![]() |
Penandatanganan kesepakatan PWI-MUI Jawa Tengah |
PWI dan MUI Jawa Tengah sepakat untuk
menonjolkan pemberitaan Covid-19 dengan narasi positif. Kesepakatan ini dalam
rangka membangun optimisme publik menghadapi pandemi. Kesepakatan ini tertuang
dalam empat butir seruan.
SEMARANG – Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa
Tengah menyerukan bersama agar dalam pemberitaan Covid-19 media massa dan media
sosial penonjolan narasi positif.
Seruan bersama tersebut
ditandatangani oleh Ketua PWI Jawa Tengah H Amir Machmud NS, SH MH dan Ketua
Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji MSi, di Studio TVKU, Senin
(12/7/2021). Usai penandatanganan naskah seruan bersama, dilanjutkan webinar
bertema Urgensi Bernarasi Positif dalam Pemberitaan Media di tengah Kondisi
Covid-19.
Tampil sebagai narasumber
webinar antara lain Ketua PWI Jawa Tengah, Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah
Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA, Ketua MUI Jawa Tengah membidangi Organisasi, Hukum
dan HAM Prof Dr KH Abu Rokhmad MA dan Rektor Universitas Dian Nuswantoro Prof
Dr Ir H Edi Noersasongko M.Kom.
Ketua Komisi Infokom MUI
Jawa Tengah H Isdiyanto Isman yang membacakan naskah seruan bersama menegaskan,
ada empat butir Seruan. Pertama, PWI Jateng dan MUI Jateng mengajak media massa
dan media sosial untuk tidak memblow-up berita dan informasi seputar
perkembangan kondisi Covid-19 dengan narasi-narasi yang berpotensi memunculkan
trauma di kalangan masyarakat. PWI-MUI menyerukan, saatnya berita dan
informasi, dikonstruksikan menjadi berita dan informasi yang mampu membangun
rasa optimisme masyarakat dalam menghadapi pandemi.
Kedua, berita adalah
konstruksi dari peristiwa. Maka dalam mengemas perkembangan seputar Covid-19
media massa diingatkan agar menggunakan nurani tertingginya, sehingga berita
yang tersaji tidak menimbulkan rasa trauma masyarakat, melainkan justru
sebaliknya mampu membangkitkan semangat dan optimisme masyarakat untuk melawan
pandemi.
Butir ketiga, media massa
dan media sosial diharapkan benar-benar menghindari hoaks dalam sajian
informasinya terkait perkembangan pandemi, agar tidak menimbulkan keguncangan
dan kegaduhan di tengah masyarakat.
Keempat, tokoh masyarakat
dan tokoh agama agar aktif membantu sosialisasi terkait pentingnya partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam upaya memutus mata rantai pandemi Covid-19.
Hal yang melatari seruan
bersama, lanjut Isdiyanto yang juga Wakil Ketua bidang organisasi PWI Jawa
Tengah, mengingat angka warga Jawa Tengah yang positif terpapar Covid 19 kian
meninggi. Sebanyak 25 daerah di provinsi ini dinyatakan sebagai zona merah
Covid-19. Segaris dengan itu, eskalasi jumlah korban meninggal maupun yang
terpapar baru, semakin menajam pula.
Lonjakan jumlah tersebut
berimbas pada bangsal rumah sakit maupun fasilitas tambahan yang disediakan
untuk menampung terpapar Covid 19 sudah tidak mampu mengatasi ledakan korban,
sehingga harus mengoptimalkan isolasi mandiri.
“Bahkan pasien non-Covid
yang akan masuk ICU pun harus antre berhari-hari. Rumah sakit kini menghadapi beban
berat. Pasien meninggal rata-rata per hari 15 orang, sehingga untuk proses
pemulasaraan jenazah hingga pemakaman harus antre hingga berjam-jam menunggu
giliran,” papar Isdiyanto yang juga Wakil Ketua Bidang Oeganisasi PWI Jawa
Tengah.
Di jalan-jalan raya
masyarakat setiap hari mendengar raungan sirine mobil jenazah dan ambulance
yang hilir mudik. Di kampung-kampung terlalu sering penyampaian berita lelayu
dari pengeras suara masjid dan mushala maupun saluran lain. Di media sosial
informasi tentang berita duka serta yang masuk rumah sakit akibat Covid-19
seperti tiada henti. Demikian pula pemberitaan di media massa cetak,
elektronik, dan online.
Suasana mencekam semakin
dirasakan masyarakat, sehingga melahirkan traumatika yang tinggi. Antara
ketakutan, kegelisahan, panik, rasa waswas berbaur menyatu. Apabila kondisi
tersebut tidak direspons dengan upaya-upaya penyampaian informasi yang tepat,
dikhawatirkan justru dapat melahirkan penurunan daya imun masyarakat. Padahal
yang diharapkan di saat seperti ini justru kekuatan daya imun masyarakat agar
tidak mudah terpapar virus.
Oleh karenanya, PWI Jateng
dan MUI Jateng berharap saatnya dibangun rasa optimisme masyarakat untuk
melawan Covid-19, salah satu salurannya lewat informasi dan pemberitaan yang
bernarasi positif, baik di ranah media massa, media sosial, maupun saluran
komunikasi yang lain, agar masyarakat tidak merasa terus menerus terteror oleh
situasi dan keadaan maupun oleh informasi di media massa dan media sosial.
(yan)
![]() |
Penandatanganan kesepakatan PWI-MUI Jawa Tengah |
PWI dan MUI Jawa Tengah sepakat untuk
menonjolkan pemberitaan Covid-19 dengan narasi positif. Kesepakatan ini dalam
rangka membangun optimisme publik menghadapi pandemi. Kesepakatan ini tertuang
dalam empat butir seruan.
SEMARANG – Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa
Tengah menyerukan bersama agar dalam pemberitaan Covid-19 media massa dan media
sosial penonjolan narasi positif.
Seruan bersama tersebut
ditandatangani oleh Ketua PWI Jawa Tengah H Amir Machmud NS, SH MH dan Ketua
Umum MUI Jawa Tengah Dr KH Ahmad Darodji MSi, di Studio TVKU, Senin
(12/7/2021). Usai penandatanganan naskah seruan bersama, dilanjutkan webinar
bertema Urgensi Bernarasi Positif dalam Pemberitaan Media di tengah Kondisi
Covid-19.
Tampil sebagai narasumber
webinar antara lain Ketua PWI Jawa Tengah, Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah
Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA, Ketua MUI Jawa Tengah membidangi Organisasi, Hukum
dan HAM Prof Dr KH Abu Rokhmad MA dan Rektor Universitas Dian Nuswantoro Prof
Dr Ir H Edi Noersasongko M.Kom.
Ketua Komisi Infokom MUI
Jawa Tengah H Isdiyanto Isman yang membacakan naskah seruan bersama menegaskan,
ada empat butir Seruan. Pertama, PWI Jateng dan MUI Jateng mengajak media massa
dan media sosial untuk tidak memblow-up berita dan informasi seputar
perkembangan kondisi Covid-19 dengan narasi-narasi yang berpotensi memunculkan
trauma di kalangan masyarakat. PWI-MUI menyerukan, saatnya berita dan
informasi, dikonstruksikan menjadi berita dan informasi yang mampu membangun
rasa optimisme masyarakat dalam menghadapi pandemi.
Kedua, berita adalah
konstruksi dari peristiwa. Maka dalam mengemas perkembangan seputar Covid-19
media massa diingatkan agar menggunakan nurani tertingginya, sehingga berita
yang tersaji tidak menimbulkan rasa trauma masyarakat, melainkan justru
sebaliknya mampu membangkitkan semangat dan optimisme masyarakat untuk melawan
pandemi.
Butir ketiga, media massa
dan media sosial diharapkan benar-benar menghindari hoaks dalam sajian
informasinya terkait perkembangan pandemi, agar tidak menimbulkan keguncangan
dan kegaduhan di tengah masyarakat.
Keempat, tokoh masyarakat
dan tokoh agama agar aktif membantu sosialisasi terkait pentingnya partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam upaya memutus mata rantai pandemi Covid-19.
Hal yang melatari seruan
bersama, lanjut Isdiyanto yang juga Wakil Ketua bidang organisasi PWI Jawa
Tengah, mengingat angka warga Jawa Tengah yang positif terpapar Covid 19 kian
meninggi. Sebanyak 25 daerah di provinsi ini dinyatakan sebagai zona merah
Covid-19. Segaris dengan itu, eskalasi jumlah korban meninggal maupun yang
terpapar baru, semakin menajam pula.
Lonjakan jumlah tersebut
berimbas pada bangsal rumah sakit maupun fasilitas tambahan yang disediakan
untuk menampung terpapar Covid 19 sudah tidak mampu mengatasi ledakan korban,
sehingga harus mengoptimalkan isolasi mandiri.
“Bahkan pasien non-Covid
yang akan masuk ICU pun harus antre berhari-hari. Rumah sakit kini menghadapi beban
berat. Pasien meninggal rata-rata per hari 15 orang, sehingga untuk proses
pemulasaraan jenazah hingga pemakaman harus antre hingga berjam-jam menunggu
giliran,” papar Isdiyanto yang juga Wakil Ketua Bidang Oeganisasi PWI Jawa
Tengah.
Di jalan-jalan raya
masyarakat setiap hari mendengar raungan sirine mobil jenazah dan ambulance
yang hilir mudik. Di kampung-kampung terlalu sering penyampaian berita lelayu
dari pengeras suara masjid dan mushala maupun saluran lain. Di media sosial
informasi tentang berita duka serta yang masuk rumah sakit akibat Covid-19
seperti tiada henti. Demikian pula pemberitaan di media massa cetak,
elektronik, dan online.
Suasana mencekam semakin
dirasakan masyarakat, sehingga melahirkan traumatika yang tinggi. Antara
ketakutan, kegelisahan, panik, rasa waswas berbaur menyatu. Apabila kondisi
tersebut tidak direspons dengan upaya-upaya penyampaian informasi yang tepat,
dikhawatirkan justru dapat melahirkan penurunan daya imun masyarakat. Padahal
yang diharapkan di saat seperti ini justru kekuatan daya imun masyarakat agar
tidak mudah terpapar virus.
Oleh karenanya, PWI Jateng
dan MUI Jateng berharap saatnya dibangun rasa optimisme masyarakat untuk
melawan Covid-19, salah satu salurannya lewat informasi dan pemberitaan yang
bernarasi positif, baik di ranah media massa, media sosial, maupun saluran
komunikasi yang lain, agar masyarakat tidak merasa terus menerus terteror oleh
situasi dan keadaan maupun oleh informasi di media massa dan media sosial.
(yan)