saya tak bisa sowan-sebagaimana teman-teman media
lain.
sebenarnya pada kesempatan pertama saya sempat masuk ke ndalem tempat beliau biasa menerima tamu. Namun, karena kondisi tak
memungkinkan, tentu saja saya tak bisa sowan-sebagaimana teman-teman media
lain.
Kesempatan untuk bisa benar-benar
sowan akhirnya bisa saya dapatkan, bahkan berfoto, yakni saat meliput Mbah Moen
menggunakan hak suaranya pada 17 April 2019 lalu. Ya, saat Pemilu. (Tentu saja
saya sendiri golput. Karena TPS saya di Gubug, Grobogan, dan saya tak mengurus
pindah TPS.)
sowan akhirnya bisa saya dapatkan, bahkan berfoto, yakni saat meliput Mbah Moen
menggunakan hak suaranya pada 17 April 2019 lalu. Ya, saat Pemilu. (Tentu saja
saya sendiri golput. Karena TPS saya di Gubug, Grobogan, dan saya tak mengurus
pindah TPS.)
Ceritanya, usai meliput prosesi
coblosan Mbah Moen yang saat itu juga didampingi Wagub Jateng Gus Yasin-putra
Mbah Moen, saya bersama beberapa kawan media saat itu dipersilakan sowan.
Alangkah bahagia hati saya kala itu.
coblosan Mbah Moen yang saat itu juga didampingi Wagub Jateng Gus Yasin-putra
Mbah Moen, saya bersama beberapa kawan media saat itu dipersilakan sowan.
Alangkah bahagia hati saya kala itu.
Selain saya, ada Didin wartawan
detik.com, Mega jurnalis Kompas TV, dan dua orang humas Pemprov Jateng-
perempuan dan laki-laki. Kami berlima
dipersilakan masuk untuk sowan oleh santri yang biasa menjadi pendamping Mbah
Moen, Kang Asrofi.
detik.com, Mega jurnalis Kompas TV, dan dua orang humas Pemprov Jateng-
perempuan dan laki-laki. Kami berlima
dipersilakan masuk untuk sowan oleh santri yang biasa menjadi pendamping Mbah
Moen, Kang Asrofi.
Rasanya benar-benar adem. Saya
merasa ada aura yang lain, suatu aura positif yang merambat ke sendi-sendi
darah saya. Setelah menyalami tamu-tamu lain-saat itu ada Kapolsek Sarang dan
beberapa jajaran serta Camat Sarang beserta istri, saya kemudian juga
bersalaman dengan Mbah Moen.
merasa ada aura yang lain, suatu aura positif yang merambat ke sendi-sendi
darah saya. Setelah menyalami tamu-tamu lain-saat itu ada Kapolsek Sarang dan
beberapa jajaran serta Camat Sarang beserta istri, saya kemudian juga
bersalaman dengan Mbah Moen.
Kami, para pewarta awalnya berada
di depan pintu, pekewuh. Tapi oleh
Kang Asrofi kami diminta duduk bagian ruang tamu utama, tetapi di sudut timur.
Kami berlima pun berjajaran. Seorang santri kemudian mengedarkan makanan
ringan, kami mengambil satu-satu. Saya lupa makanan ringan apa yang diedarkan.
di depan pintu, pekewuh. Tapi oleh
Kang Asrofi kami diminta duduk bagian ruang tamu utama, tetapi di sudut timur.
Kami berlima pun berjajaran. Seorang santri kemudian mengedarkan makanan
ringan, kami mengambil satu-satu. Saya lupa makanan ringan apa yang diedarkan.
Setelah itu, kalau saya tak salah
ingat, Mbah Moen diminta mendoakan oleh Pak Camat-orang yang duduk paling dekat
dengan Mbah Moen-kepada seluruh tamu yang hadir. Kami pun aminn-aminn…
ingat, Mbah Moen diminta mendoakan oleh Pak Camat-orang yang duduk paling dekat
dengan Mbah Moen-kepada seluruh tamu yang hadir. Kami pun aminn-aminn…
Sesi doa selesai, saya bisik-bisik
ke Didin dan Mega untuk meminta berfoto bersama Mbah Moen. Mereka setuju dan
akan menunggu momen yang tepat. Lalu sebelum pamit, Pak Camat beserta istri
meminta foto dengan Mbah Moen. Kebetulan saya yang diminta memotretkan.
ke Didin dan Mega untuk meminta berfoto bersama Mbah Moen. Mereka setuju dan
akan menunggu momen yang tepat. Lalu sebelum pamit, Pak Camat beserta istri
meminta foto dengan Mbah Moen. Kebetulan saya yang diminta memotretkan.
Lalu tibalah kesempatan kami, atau
saya. Pertama yang bersalaman dan berfoto adalah Didin, saya yang memotretkan.
Ada tiga frame kalau tidak salah. Pakai kamera Didin, karena kami anggap yang
paling simpel.
saya. Pertama yang bersalaman dan berfoto adalah Didin, saya yang memotretkan.
Ada tiga frame kalau tidak salah. Pakai kamera Didin, karena kami anggap yang
paling simpel.
Lalu giliran saya. Sebelum berfoto,
saya lebih dulu menciumi tangan Mbah Moen. Dan saya pun berbisik sedikit, “Foto
nggih, Mbah.” Di luar dugaan, Mbah Moen menggenggam tangan saya cukup erat,
selama sekitar 15 detik. Sebab, Mega tak juga memberi kode sudah selesai
memotret.
saya lebih dulu menciumi tangan Mbah Moen. Dan saya pun berbisik sedikit, “Foto
nggih, Mbah.” Di luar dugaan, Mbah Moen menggenggam tangan saya cukup erat,
selama sekitar 15 detik. Sebab, Mega tak juga memberi kode sudah selesai
memotret.
Terakhir, giliran Mega, dipotret
Didin. Oke. Setelah selesai, Kang Asrof memberi kode kepada kami untuk segera
meninggalkan ruang tamu. Karena sudah saatnya Mbah Moen beristirahat. Kami pun
keluar dengan gembira. Ya: berhasil mengabadikan gambar dengan kiai yang sangat
dihormati di Tanah Air, bahkan dunia.
Didin. Oke. Setelah selesai, Kang Asrof memberi kode kepada kami untuk segera
meninggalkan ruang tamu. Karena sudah saatnya Mbah Moen beristirahat. Kami pun
keluar dengan gembira. Ya: berhasil mengabadikan gambar dengan kiai yang sangat
dihormati di Tanah Air, bahkan dunia.
Sekitar dua minggu setelah hari
yang bersejarah itu, saya mencetak gambar saya saat bersalaman dengan Mbah
Moen, 10 R. Saya beri figura dan saya pajang di dinding rumah. Kalau
teman-teman mampir ke rumah saya, Dukuh Gayas, Desa Ringinharjo, Gubug,
Grobogan, di salah satu sisinya akan ada foto berbingkai saya dengan Mbah Moen.
yang bersejarah itu, saya mencetak gambar saya saat bersalaman dengan Mbah
Moen, 10 R. Saya beri figura dan saya pajang di dinding rumah. Kalau
teman-teman mampir ke rumah saya, Dukuh Gayas, Desa Ringinharjo, Gubug,
Grobogan, di salah satu sisinya akan ada foto berbingkai saya dengan Mbah Moen.
Saya sudah tahu itu akan menjadi
momen langka, karena saya tahu usia beliau sudah sepuh. Ya, 90 tahun lebih.
Karena beliau lahir pada 28 Oktober 1928.
momen langka, karena saya tahu usia beliau sudah sepuh. Ya, 90 tahun lebih.
Karena beliau lahir pada 28 Oktober 1928.
Hari itu pun tiba, 6 Agustus 2019.
Mbah Moen wafat di tanah suci Mekah, dalam agenda berhaji. Tiga setengah bulan
setelah saya berhasil mengabadikan gambar bersamanya. Sungguh beruntung bagi
saya, punya kenang-kenangan berfoto bersama kiai yang sangat dihormati itu. Khusnul Khotimah, Mbah Moen!!!
Mbah Moen wafat di tanah suci Mekah, dalam agenda berhaji. Tiga setengah bulan
setelah saya berhasil mengabadikan gambar bersamanya. Sungguh beruntung bagi
saya, punya kenang-kenangan berfoto bersama kiai yang sangat dihormati itu. Khusnul Khotimah, Mbah Moen!!!