Anis Sholeh Baasyin sedang menguraikan tema yang akan dibahas |
Padu atau adu mulut yang akhir-akhir ini
nyaris membudaya di kalangan masyarakat kembali menjadi sentilan dalam gelaran
Suluk Maleman yang digelar Sabtu (16/3) hingga Minggu (17/3/2019) dini hari kemarin.
nyaris membudaya di kalangan masyarakat kembali menjadi sentilan dalam gelaran
Suluk Maleman yang digelar Sabtu (16/3) hingga Minggu (17/3/2019) dini hari kemarin.
Bahkan peribahasa “hidup sekadar mampir minum” pun mulai berubah menjadi
sekadar mampir padu. Plesetan itu
lantaran sekarang ini masyarakat terlalu mudah meributkan sekalipun pada
hal-hal kecil.
sekadar mampir padu. Plesetan itu
lantaran sekarang ini masyarakat terlalu mudah meributkan sekalipun pada
hal-hal kecil.
Keironisan justru terlihat pada grup media sosial yang sekarang ini ada.
Orang mudah mencaci dan membenci maupun memuja bahkan sekalipun tanpa pernah
saling mengenalnya. Tak hanya itu grup medsos keluarga pun kerap berujung
keributan hanya lantaran perbedaan pendapat.
Orang mudah mencaci dan membenci maupun memuja bahkan sekalipun tanpa pernah
saling mengenalnya. Tak hanya itu grup medsos keluarga pun kerap berujung
keributan hanya lantaran perbedaan pendapat.
Padahal dari kebencian-kebencian itulah yang justru berdampak besar.
Aksi terror seperti yang terjadi di Selandia Baru pun dinilai sebagai produk
yang dilahirkan dari adu domba dan penanaman kebencian. Kebencian sendiri bisa
berlangsung hingga puluhan tahun.
Aksi terror seperti yang terjadi di Selandia Baru pun dinilai sebagai produk
yang dilahirkan dari adu domba dan penanaman kebencian. Kebencian sendiri bisa
berlangsung hingga puluhan tahun.
Dalam ngaji budaya yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia tersebut,
Anis Sholeh Baasyin pun mengingatkan agar agama jangan diperumit lantaran
hakikatnya sederhana. Agama dihadirkan sebagai salah satu wasilah agar manusia
bisa selamat sampai tujuan.
Anis Sholeh Baasyin pun mengingatkan agar agama jangan diperumit lantaran
hakikatnya sederhana. Agama dihadirkan sebagai salah satu wasilah agar manusia
bisa selamat sampai tujuan.
“Inti agama justru menyadarkan kalau manusia hanya lewat di Bumi. Dunia
ini bukanlah tujuan atau tempat akhir dari manusia. Tapi yang terjadi sekarang
ini wasilah justru jadi bahan perselisihan,” tambahnya.
ini bukanlah tujuan atau tempat akhir dari manusia. Tapi yang terjadi sekarang
ini wasilah justru jadi bahan perselisihan,” tambahnya.
Tanpa disadari, orang yang tengah cekcok justru seringkali merasa tengah
berjuang seperti di perang badar. Tak terkecuali fanatisme dalam memilih
pemilu. Padahal seharusnya pemilu sebatas tentang cara atau alat memilih
pemimpin.
berjuang seperti di perang badar. Tak terkecuali fanatisme dalam memilih
pemilu. Padahal seharusnya pemilu sebatas tentang cara atau alat memilih
pemimpin.
“Kalau sudah seperti ini apa mungkin setiap lima tahun harus perang?
Padahal Rasulullah setelah perang Badar mengingatkan jika itu hanyalah jihad
kecil. Jihad akbar justru saat harus melawan diri sendiri,” terang penggagas
Suluk Maleman tersebut.
Padahal Rasulullah setelah perang Badar mengingatkan jika itu hanyalah jihad
kecil. Jihad akbar justru saat harus melawan diri sendiri,” terang penggagas
Suluk Maleman tersebut.
Oleh karena itulah dirinya mengingatkan jika umat Islam harus senantiasa
menjadi saksi. Yakni yang selalu melihat dan menunjukkan kebenaran. Dengan
begitu umat Islam diharuskan adil. Baik terhadap kawan maupun lawan.
menjadi saksi. Yakni yang selalu melihat dan menunjukkan kebenaran. Dengan
begitu umat Islam diharuskan adil. Baik terhadap kawan maupun lawan.
“Jika memang salah katakan salah, jika benar katakan benar. Jangan
gara-gara teman yang salah dikatakan benar begitu sebaliknya,”tegasnya.
gara-gara teman yang salah dikatakan benar begitu sebaliknya,”tegasnya.
Agar dapat selamat, dia pun menyebut jika manusia seharusnya tidak
terikat dengan apapun yang ada di dunia. Dia pun menyebut untuk melihat sesuatu
harus dilihat jangan dari kemasan atau citranya saja.
terikat dengan apapun yang ada di dunia. Dia pun menyebut untuk melihat sesuatu
harus dilihat jangan dari kemasan atau citranya saja.
“Bahkan ada yang mengatakan jika ingin menilai seseorang jangan saat
berada di masjid. Pasti terlihat bagus semua. Tapi lihatlah saat berada di
pasar,” imbuhnya.
berada di masjid. Pasti terlihat bagus semua. Tapi lihatlah saat berada di
pasar,” imbuhnya.
Anis juga menegaskan jika persoalan dukung mendukung di dunia politik
itu sekarang hanyalah bagian dari transaksional biasa. Setiap elit politik akan
dengan mudah berubah dari mendukung menjadi oposisi dan sebaliknya bila keadaan
berubah.
itu sekarang hanyalah bagian dari transaksional biasa. Setiap elit politik akan
dengan mudah berubah dari mendukung menjadi oposisi dan sebaliknya bila keadaan
berubah.
“Tapi di tataran masyarakat persoalan itu menjadi sangat lama dan
menimbulkan luka. Apa kita mau setiap lima tahun membuka luka baru,” ujarnya.
menimbulkan luka. Apa kita mau setiap lima tahun membuka luka baru,” ujarnya.
Budi Maryono, seorang penulis juga mengingatkan dalam menghadapi
pemilihan presiden seharusnya bisa dilakukan dengan sederhana saja. Pilpres
bukanlah pertempuran maupun peperangan.
pemilihan presiden seharusnya bisa dilakukan dengan sederhana saja. Pilpres
bukanlah pertempuran maupun peperangan.
“Namanya pemilihan, siapapun yang mendapat suara terbanyak bukan berarti
menang dan yang sedikit bukan berarti kalah. Hanya yang terpilih. Kalau belum
terpilih tentu perkara yang sederhana,” tambahnya.
menang dan yang sedikit bukan berarti kalah. Hanya yang terpilih. Kalau belum
terpilih tentu perkara yang sederhana,” tambahnya.
Pilihan tema yang menarik itupun membuat suasana ngaji budaya menjadi
begitu hangat. Terlebih dengan penampilan Sampak GusUran semakin memeriahkan
acara yang dihadiri ratusan orang tersebut. (yan)
begitu hangat. Terlebih dengan penampilan Sampak GusUran semakin memeriahkan
acara yang dihadiri ratusan orang tersebut. (yan)