JAKARTA – Ada pelajaran menarik bagi para suporter sepak bola di Indonesia pada pekan ke-28 Liga 1 musim 2024/2025.
Adalah wajah sepak bola damai yang tersaji dalam laga klasik Persija Jakarta menjamu Persebaya Surabaya. Dua tim besar era perserikatan dengan basis pendukung fanatik dan terbesar di Indonesia.
Dalam laga penuh gengsi itu ribuan pendukung setia Persebaya Surabaya, yang dikenal sebagai Bonek (Bondho Nekat), mendapat sambutan hangat dari suporter Persija Jakarta, The Jakmania, saat bertandang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Pertandingan antara Persija dan Persebaya berlangsung pada Sabtu malam (12/4) dalam lanjutan pekan ke-28 BRI Liga 1 2024/25.
Duel ini tergolong panas karena kedua tim sedang bersaing ketat untuk memperebutkan posisi empat besar klasemen.
Sebelumnya, Persebaya sukses mengalahkan Persija di leg pertama dengan skor tipis 2-1 pada laga yang digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, pada 22 November 2024. Dalam pertandingan tersebut, gol kemenangan Bajul Ijo dicetak oleh Flavio Silva dan Mohammed Rashid, sementara satu-satunya gol Persija disumbangkan oleh Gustavo.
Kedua kelompok suporter ini dahulu sempat tidak akur, kini Bonek dan Jakmania menunjukkan sikap saling menghormati.
Pada leg pertama lalu, ribuan Jakmania turut hadir di GBT untuk memberikan dukungan kepada tim kesayangan mereka.
Kini giliran Jakmania membalas keramahan tersebut dengan menyambut Bonek di Jakarta.
Kehadiran mereka turut dikoordinasikan oleh Jakmania untuk memastikan situasi tetap tertib, aman, dan nyaman selama pertandingan berlangsung.
Salah satu tokoh Bonek, Cak Tessy, menyampaikan apresiasinya atas sambutan yang hangat dari Jakmania. Saat ditemui awak media, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya.
“Sekitar 4 sampai 5 ribu Bonek hadir. Kami ingin merasakan apa yang Jakmania rasakan ketika datang ke GBT—nyaman, aman sampai pertandingan selesai. Sekarang kami merasakannya juga di Gelora Bung Karno, bersama Jakmania,” ujar Cak Tessy.
Lebih jauh, ia berharap momen ini bisa menjadi titik awal dari perdamaian suporter sepak bola di Indonesia.
Menurutnya, konflik antarsuporter sudah saatnya diakhiri demi masa depan yang lebih baik.
“Kita sudah dewasa. Kita lelah dengan permusuhan yang bahkan memakan korban jiwa. Untuk apa? Saatnya kita hilangkan ego dan membangun perdamaian antarsuporter,” tegasnya.
Pelajaran Perdamaian
Benih-benih damai telah disemai. Ada secercah harapan sepak bola Indonesia bakal maju. Dimulai dari timnas lalu merembet ke kualitas kompetisi liganya.
Selain tim yang harus berbenah, para suporter juga turut berbenah. Sepak bola bukan arena permusuhan.
Sepak bola membawa misi mulia sejak diperkenalkannya di tanah air ini. Sepak bola harus menjadi alat persatuan.
Karena itu tidak perlu ada lagi ruang di sepak bola untuk kekerasan, aksi brutal, penyerangan suporter, hingga berujung kematian.
Sudah cukup rentetan peristiwa kekerasan antarsuporter menghiasi puluhan tahun kompetisi sepak bola Indonesia.
Kini sudah saatnya menyambut era emas sepak bola Indonesia, salah satunya dengan kedewasaan para suporter baik di Liga 1 hingga di level Liga 4 sekalipun.
Sudah cukup permusuhan di masa lalu, kini saatnya sepak bola di tanah air menciptakan perdamaian.
EDITOR : ARIF