PATI – Tradisi Meron, yang telah ada sejak abad ke-17, kembali digelar di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati pada Selasa (17/9/2024). Acara ini bertujuan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Ribuan warga berkumpul di Jalan Pati-Purwodadi, tepatnya di Desa Sukolilo, untuk menyaksikan 13 gunungan Meron yang telah disiapkan.
Gunungan-gunungan ini, yang mencapai tinggi sekitar 3 meter, terbuat dari berbagai bahan makanan seperti beras ketan, rengginang cucur, once, kue cucur, dan nasi. Masing-masing gunungan dihiasi dengan replika ayam jago di puncaknya.
Triyono, Sekretaris Panitia Meron, menjelaskan bahwa gunungan Meron memiliki makna simbolis yang mendalam.
”Jumlahnya ada 13 dari Kepala desa dan perangkat desa. Kalau Gunungan paling atas mahkota. Kepala desa mahkotanya ayam berwarna putih, 2 modinnya berupa kakbah. Kemudian dari perangkat lainnya ayam hitam,” terang dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan juga memiliki simbolisme, seperti once-once dan bunga.
”Kemudian ada once-oncenya kemudian ada tamengnya. bunga dan rengginang. Kemudian di bawah ada makanan-makanan. Filosofinya ketahanan pangan dan kemakmuran,” ungkapnya.
Usai didoakan, gunungan Meron menjadi rebutan warga yang meyakini keberkahan yang terkandung di dalamnya.
”Ancak nasi di ambil disebar-sebar. Once nya ada yang digoreng dan teman ngopi. Gunungan Meron ini dibuat tiga bulan sebelumnya,” jelasnya.
Narni, salah satu warga yang ikut berebut gunungan, mengungkapkan bahwa dia rela berdesak-desakan demi mendapatkan bagian dari gunungan Meron.
”Ini saya dapat rengginang. Memang sulit untuk merebutnya, harus berdesak-desakan. Kepercayaannya tergantung orangnya, bisa untuk pertanian, kesehatan, perdagangan, bahkan jodoh,” pungkasnya.
Editor: Fatwa