Breaking News
light_mode

NU

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month Sel, 2 Feb 2021
  • visibility 3

Dokumen facebook


Meski tak punya kartu anggota Nadlatul
Ulama (NU), tapi tak apa pula aku mengaku warga NU. Anggaplah NU kultural,
bukan sebagai struktural. Meski pernah menerima sebuah SK Pembekuan dalam
kepengurusan NU, sebutlah pemecatan, tapi tak apa pula aku tetap mengaku warga
NU. NU bukan hanya yang tercatat resmi, yang tak tercatat resmi jauh lebih
besar jumlah dan kekuatan. Maka memahami NU akan mengalami kesusahan
tersendiri.

Fleksibelitas sikap warga NU
merupakan karakter ushuli yang tidak mudah dijelaskan. Dalam sikap politik misalnya,
selalu dekat dengan penguasa seolah menjadi stigma tersendiri meski perlawanan
secara tersembunyi selalu terjadi di balik layar. 

Saat Presiden Sukarno
mengeluarkan dekrit presiden 5 Juli 1959 bahkan menyatakan diri sebagai
presiden seumur hidup, kreasi politik NU sangat luar biasa. PKI yang sedang
naik daun di mata rakyat, hampir bisa dipastikan menang pemilu 1960 dan 1965.
Posisi krusial inilah yang menjadikan tokoh NU menginisiasi penundaan pemilu
pasca 1955 sebagai pemilu pertama, dan pengangkatan Sukarno sebagai presiden
seumur hidup pada 1963 agar PKI tak memuncaki pemerintahan saat itu.

NU masuk dalam koalisi Nasakom,
sering dipersepsi sebagai kawan komunis. Namun secara ini, jika tidak ada
agamawan dalam pemerintahan yang mengawal presiden, bisa jadi negara ini
benar-benar mengarah pada pencapaian sebagai negara komunis. 

NU melakukan
perlawanan tersembunyi untuk menjaga kaum tani dan rakyat pedesaan dari
pengaruh PKI. Kontestasi tak terhindarkan sehingga PKI menjuluki para kyai dan
santri sebagai “setan desa” yang harus dimusnahkan. 

NU menjadi
penyeimbang kekuatan di pemerintahan sekaligus melakukan kontrol kebijakan
presiden agar PKI tidak secara mudah memainkan diri mengatur-atur kebijakan
negara. Prinsip dar’ul mafasid muqoddamu ala jalbil masholih benar-benar
menjadi “mantra” dalam menempatkan diri.

Dalam sisi budaya, warga NU tentu
mengalami banyak keunikan. Seorang kyai dan santri hampir sangat mudah bergaul
dengan preman bahkan ahli maksiat sekalipun. Seorang kyai dan santri hampir
sangat akrab dengan pemuka dan umat agama lain bahkan yang tak beragama
sekalipun. 

Seorang kyai dan santri sangat akrab dengan pemberian dan hadiah
dari pejabat maupun orang paling miskin sekalipun. Fenomena tersebut tak mudah
dijawab tanpa menjelaskan pokok ushuli dalam pendekatan fiqih.

Sebagai contoh, seorang yang sangat
miskin memberikan amplop sedekah pada kyai atau santri dalam mengisi mengaji.
Jika tidak diterima, bisa jadi ketersinggungan orang miskin lebih menjadi
karena merasa terhina tak bisa memberi dalam nominal banyak sehingga ditolak. 

Ketersinggungan orang miskin karena rasa terhina sangat rentan berdampak
menjauhi kyai dan santri dengan mencari teman pergaulan yang jauh dari praktik
agama. Sebaliknya, jika kyai menerima amplop dari orang miskin maka bisa jadi
tertuduh sebagai pihak yang “disetankan” karena tak peka dengan
kondisi kemiskinan di depan mata. Pada posisi demikian, keunikan-keunikan akan
muncul di masyarakat itu sendiri.

Harus diakui bahwa masih terlalu
banyak hal yang menjadi tantangan bagi warga NU. Terlebih pasca-Muktamar 33 di
Jombang pada 2015, yang menyisakan banyak identitas baru dari NU Garis Lurus,
NU Garis Lucu, bahkan yang secara terang benderang menyatakan
“mufarraqah” dari NU kultural. Namun apapun itu, anak-anak saat bertanya
tentang apa makna gambar di ruang tamu berkaitan NU, maka kujawab dengan mudah
“Nikmate Uwakih”.

NU itu nikmatnya uwakih (banyak).
Tahlilan ada makan-makan. Manaqiban ada makan-makan. Selametan ada makan-makan.
Syukuran ada makan-makan. Termasuk hari ini, 31 Januari 2021, bertepatan 16
minggu jalan ke 17 minggu janin di perut istri, anak-anak tersuguhi dengan
hidangan untuk makan-makan. 

Selamat Harlah NU ke-95.

Selametan untuk janin di usia empat
bulan..

Ighfirlana
dzunubana, wa liwalidina, wa dzurriyyatina..

Ilalkhoiri
qoribna, ‘anissyarri ba’idna..

Balligh
maqoshidana, waqdhi hawaijana..

Bogor, 31 Januari 2021

Muh Khamdan

  • Penulis: Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kesenian Tradisional Kudus, Ngintun Sego Kepel, Raih Pujian di TMII

    Kesenian Tradisional Kudus, Ngintun Sego Kepel, Raih Pujian di TMII

    • calendar_month Sel, 6 Mei 2025
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 1
    • 0Komentar

    JAKARTA – Kesenian tradisional Ngintun Sego Kepel dari Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, berhasil memukau pengunjung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Minggu (4/5/2025). Pertunjukan yang memikat ini merupakan bagian dari Pentas Duta Seni Kabupaten se-kabupaten/kota Jawa Tengah 2025 di Anjungan Jawa Tengah TMII. Sanggar Seni Ciptoning Asri dari Desa Dersalam, Kecamatan Bae, […]

  • Meriahnya Tradisi Meron di Sukolilo, Gunungan Tinggi Simbol Kemakmuran

    Meriahnya Tradisi Meron di Sukolilo, Gunungan Tinggi Simbol Kemakmuran

    • calendar_month Sel, 17 Sep 2024
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 0
    • 0Komentar

    PATI – Tradisi Meron, yang telah ada sejak abad ke-17, kembali digelar di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati pada Selasa (17/9/2024). Acara ini bertujuan untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Ribuan warga berkumpul di Jalan Pati-Purwodadi, tepatnya di Desa Sukolilo, untuk menyaksikan 13 gunungan Meron yang telah disiapkan. Gunungan-gunungan ini, yang mencapai tinggi sekitar 3 […]

  • Sedap Toleransi Soto Kudus

    Sedap Toleransi Soto Kudus

    • calendar_month Sel, 15 Sep 2020
    • account_circle Redaksi
    • visibility 2
    • 0Komentar

    Soto Kudus, merupakan kuliner khas paling lezat di kota kretek. Makanan ini, sekilas tak jauh beda, dengan varian soto-soto lain di indonesia.  Bedanya, soto kudus disajikan dengan potongan daging kerbau. Konon, karena masyarakat di kota ini memegang teguh ajaran sunan kudus. untuk tidak menyembelih sapi. Hal itu sebagai penghormatan bagi umat hindu. Soto kudus, sangat […]

  • DPRD Pati Minta Pemkab Lebih Serius Kembangkan Wisata Budaya Lokal

    DPRD Pati Minta Pemkab Lebih Serius Kembangkan Wisata Budaya Lokal

    • calendar_month Sel, 30 Sep 2025
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 1
    • 0Komentar

    PATI – DPRD Kabupaten Pati meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) untuk lebih serius dalam mengembangkan potensi wisata budaya lokal. Hal ini disampaikan mengingat banyaknya potensi seni dan budaya yang dimiliki Pati, namun belum dikelola secara optimal. Wakil Ketua DPRD Pati, Hardi, mengungkapkan bahwa Pati memiliki berbagai potensi wisata budaya yang menarik, seperti pentas wayang topeng soneyan, […]

  • DPRD Pati Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

    DPRD Pati Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

    • calendar_month Kam, 24 Okt 2024
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 1
    • 0Komentar

    PATI – Seiring dengan pengurangan jatah pupuk subsidi dan melonjaknya harga pupuk non-subsidi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati mendorong penggunaan pupuk kandang sebagai solusi untuk meringankan beban para petani. “Agar pupuk tidak menjadi momok bagi petani, harus dibudayakan penggunaan pupuk kandang. Pupuk kandang modalnya lebih sedikit dibandingkan pupuk kimia,” ujar Anggota DPRD Kabupaten […]

  • Tekan Golput KPU Sosialisasi Ibu-ibu

    Tekan Golput KPU Sosialisasi Ibu-ibu

    • calendar_month Ming, 4 Mar 2018
    • account_circle Redaksi
    • visibility 3
    • 0Komentar

    Lingkar Muria, PATI – Demi sukses penyelenggaraan pilkada serentak pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2018, Komisi Pemilihan Umum (KPU) gencar melakukan sosialisasi-sosialisasi. KPU terus menyasar kelompok-kelompok di masyarakat hingga tingkat bawah. Seperti yang dilakukan KPU Kabupaten Pati melalui Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Dukuhseti. Belum lama ini, mereka menyasar ibu-ibu anggota Pembinaan Kesejahteraan […]

expand_less