Lestari Moerdijat: Keragaman Pulau dan Suku Bukan Kelemahan, Tapi Kekuatan Indonesia
- account_circle Fatwa Fauzian
- calendar_month 1 jam yang lalu
- visibility 915

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR RI secara virtual kepada ratusan anggota Forum Komunikasi Disabilitas Kudus (FKDK).
KUDUS – Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat (yang akrab disapa Rerie), menekankan pentingnya merawat kebhinekaan sebagai modal sosial terbesar bangsa Indonesia dalam menghadapi krisis multidimensi.
Pesan ini disampaikannya saat memberikan sosialisasi Empat Pilar MPR RI secara virtual kepada ratusan anggota Forum Komunikasi Disabilitas Kudus (FKDK).
Acara yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan DPRD Kabupaten Kudus pada Minggu (7/12/2025) menjadi momentum untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan di tengah tantangan global dan internal.
Dalam sambutannya, Rerie mengingatkan bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis multidimensi. Faktor internal seperti penurunan penghargaan terhadap kemajemukan dan pemahaman agama yang sempit, serta faktor eksternal berupa arus globalisasi dan persaingan antar bangsa, menjadi tantangan yang nyata.
“Mau atau tidak mau, sadar atau tidak sadar, kita harus menyadari bahwa saat ini kita berhadapan dengan krisis multidimensi. Isu SARA, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama jika terus didiamkan akan membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan perlunya penguatan National Character Building melalui empat konsensus kebangsaan: Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Secara khusus, ia menyoroti pilar Bhinneka Tunggal Ika sebagai fondasi perekat di tengah keragaman geografis dan demografis Indonesia.
“Kita memiliki lebih dari 13.700 pulau, ratusan suku bangsa, dan keragaman budaya. Letak geografis dan bentang alam yang berbeda ini sesungguhnya bukan kelemahan, melainkan kekuatan yang memperkaya kebinekaan kita,” tegasnya.
Politisi Partai NasDem ini menjelaskan bahwa keberagaman harus dimaknai sebagai modal sosial untuk membangun bangsa yang maju dan sejahtera. Ia memperingatkan bahwa jika keberagaman tidak dikelola dengan baik dalam bingkai persatuan, hal itu justru dapat memicu konflik dan perpecahan.
“Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi pada hakikatnya satu. Kesatuan adalah upaya untuk mempersatukan perbedaan suku, adat istiadat, ras, dan agama untuk menjadi satu yaitu bangsa Indonesia,” tambahnya.
Menutup sambutannya, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk teman-teman disabilitas di Kudus, untuk terus mengisi kemerdekaan dengan menjaga persatuan demi tercapainya keadilan sosial.
“Mempertahankan persatuan dan kesatuan adalah sebuah keniscayaan. Berbeda-beda dan bersatu mengisi perjuangan adalah mandat yang diberikan para founding fathers kepada kita sebagai penerus bangsa,” pungkasnya.
Acara sosialisasi ini berlangsung khidmat dan antusias, dengan kehadiran ratusan peserta dari FKDK yang berkomitmen untuk turut menjaga nilai-nilai luhur bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
Editor: Arif
- Penulis: Fatwa Fauzian
