PATI – Di edisi ke 77, persoalan kebangsaan Indonesia menjadi sorotan lagi. Ngaji budaya yang
diselenggarakan di Rumah Adab Indonesia Mulia itu mengambil tema Jalan Cinta
Sabtu (12/5/2018) malam lalu.
diselenggarakan di Rumah Adab Indonesia Mulia itu mengambil tema Jalan Cinta
Sabtu (12/5/2018) malam lalu.
Pengasuh Suluk Maleman, Anis Sholeh
Ba’asyin membukan diskusi ngaji budaya malam itu dengan kegelisahan potret
kebangsaan saat ini. Menurutnya, perbincangan mengenai cinta semakin hilang dan
bahkan sengaja dihilangkan.
Ba’asyin membukan diskusi ngaji budaya malam itu dengan kegelisahan potret
kebangsaan saat ini. Menurutnya, perbincangan mengenai cinta semakin hilang dan
bahkan sengaja dihilangkan.
”Kontestasi cinta mulai menguap.
Sekarang yang ada hanya kepentingan-kepentingan saja. Kepentingan untuk
melenggang menuju 2019,” papar budayawan yang juga penulis buku Samin, Mistisisme Petani di Tengah
Pergolakan tersebut.
Sekarang yang ada hanya kepentingan-kepentingan saja. Kepentingan untuk
melenggang menuju 2019,” papar budayawan yang juga penulis buku Samin, Mistisisme Petani di Tengah
Pergolakan tersebut.
Lanjut Anis, keadaan yang mengarah
kepada pertikaian ini menurutnya memang karena kurangnya rasa cinta. ”Jika sana
mengatakan A, saya harus mengatakan B. Jika sana mengatakan B, saya harus
mengatakan A. Begitu terus. Karena tak adanya rasa cinta,” imbuh Anis.
kepada pertikaian ini menurutnya memang karena kurangnya rasa cinta. ”Jika sana
mengatakan A, saya harus mengatakan B. Jika sana mengatakan B, saya harus
mengatakan A. Begitu terus. Karena tak adanya rasa cinta,” imbuh Anis.
Hanya Kebaikan
Sementara itu salah satu narasumber
lain, Gus Aniq memulai obrolan dengan menyuguhkan sebuah cerita. Pada waktu itu
ketika orang kafir sedang orang muslim, mereka iri. Sebab kekuatan muslim
selalu solid. Mereka lalu mencari tahu.
lain, Gus Aniq memulai obrolan dengan menyuguhkan sebuah cerita. Pada waktu itu
ketika orang kafir sedang orang muslim, mereka iri. Sebab kekuatan muslim
selalu solid. Mereka lalu mencari tahu.
”Ternyata mereka melihat, ketika
Nabi Muhamad wudhu, air bekas wudu itu menjadi rebutan para sahabat. Mereka ngalap berkah, yang bermula dari cinta,”
kata Gus Aniq.
Nabi Muhamad wudhu, air bekas wudu itu menjadi rebutan para sahabat. Mereka ngalap berkah, yang bermula dari cinta,”
kata Gus Aniq.
Maka, lanjut Gus Aniq, jika ada
yang mengatai ngalap berkah itu
bid’ah ya lucu. ”Pesan saya, wong goblok
ra usah melu berfatwa (Red, orang bodoh jangan berfatwa),” imbuh Gus Aniq
diiringi derai tawa dari para jamaah.
yang mengatai ngalap berkah itu
bid’ah ya lucu. ”Pesan saya, wong goblok
ra usah melu berfatwa (Red, orang bodoh jangan berfatwa),” imbuh Gus Aniq
diiringi derai tawa dari para jamaah.
Lebih lanjut, Gus Aniq
mengungkapkan, cinta itu sebagai totalitas. ”Tak ada apapun yang dilihatnya,
kecuali sebuah kebaikan saja,” pungkasnya.
mengungkapkan, cinta itu sebagai totalitas. ”Tak ada apapun yang dilihatnya,
kecuali sebuah kebaikan saja,” pungkasnya.
Acara ngaji budaya dengan tagline
mencerahkan pikir-menjernihkan hati ini selesai hinga lepas dini hari kemarin.
Acara berlangsung gayeng dengan iringan musik dari Orkes Puisi Sampak GusUran
yang menghibur jamaah disela-sela obrolan dan diskusi. (lil)
mencerahkan pikir-menjernihkan hati ini selesai hinga lepas dini hari kemarin.
Acara berlangsung gayeng dengan iringan musik dari Orkes Puisi Sampak GusUran
yang menghibur jamaah disela-sela obrolan dan diskusi. (lil)