JEPARA – Tidak bisa dipungkiri semua orang Jepara hampir pasti tidak asing saat menyebut nama Kamal Djunaidi.
Ingatan orang akan selalu tertuju pada sebuah stadion kecil di Jalan Jenderal Sudirman di bilangan Demaan, Jepara Kota itu.
Stadion milik pemerintah daerah itu sengaja diberi nama Kamal Djunaidi sebagai sebuah penghormatan untuk pemain bola berbakat di Kota Ukir pada masa lalu.
Berbicara tentang sepak bola dan klub Persijap Jepara, kita tak bisa lupa dengan sosok legenda bernama Kamal Djunaidi ini.
Tepat hari ini 20 Agustus 1973, talenta berbakat itu pergi di usia yang sangat muda belum genap 20 tahun usianya.
Kamal Djunaidi sendiri lahir pada 30 Desember 1954. Kamal Djunaidi tinggal di Kelurahan Panggang Kota Jepara.
Kamal Djunaidi meninggal dunia dalam tragedi final Piala Makutarama 51 tahun lalu di Salatiga, sambaran petir dalam pertandingan puncak itu membuat Kamal tergeletak untuk selamanya.
Kamal Djunaidi adalah sosok legenda sepak bola Jepara dan klub Persijap Jepara itu sendiri.
Sejarah Kamal Djunaidi
Ghufron rekan satu tim Kamal Djunaidi di Piala Makutarama 1973 mengisahkan (Yapara Voetbal Magazine Volume 1), bahwa Kamal Djunaidi merupakan sosok pemain dengan dedikasi tinggi untuk klub yang dibelanya.
Kamal sapaan akrabnya, sudah membela Persijap Jepara saat masih duduk di bangku SMA.
Dia memiliki bakat yang bagus sebagai pemain depan, individunya bagus, tendangannya juga bagus.
Siti Komiyatun, kakak Kamal Djunaidi juga mengisahkan Kamal senang bola sejak kecil. Mulai serius latihan umur 15 atau 16 tahun.
Dia latihan di alun-alun setiap selesai Sholat Asar. Karena dinilai punya bakat pesepakbola dia kemudian diajak latihan tim Persijap Jepara. Bahkan Kamal jarang tidur di rumah, kalau tidak di masjid ya di mess.
Usia SMA Kamal sudah resmi jadi pemain Persijap Jepara. Waktu bermain di Piala Makutarama atas nama Kodim Jepara, tapi membawa semua pemain Persijap Jepara. Namanya tim Kodim Jepara. Ya, itu jadi pertandingan terakhirnya.