Makan Bergizi Gratis: Edy Wuryanto Usulkan Program Berbasis Kearifan Lokal
- account_circle Fatwa Fauzian
- calendar_month 4 jam yang lalu
- visibility 206

Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) lintas sektor di Blora, Senin (27/10).
BLORA – Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto, menekankan pentingnya program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berakar pada kearifan lokal dan melibatkan masyarakat secara aktif.
Hal ini disampaikannya dalam Focus Group Discussion (FGD) lintas sektor di Blora, Senin (27/10), yang dihadiri oleh perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN), Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Peternakan, serta berbagai pemangku kepentingan daerah.
“Pendekatan program MBG sebaiknya tidak top-down. Justru harus melibatkan masyarakat lokal, terutama petani dan peternak, dalam menyediakan pasokan bahan baku bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG),” ujar Edy.
Edy menambahkan bahwa MBG bukan hanya sekadar kebijakan pemerintah pusat, tetapi juga merupakan kelanjutan dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia seperti gotong royong, kepedulian, dan berbagi kepada sesama.
Ia mendorong agar promosi dan edukasi program MBG mengangkat tradisi dan kearifan lokal di setiap daerah.
“Program ini akan lebih diterima masyarakat jika dikaitkan dengan budaya yang mereka kenal,” ungkapnya.
Sebagai contoh, Edy menyoroti nilai-nilai Sedulur Sikep dari ajaran Samin Surosentiko, tokoh asal Blora yang dikenal menjunjung tinggi prinsip kesederhanaan, kejujuran, dan solidaritas sosial.
“Semangat memberi makan kepada orang lain sudah menjadi bagian dari budaya kita jauh sebelum ada program pemerintah. Tentu bukan hanya formalitas, tapi memberikan menu terbaik. Seperti inilah yang perlu diangkat dalam promosi MBG agar masyarakat merasa bahwa program ini lahir dari akar budayanya sendiri,” katanya.
Edy juga menyoroti potensi besar Kabupaten Blora untuk menjadi contoh nasional pelaksanaan MBG yang melibatkan masyarakat secara aktif, termasuk komunitas Sedulur Sikep yang mengelola berbagai komoditas.
“Dari 73 dapur SPPG yang ada di Blora, potensi perputaran uangnya bisa mencapai sekitar Rp 525 miliar per tahun. Jika seluruh kebutuhan bahan bakunya dipasok dari petani dan peternak lokal, maka manfaat ekonomi program ini akan langsung dirasakan masyarakat,” tuturnya.
Namun, Edy mengingatkan pentingnya peran pemerintah daerah dalam memastikan rantai pasok berjalan baik dan perlunya pemetaan terhadap potensi pertanian dan peternakan agar produksi daerah mampu memenuhi permintaan program tanpa menimbulkan gejolak harga.
“Kalau kebutuhan MBG meningkat tanpa perencanaan matang, bisa memicu inflasi daerah. Tapi kalau dikelola dengan baik, justru akan menciptakan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Blora,” katanya.
“MBG ini bukan hanya program Presiden, tetapi cerminan nilai-nilai luhur bangsa kita, menolong sesama dan memastikan tidak ada yang kelaparan,” tuturnya.
Edy berharap Blora dapat menjadi percontohan nasional dalam pelaksanaan MBG berbasis kearifan lokal.
“Blora bisa menjadi ikon bagaimana program nasional dapat tumbuh dari akar budaya lokal. Dengan menggabungkan semangat budaya dan ekonomi rakyat, MBG akan menjadi gerakan yang menyehatkan generasi sekaligus menyejahterakan masyarakat,” pungkasnya.
Editor: Arif
- Penulis: Fatwa Fauzian
