PATI – Kesenian bela diri Gongcik, yang pernah masyhur di Kabupaten Pati, kini mulai meredup. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan, salah satunya melalui pertunjukan yang melibatkan berbagai generasi. Warga Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, misalnya, masih aktif melestarikan Gongcik secara turun-temurun.
“Seperti menjelang bulan Syuro ini kami mengadakan pertunjukan Gongcik dari berbagai lintas generasi, mulai dari usia SD, SMP, remaja, hingga orang tua. Mereka berasal dari Kecamatan Trangkil, Tlogowungu, Wedarijaksa, dan Margoyoso. Pertunjukan ini juga dalam rangka memperingati Haul Mbah Wiro Padi, dahulu beliau yang mengajarkan Gongcik kepada masyarakat Pasucen khususnya,” jelas Ahmad Faozi, salah seorang pelestari Gongcik, usai pertunjukan Selasa (24/6/2025).
Pertunjukan lintas generasi ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi, berbagi pengalaman, dan membangkitkan rasa bangga generasi muda terhadap kesenian ini. Faozi menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga kelangsungan Gongcik.
“Kami memberikan kebebasan dalam berkreasi agar mereka merasa bangga dan merasa memiliki kesenian ini,” tambahnya.
Gongcik sendiri memiliki sejarah panjang di Desa Pasucen sejak sekitar tahun 1835, bermula dari Mbah Wiro Padi. Dahulu, Gongcik bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai pertahanan diri dari penjajah dan media dakwah Islam.
“Itu berkembang pesat di era penjajahan karena bisa membekali masyarakat untuk melindungi diri sendiri. Biar tidak ketahuan (penjajah), makanya diiringi dengan tabuhan musik,” terang Faozi.
Hingga kini, puluhan warga Desa Pasucen masih menekuni Gongcik. Kesenian bela diri ini dimainkan berpasangan dengan pakaian serba hitam, diiringi gong, ning nong, kendang, dan jidor.
Gerakannya yang seperti tari-tarian membuat Gongcik tetap menarik dan sering ditampilkan dalam acara hajatan atau sedekah bumi. Upaya pelestarian seperti pertunjukan di Desa Pasucen diharapkan dapat menghidupkan kembali kejayaan Gongcik di Kabupaten Pati.
Editor: Arif