Kampoeng Kopi Camp : Tempat Detoks Digital dengan Pesona Alam dan Satwa Langka
- account_circle Fatwa Fauzian
- calendar_month 1 jam yang lalu
- visibility 914

Seekor burung rangkong julang emas (Rhyticeros undulatus) secara tiba-tiba muncul di kawasan Kampoeng Kopi Camp.
JEPARA – Keindahan alam Pegunungan Muria menjadi latar belakang liburan akhir pekan yang tak terlupakan bagi Singgih Tri Nugroho (28) dan kawan-kawannya di Kampoeng Kopi Camp, Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara.
Rombongan wisatawan asal Pati yang berniat berkemah dan menikmati suasana alam, tiba-tiba dibuat terperanjat oleh kehadiran satwa langka. Ketenangan area perkemahan yang awalnya terasa langsung berubah menjadi rasa kaguman yang mendalam.
Peristiwa itu terjadi Minggu pagi (7/12/2025), ketika Singgih dan teman-temannya tengah menyiapkan sarapan berupa roti bakar, nasi pecel, tempe goreng, serta kopi dan teh hangat. Saat itu, seekor burung rangkong julang emas (Rhyticeros undulatus) secara tiba-tiba muncul di kawasan.
Burung berparuh besar itu mula-mula hinggap dengan anggun di atap gazebo. Tanpa ragu, Singgih dan kawan-kawan segera mengaktifkan kamera ponsel untuk mengabadikan momen spesial ini – banyak di antara mereka yang baru pertama kali melihat burung eksotis tersebut secara langsung. Kesukaan mereka semakin meningkat ketika julang emas itu turun dan melompat-lompat dengan santai di antara tenda-tenda yang mereka tempati.
Kampoeng Kopi Camp yang terletak di Kampoeng Kopi Tempur dikelola oleh Mahfud Aly, warga setempat yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa (Carik) Tempur. Menurutnya, warga Desa Tempur yang tinggal di tengah Pegunungan Muria sudah terbiasa hidup berdampingan dengan tumbuhan dan satwa liar.
“Kami di sini sangat dekat dengan aneka flora-fauna yang hidup di sekeliling kami,” kata Mahfud.
Selain julang emas, di kawasan itu juga ditemukan berbagai jenis burung lain seperti kepodang dan jalak. Untuk melindungi ekosistem dan satwa langka, Mahfud telah memasang papan larangan berburu atau menangkap satwa liar di muka jalan masuk perkemahan.
Keindahan alam Pegunungan Muria memang menjadi daya tarik utama Kampoeng Kopi Camp. Di sini, wisatawan tidak hanya menikmati udara sejuk dan pemandangan indah, tetapi juga bisa bermain di sungai yang airnya jernih dan segar. Dengan adanya kawasan perkemahan ini, Desa Tempur semakin mantap menjadi destinasi wisata alam favorit di lereng Pegunungan Muria.
Mahfud Aly menyatakan bahwa Kampoeng Kopi Muria didirikan pada awal 2023. Sejak dibuka, antusiasme wisatawan terus meningkat dengan tren yang positif.
“Alhamdulillah peminatnya, pengunjungnya, lumayan banyak. Tahun demi tahun semakin banyak, semakin dikenal,” kata dia.
Menurut Mahfud, hampir setiap akhir pekan area perkemahan selalu dipadati pengunjung. Pihak pengelola menyediakan tiga variasi paket penyewaan tenda untuk kemudahan wisatawan.
Paket terlengkap (Standar 1) dikenai biaya Rp 250.000 pada akhir pekan, mencakup tenda (3-5 orang), sleeping bag, bantal, playmat, lampu, terminal listrik, meja, tikar, kopi, dan sarapan. Paket menengah (Standar 2) seharga Rp 200.000 (akhir pekan) termasuk tenda, sleeping bag, bantal, playmat, terminal listrik, tikar, kopi, dan camilan pagi. Sedangkan paket hemat (Standar 3) seharga Rp 100.000 (akhir pekan dan hari biasa) hanya mencakup tenda (4 orang) dan tikar. Untuk hari biasa, Paket Standar 1 dan 2 mendapatkan potongan harga Rp 50.000.
Fasilitas umum di lokasi juga memadai, antara lain gazebo, pendopo, Wi-Fi gratis, toilet, dan kamar mandi. Luasnya area juga memungkinkannya digunakan untuk acara sekolah atau kegiatan komunitas.
Selanjutnya, Mahfud menjelaskan bahwa Desa Tempur memiliki keunggulan geografis karena terletak di pegunungan, sehingga menawarkan pemandangan alam yang memukau di setiap sudut.
“Di sini wisatanya adalah wisata alam. Jadi setiap sudut di Desa Tempur ini semuanya adalah wisata, semua bisa dinikmati,” kata Mahfud.
Selain pemandangan, wisatawan juga bisa mencicipi kuliner khas desa seperti sayur umbut (rotan muda), sayur pakis, dan kopi Tempur yang sudah terkenal. Bagi pecinta sejarah dan religi, Desa Tempur menyimpan situs bersejarah seperti punden, batu Yoni, arca Ganesha (peninggalan Majapahit), serta Candi Angin yang menjadi tujuan pendaki menuju Puncak Songolikur.
Keunikan lain adalah Kampung Toleransi di Dukuh Pekoso, di mana gereja dan masjid berdiri berhadapan sebagai simbol kerukunan umat beragama. Selain itu, festival kebudayaan tahunan seperti sedekah bumi, sedekah kopi, festival panen raya kopi, dan kupatan juga menjadi atraksi khusus.
Pesona Desa Tempur tidak hanya menarik wisatawan lokal dari Karesidenan Pati (Pati, Kudus, Jepara, Rembang) dan kota besar seperti Jakarta atau Batam, tetapi juga turis mancanegara – antara lain dari Jerman. Menurut Mahfud, pihaknya sudah lima kali melayani kunjungan wisatawan asing.
Dia menambahkan bahwa wisatawan asing menyukai suasana desa yang tenang dan minim sinyal seluler, yang menjadikannya tempat detoks digital.
“Dari luar negeri yang paling berkesan itu desanya sepi. Di sini terkenal desa ‘anti-gadget’ karena sinyal itu sulit. Jadi lumayan sepi, itu yang paling disukai, selain kopi tempurnya,” kata dia.
Singgih, pengunjung asal Pati, sengaja datang jauh bersama teman-temannya untuk melepas penat di akhir pekan. Menurutnya, Desa Tempur adalah lokasi yang sempurna untuk liburan.
“Pemandangan di Desa Wisata Tempur sangat indah. Sangat enak untuk berwisata. Cuacanya juga bagus, sejuk,” ungkap Singgih.
Agendanya berkemah kali ini diisi dengan kegiatan santai seperti pesta barbeku sambil menikmati lanskap pegunungan. Menurutnya, sungai di area perkemahan juga menjadi magnet tersendiri.
“Airnya bersih dan segar. Saya sama teman-teman juga nyemplung ke sungai. Seru banget,” tambahnya.
Namun, Singgih mengingatkan agar wisatawan memperhatikan kondisi jalan menuju Desa Tempur. Meskipun sudah beraspal, kontur pegunungan membutuhkan kewaspadaan ekstra.
“Aksesnya sebenarnya mudah, cuma karena tempatnya di gunung jadi naik-turun. Membutuhkan waktu dan tantangan buat sampai sini. Apalagi yang kendaraannya besar, mungkin harus lebih berhati-hati. Pastikan rem kendaraan berfungsi baik, karena jalannya naik-turun dan berkelok-kelok,” saran dia.
Editor: Arif
- Penulis: Fatwa Fauzian
