Pondok Pesantren Nurul Huda Sirahan, terus tumbuh menjadi sebuah lembaga pendidikan yang mumpuni. Setidaknya untuk wilayah pinggiran Pati dan Jepara. Pesantren yang kini diasuh Jamaludin Umar ini tetap menjadi idaman bagi mereka yang ingin belajar agama.
Beberapa santri Pondok Pesantren Nurul Huda Sirahan saat lomba antar santri beberapa waktu yang lalu |
Desa Sirahan tidak
begitu saja sepi dari riuhnya kehidupan, meski jaraknya dari pusat kota Pati serta Jepara yang mencapai puluhan kilometer. Desa yang berada di kaki Pegunungan
Muria ini malah punya peran sentral dalam dunia pendidikan. Utamanya pendidikan
Islam.
begitu saja sepi dari riuhnya kehidupan, meski jaraknya dari pusat kota Pati serta Jepara yang mencapai puluhan kilometer. Desa yang berada di kaki Pegunungan
Muria ini malah punya peran sentral dalam dunia pendidikan. Utamanya pendidikan
Islam.
Desa
ini menjadi magnet para pencari ilmu, terutama yang berada di wilayah pinggiran
Jepara dan juga Pati. Salah satu yang menjadi magnet itu adalah Pondok
Pesantren Nurul Huda.
ini menjadi magnet para pencari ilmu, terutama yang berada di wilayah pinggiran
Jepara dan juga Pati. Salah satu yang menjadi magnet itu adalah Pondok
Pesantren Nurul Huda.
Pesantren
ini didirikan oleh almarhum K.H Umar Muslim. Seorang kiai yang memiliki sanad
keilmuan tersambung melalui kiai-kiai Kajen. Pernah belajar di Matholi’ul Falah
Kajen. Bahkan delapan tahun pernah mengajar di sana.
ini didirikan oleh almarhum K.H Umar Muslim. Seorang kiai yang memiliki sanad
keilmuan tersambung melalui kiai-kiai Kajen. Pernah belajar di Matholi’ul Falah
Kajen. Bahkan delapan tahun pernah mengajar di sana.
Berdirinya
pesantren ini sekitar tahun 1985. Bermula dari keinginan satu – dua orang yang
ingin menimba ilmu agama, dan ikut dengan Kiai Umar.
pesantren ini sekitar tahun 1985. Bermula dari keinginan satu – dua orang yang
ingin menimba ilmu agama, dan ikut dengan Kiai Umar.
”Waktu
itu sudah berdiri Madrasah Darul Falah. Lalu banyak yang sekolah di sana,
kemudian ada beberapa murid-murid perempuan yang ikut bapak. Ikut ngaji,” kata
Jamaludin Umar.
itu sudah berdiri Madrasah Darul Falah. Lalu banyak yang sekolah di sana,
kemudian ada beberapa murid-murid perempuan yang ikut bapak. Ikut ngaji,” kata
Jamaludin Umar.
Dari
satu-dua murid madrasah tersebut, lama kelamaan banyak yang ikut. Generasi
santri pertama dulu dari daerah Kecamatan Kembang Jepara. Seiring berjalannya waktu,
karena makin banyak yang ikut untuk ngaji, dibangunlah pesantren dan diberi
nama Pondok Pesantren Nurul Huda.
satu-dua murid madrasah tersebut, lama kelamaan banyak yang ikut. Generasi
santri pertama dulu dari daerah Kecamatan Kembang Jepara. Seiring berjalannya waktu,
karena makin banyak yang ikut untuk ngaji, dibangunlah pesantren dan diberi
nama Pondok Pesantren Nurul Huda.
Khusus Putri
Pesantren
ini khusus untuk putri. Namun ada beberapa santri putra yang ikut nyantri.
Santri putra berposisi sebagai cah dalem.
Istilah untuk menyebutkan santri yang mengabdi kepada kiainya. Sambil ngaji,
ikut bantu-bantu apa saja di rumah kiainya.
ini khusus untuk putri. Namun ada beberapa santri putra yang ikut nyantri.
Santri putra berposisi sebagai cah dalem.
Istilah untuk menyebutkan santri yang mengabdi kepada kiainya. Sambil ngaji,
ikut bantu-bantu apa saja di rumah kiainya.
Santri
di pesantren Nurul Huda ini kebanyakan memang datang dari daerah-daerah
pinggiran Jepara serta Pati. Seperti Kecamatan Kembang, Keling, Bangsri,
Donorojo, Cluwak, serta beberapa dari luar Jawa.
di pesantren Nurul Huda ini kebanyakan memang datang dari daerah-daerah
pinggiran Jepara serta Pati. Seperti Kecamatan Kembang, Keling, Bangsri,
Donorojo, Cluwak, serta beberapa dari luar Jawa.
”Sejak
dulu memang santri datang dari daerah pinggiran ini. Mereka datang untuk
mengaji serta belajar formal di Madrasah Darul Falah,” imbuh alumni Pondok
Pesantren Al Anwar Sarang ini.
dulu memang santri datang dari daerah pinggiran ini. Mereka datang untuk
mengaji serta belajar formal di Madrasah Darul Falah,” imbuh alumni Pondok
Pesantren Al Anwar Sarang ini.
Kini pesantren sudah berganti pengasuh, setelah
sang pendiri KH. Umar Muslim meninggal dunia 2011 lalu. Sepeninggal Mbah Umar,
pesantren secara kulturalnya diasuh sang istri. Siti Su’adah. Namun secara
struktural putra pertamanya yang memegang, dan dibantu saudara-saudara.Saat ini
pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan Pelita Desa ini dihuni sekitar
100 santri.
Sumber : https://radar.jawapos.com/radarkudus/read/2018/06/13/81341/bekali-santri-praktik-kemasyarakatan