DOKUMEN PRIBADI |
Oleh Indah Nur Aini, Mahasiswi Bimbingan Konseling Islam IAIN Kudus
BRSPDM merupakan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental yang berada di Pati. Penyandang disablitas mental merupakan orang dengan gangguan jiwa yang dalam waktu lama akan mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Saat ini di BRSPDM terdapat kurang lebih seratus penerima manfaat atau yang lebih dikenal dengan istilah PM, faktor belakang dari para PM yang berada di balai tersebut sangat beragam.
Salah satu PM yang mengalami kecemasan hingga mengalami gangguan insomnia yaitu DS (disamarkan), dia mengalami kecemasan diakibatkan karena adanya permasalahan yang dialami DS sebelum berada di balai ini, karena dia mengalami kecemasan yang berlebihan akhirnya hal tersebut menyebabkan permasalahan baru yang muncul di balai saat ini, permasalahan ini memang terbilang cukup menganggu kondisi dari DS untuk saat ini, adapun untuk permasalahan baru tersebut yaitu gangguan insomia.
Insomia merupakan kondisi dimana seseorang penderitanya mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya.
Gangguan insomnia terjadi dikarenakan berbagai macam faktor, seperti depresi, stress, mengingat peristiwa yang traumatis, efek dari obat, dan lain sebagainya. Sedangkan kecemasan merupakan gambaran dari gangguan psikologis seseorang akibat rasa takut atau rasa khawatir yang berkepanjangan.
Jika seorang mengalami kecemasan yang berlebihan pastinya mereka akan mengalami gangguan insomnia karena kedua hal tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain.
Gangguan tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya. Kualitas dan kuantitas tidur memengaruhi kualitas hidup, serta kesehatan seseorang secara keseluruhan.
Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan gangguan fisik dan mental. Pada umumnya, butuh 8 jam tidur dalam sehari untuk menjaga kondisi tubuh tetap fit. Oleh karena itu untuk memgatasi permasalahan tersebut perlu adanya penanganan yang tepat.
Dalam hal konseling, konselor bisa menggunakan pendekatan behavioral dengan teknik relaksasi seperti relaksasi otot progresif, dan latihan pernapasan adalah cara untuk mengurangi kecemasan pada waktu tidur.
Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan dengan cara wawancara oleh konselor kepada konseli (orang yang memiliki masalah) dengan memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga individu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal.
Relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenagkan. Relaksasi merupakan metode untuk mengembalikan tubuh dalam kondisi homeostatis sehingga konseli dapat kembali tenang.
Relaksasi tidak menganggap penting usaha pemecahan masalah penyebab terjadinya ketegangan melainkan menciptakan kondisi individu yang lebih nyaman dan menyenangkan. Tujuan pokok relaksasi adalah membantu orang menjadi rileks, dan dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik, membantu individu untuk dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan.
Asumsi dasar yang melatar belakangi teknik relaksasi adalah bahwa individu memiliki kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan fisik maupun psikisnya, sehingga diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan. Sebelum konselor memberikan teknik relaksasi kepada DS, alangkah lebih baiknya konselor harus bisa menjelajahi dan mengeksplorasi masalah DS secara lebih mendalam agar DS mempunyai perspektif baru terhadap masalah yang dialami.
Di samping itu, Konselor harus menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara dengan menyelingi candaan dan konselor harus betul-betul memperhatikan saat DS berbicara sehingga DS merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara konseling.
Dalam mengaplikasikan teknik relaksasi ini konselor akan menemukan berbagai macam kendala seperti, penggunaan waktu yang lama atau berulang-ulang dalam pelaksanaan teknik relaksasi, di samping itu kita membutuhkan ruang yang kondusif (nyaman, tenang), kurangnya konsentrasi diri konseli yang akan menghambat pelaksanaan teknik relaksasi, dan yang paling penting untuk melakukan teknik relaksasi kita harus memerlukan sarana dan prasarana yang cukup banyak.
Adapun untuk jenis-jenis teknik relaksasi antara lain yaitu outogenic training, progressive training, dan meditation. Outogenic training merupakan teknik relaksasi dengan membayangkan sensasi-sensasi yang menyenangkan pada bagian tubuh dan diiringi dengan imajinasi yang menyenangkan misalnya tentang pemandangan yang indah, danau, dan lain sebagainya.
Sedangkan progressive training merupakan teknik relaksasi dengan melatih otot-otot yang tegang agar lebih rileks, terasa lebih lemas dan tidak kaku. Dengan mengendurkan otot-otot yang tegang diharapkan tegangan emosi menurun. Terakhir meditation merupakan teknik relaksasi dengan melatih konsentrasi atau perhatian pada stimulus yang monoton dengan memusatkan pikiran pada kata tertentu sebagai fokusperhatiannya.
Selain ketiga jenis di atas, konselor bisa menggunakan media aroma,suara, cita rasa makanan, minuman, keindahan, panorama alam dan air karena semua itu termasuk bentuk relaksasi fisik/tiubuh. Akan tetapi dalam mengatasi gangguan insomnia pada DS (Penerima Manfaat di BRSPDM) saya sebagai konselor memilih teknik relaksasi otot progresif atau progressive training, karena teknik tersebut tidak terlalu memberatkan DS selaku penyandang disabilitas.
Adapun bentuk-bentuk teknik relaksasi otot progresif bisa dilakukan dengan cara seperti berikut:
Dahi
Kerutkan otot di dahi dan tahan selama 15 detik. Rasakan otot di dahi menjadi lebih kencang dan tegang. Kemudian, lepaskan tegangan di dahi secara perlahan sambil menghitung selama 30 detik. Terus lepaskan tegangan sampai dahi terasa benar-benar terasa rileks. Bernapaslah dengan perlahan dan teratur.
Rahang
Kencangkan otot-otot di rahang dengan cara mengatupnya dan tahan selama 15 detik. Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan sambil menghitung selama 30 detik.
Leher dan bahu
Tingkatkan tegangan di leher dan bahu dengan mengangkat bahu ke arah telinga. Tahan selama 15 detik. Lepaskan tegangan secara perlahan sembari menghitung selama 30 detik.
Lengan dan tangan
Dengan perlahan, tarik kepala tangan ke dada dan tahan selama 15 detik. Remas sekencang mungkin. Kemudian, lepaskan secara perlahan sambil menghitung selama 30 detik.
Pantat
Secara perlahan, berikan tegangan di pantat selama 15 detik. Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan selama 30 detik.
Kaki bagian atas
Secara perlahan, berikan tegangan di paha depan dan betis selama 15 detik. Kencangkan otot ini sekuat yang anda bisa. Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan selama 30 detik.
Kaki bagian bawah
Berikan ketegangan di kaki bagian bawah dan jari kaki dengan perlahan. Kencangkan otot-otot di bagian ini sekuat yang Anda bisa. Kemudian, lepaskan tegangan secara perlahan sambil menghitung selama 30detik.
Selain teknik relaksasi seperti di atas, konselor bisa memberikan arahan kepada DS untuk latihan pernafasan karena hal tersebut merupakan cara untuk mengurangi kecemasan pada waktu tidur. []