JEPARA – Mushola Bustanul Mukminin di Jelamun, Kemujan, Karimunjawa menjadi saksi bisu kehangatan tradisi To’dok Telok pada Kamis (4/9/2025) malam.
Warga, yang didominasi oleh diaspora Jawa dan Madura, berkumpul dalam suasana khidmat untuk melaksanakan ritual budaya yang kaya akan nilai religius ini.
Acara dimulai dengan lantunan Diba’ Maulid Nabi Muhammad SAW dan doa tahlil, dilanjutkan dengan pencerahan dari tokoh agama setempat dan budayawan PC Lesbumi NU Jepara.
Muhammad Ali Burhan, budayawan PC Lesbumi NU Jepara, menjelaskan filosofi di balik tradisi ini.
“Telur dalam tradisi To’dok Telok melambangkan dunia, sedangkan tusuknya adalah ajaran Rasulullah yang menuntun kehidupan,” terangnya.
Ia juga menambahkan bahwa tradisi yang awalnya dibawa oleh diaspora Sulawesi ini kini dirawat bersama oleh berbagai komunitas di Kemujan, termasuk Bugis, Mandar, Madura, dan Jawa.
“Alhamdulillah hingga kini tradisi ini masih terjaga dengan baik. Ini merupakan salah satu ekspresi cinta ke Rasulullah SAW,” ungkapnya.
Ia mengajak jemaah untuk mengkaji Surat At-Taubah ayat 128, menekankan pentingnya meneladani sifat Rasulullah SAW yang penuh kasih sayang dan rela berkorban.
Burhan juga menguraikan tiga tingkatan dalam memahami Rasul: suroh (bentuk lahir Nabi), siroh (perjalanan hidup), dan sariroh (perasaan serta batin Nabi).
Menurutnya, To’dok Telok adalah manifestasi nyata dari bagaimana masyarakat meneladani siroh dan sariroh Nabi melalui tradisi yang menumbuhkan empati, kebersamaan, dan berbagi.
“Mari kita cintai Nabi dengan menjaga tradisi ini. Sebab tradisi adalah jalan untuk menanamkan kasih sayang Rasul dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Safi’i, tokoh masyarakat Jelamun, menuturkan bahwa tradisi ini memperkuat identitas Kemujan sebagai desa wisata berbasis budaya dengan akar religi.
Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Festival To’dok Telok, yang puncaknya adalah arak-arakan di Lapangan Telaga pada Jumat (5/9/2025) sore, melibatkan berbagai komunitas diaspora.
“Tradisi ini bukti nyata bahwa budaya dan agama bisa berjalan beriringan. Dari sinilah Kemujan bisa berkembang sebagai desa wisata yang unik,” ujarnya.
Mbah Moh. Sakim, pengurus Mushola Bustanul Mukminin, mengajak jemaah untuk terus meramaikan mushola sebagai pusat ibadah dan kebersamaan.
Kegiatan To’dok Telok ini juga dihadiri oleh mahasiswa KKN Universitas Islam Sultan Agung (Unisula), yang turut merasakan kebersamaan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW bersama warga.
Editor: Arif