Melihat Kisah Abdul Karim, Juara I Pemuda Pelopor
Kesadaran Lingkungan Kabupaten Pati 2018, Penggagas Komunitas Resik Apik di
Desa Kajen.
Kesadaran Lingkungan Kabupaten Pati 2018, Penggagas Komunitas Resik Apik di
Desa Kajen.
Karim memang pemuda yang tak
gampang menyerah. Untuk mengabdikan diri mengelola sampah di desanya sendiri,
dia harus tabah menerima cibiran dari tetangga. Dia dijuluki si pemuda sampah
karena kegigihannya mengajak warga supaya ikut program resik apik.
gampang menyerah. Untuk mengabdikan diri mengelola sampah di desanya sendiri,
dia harus tabah menerima cibiran dari tetangga. Dia dijuluki si pemuda sampah
karena kegigihannya mengajak warga supaya ikut program resik apik.
Karim masih ingat betul bagaimana
dia banyak dicibir tetangganya. Pemuda 23 tahun itu sempat dipanggil si pemuda
sampah oleh sebagian besar tetangganya waktu itu. Namun Karim tetap tabah. Dia
pantang menyerah, demi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Kajen menjaga
lingkungan sekitar.
dia banyak dicibir tetangganya. Pemuda 23 tahun itu sempat dipanggil si pemuda
sampah oleh sebagian besar tetangganya waktu itu. Namun Karim tetap tabah. Dia
pantang menyerah, demi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat Kajen menjaga
lingkungan sekitar.
”Dulu Kajen terkenal kotor. Bahkan
boleh dibilang kumuh,” kata Karim. Hal tersebut lantaran, desa yang terkenal dengan puluhan
pondok pesantrennya ini sesak oleh bangunan beton beserta manusianya.
boleh dibilang kumuh,” kata Karim. Hal tersebut lantaran, desa yang terkenal dengan puluhan
pondok pesantrennya ini sesak oleh bangunan beton beserta manusianya.
Selain itu desa ini juga menjadi
tempat ngalap berkah dari berbagai
daerah, yang menziarahi tokoh penyebar Islam Syeh Ahmad Mutamakkin. Kedatangan
banyaknya peziarah tentu memunculkan sampah. Seperti diketahui, manusia adalah
penghasil sampah.
tempat ngalap berkah dari berbagai
daerah, yang menziarahi tokoh penyebar Islam Syeh Ahmad Mutamakkin. Kedatangan
banyaknya peziarah tentu memunculkan sampah. Seperti diketahui, manusia adalah
penghasil sampah.
”Keprihatinan tersebut, lantas
membuat saya dan teman-teman waktu itu berfikir. Bagaiamana caranya berbuat.
Supaya masalah lingkungan ini bisa diatasi,” papar Karim.
membuat saya dan teman-teman waktu itu berfikir. Bagaiamana caranya berbuat.
Supaya masalah lingkungan ini bisa diatasi,” papar Karim.
Lalu muncullah ide. Membuat
komunitas, namanya resik apik. Komunitas itu digawangi pemuda-pemuda. ”Sekitar tahun 2016, komunitas ini
terbentuk,” imbuh pria yang tinggal di Desa Kajen RT 3 RW 2 ini. Saat itu
kegiatannya adalah pengangkutan sampah.
komunitas, namanya resik apik. Komunitas itu digawangi pemuda-pemuda. ”Sekitar tahun 2016, komunitas ini
terbentuk,” imbuh pria yang tinggal di Desa Kajen RT 3 RW 2 ini. Saat itu
kegiatannya adalah pengangkutan sampah.
Anggota komunitas tersebut
menyediakan jasa membuang sampah kepada warga. Pertama kali terjun, tantangan
banyak sekali. Tak sedikit yang mencibir memang. ”Namun kami semua tak patah
semangat. Kegiatan terus kami lakukan, hingga akhirnya masyarakat bisa
menerima. Kini hampir 90 persen masyarakat Kajen menyerahkan sampahnya untuk
dikelola di kami,” imbuh Karim.
menyediakan jasa membuang sampah kepada warga. Pertama kali terjun, tantangan
banyak sekali. Tak sedikit yang mencibir memang. ”Namun kami semua tak patah
semangat. Kegiatan terus kami lakukan, hingga akhirnya masyarakat bisa
menerima. Kini hampir 90 persen masyarakat Kajen menyerahkan sampahnya untuk
dikelola di kami,” imbuh Karim.
Jadikan Sampah Menjadi Berkah
Tak hanya itu, karim bersama
kawan-kawannya juga berusaha membuat masyarakat bisa untung dengan sampah.
”Kami mencoba menghadirkan sampah menjadi berkah. Bukan lagi sebagai sebuah
masalah,” kata mahasiswa Pemberdayaan Masyarakat Islam IPMAFA Pati ini.
kawan-kawannya juga berusaha membuat masyarakat bisa untung dengan sampah.
”Kami mencoba menghadirkan sampah menjadi berkah. Bukan lagi sebagai sebuah
masalah,” kata mahasiswa Pemberdayaan Masyarakat Islam IPMAFA Pati ini.
Caranya, lanjut Karim, didirikan
bank sampah. Warga kami ajak menabung sampah. Dengan begitu, mereka tak hanya
membuang sampah begitu saja. Namun sampahnya bisa dirupiahkan. ”Dengan begitu
masyarakat menjadi senang,” kata pemuda yang aktif di Karang Taruna
Sumohadiwijayan Desa Kajen ini.
bank sampah. Warga kami ajak menabung sampah. Dengan begitu, mereka tak hanya
membuang sampah begitu saja. Namun sampahnya bisa dirupiahkan. ”Dengan begitu
masyarakat menjadi senang,” kata pemuda yang aktif di Karang Taruna
Sumohadiwijayan Desa Kajen ini.
Bahkan, kedepan Karim beserta
rekan-rekannya menyiapkan program untuk pemberdayaan masyarakat lainnya. Karim
merencanakan akan mendorong warga Kajen untuk menanam.
rekan-rekannya menyiapkan program untuk pemberdayaan masyarakat lainnya. Karim
merencanakan akan mendorong warga Kajen untuk menanam.
”Meskipun di Kajen tak ada lahan
bercocok tanam, dan pekarangan, namun kami akan mendorong untuk memakai hidroponik.
Ya biar masyarakat bisa menanam sayur-sayuran begitu. Kami akan fasilitasi
pupuk. Kebetulan bank sampah kami juga ada pengolahan sampah organik. Kami bisa
menghasilkan pupuk cair dan juga pupuk padat,” imbuh Karim.
bercocok tanam, dan pekarangan, namun kami akan mendorong untuk memakai hidroponik.
Ya biar masyarakat bisa menanam sayur-sayuran begitu. Kami akan fasilitasi
pupuk. Kebetulan bank sampah kami juga ada pengolahan sampah organik. Kami bisa
menghasilkan pupuk cair dan juga pupuk padat,” imbuh Karim.
Berbagai kiprah mengenai sampah
tersebut lantas membuat Karim diganjar penghargaan. Karim pun menjadi pemuda
pelopor 2018 dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Pati beberapa
waktu yang lalu. Dengan begitu, dirinya berhak maju di ajang yang digagas
Kementrian Pemuda dan Olahraga itu ke tingkat provinsi bulan depan. (Achmad Ulil Albab)
tersebut lantas membuat Karim diganjar penghargaan. Karim pun menjadi pemuda
pelopor 2018 dari Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Pati beberapa
waktu yang lalu. Dengan begitu, dirinya berhak maju di ajang yang digagas
Kementrian Pemuda dan Olahraga itu ke tingkat provinsi bulan depan. (Achmad Ulil Albab)