Breaking News
light_mode

Tawuran, dan Cara Anak Mengisi Kebosanan

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month Sen, 30 Jul 2018
  • visibility 28

Akhir pekan, Sabtu (16/12) lalu Polres Pati menangkap setidaknya 25 anak
yang baru gede. Masih berseragam, mereka pelajar setingkat SMP. Para pelajar
yang semuanya laki-laki ini bergerombol di sebuah warung di dekat SPBU. Saat
diamankan, salah satu dari mereka kedapatan membawa satu buah clurit dan juga
regam.
Mereka hendak tawuran, namun sebelum pecah tawuran itu, gelagat mereka
sudah tercium aparat dan akhirnya mereka disikat, lalu diamankan ke Mapolres.
Guru dari sekolah bersangkutan diundang. Begitu pula para orang tua pelajar
belia itu.
Belakangan, kabar dari beberapa kawan intelijen, terindikasi pelajar di
beberapa sekolahan memang hendak menggelar hajat tawuran. Cerita yang
berkembang, sejak lama beberapa sekolahan memang pelajarnya kerap baku hantam. Aksi
tawuran boleh dikatakan sebagai aksi turun temurun, warisan dari kakak kelas
mereka bertahun-tahun. Ironis.
Gambaran singkatnya, kelas 3 tawuran dengan sekolah lain, adik kelas
diajak. Kemudian kesempatan lain ada tawuran, adik kelasnya diajak lagi. Jadi
ada semacam regenerasi dalam dinamika tawuran pelajar yang terjadi. Dengan
begitu, satu sekolah dengan sekolah lain punya sisi emosional saling balas yang
kuat sekali di kalangan siswanya. 
Melihat hal itu, saya jadi teringat apa yang dikatakan Jean Piget,
psikolog asal Swiss yang mengembangkan teori perkembangan kognitif. Kaum muda
termasuk para pelajar, termasuk dalam tahap pemikiran formal-operasional (formal-operational thought).
Pada masa ini, mereka mencoba menyusun hipotesa dan menguji berbagai
alternatif pemecahan masalah hidup sehari-hari. ”Kini, ia makin menyadari
keberadaan masalah-masalah disekelilingnya. Salah satunya, bagaimana
membuktikan kesetiakawanan.”
Nah sisi kesetiakawan yang keliru itulah yang banyak terjadi, saat
terjadi gesekan yang berujung pada aksi tawuran. Konsekuensi logis sesuai
perkembangan kognitifnya itu mengatakan, supaya ia mengikuti segala aturan
kelompok, walaupun aturan kelompok itu negatif, misalnya tawuran. Ini adalah
salah satu bentuk uji coba pemecahan masalah untuk anak susia mereka.
Itu dari segi internal psikologi para pelajar muda. Sedangkan masih ada
beberapa faktor, yang mana faktor itu cukup penting diperhatikan. Selama ini
yang sering terjadi tawuran merupakan pelajar dalam tanda kutip, sekolahnya
yang kurang kegiatan, atau ada kegiatan tapi kurang menarik bagi siswanya. Hal
ini dibenarkan salah satu polisi saat saya tanyakan tentang faktor dari sekolah
itu sendiri.
”Para pelajar yang suka tawur ini, memang dari sekolahan yang kurang kegiatan,”
katanya singkat. Hal ini bisa jadi benar, sebab rata-rata usai sekolah para
pelajar yang sering terlibat tawuran ini menghabiskan waktu kongkow-kongkow
dengan temannya, begitupun saat ditangkap, mereka sedang kongkow di sebuah
warung.
Saat bergerombol kepercayaan diri akan meningkat, dan menyulut untuk baku
hantam sangat mudah sekali.
Melihat fenomena ini, tentu pihak sekolah mesti berbenah. Sebagai
penyedia jasa pendidikan, dan berkewajiban mendidik siswanya, tentu harus ikut
bertanggung jawab meminimalisir terjadinya aksi tawuran ini.
Bisa jadi tiap sekolahan pasti punya kegiatan diluar jam pelajaran.
Biasanya ada ekstrakurikuler, tapi entah sebagaimana pengalaman saya sekolah
dulu, tak jarang ektrakurikuler hanya kegiatan rutinitas membosankan. Hingga
banyak anak yang memilih kabur, dan bermain di luar sekolah hingga aktivitasnya
tak terkontrol, lalu pada akhirnya terlibat aksi tawuran antar pelajar.
Memang banyak faktor, tapi saya rasa faktor kegiatan di sekolahan memang
harus digalakkan. Guru harus mampu menjadikan sekolah sebagai tempat yang
menyenangkan. Kegiatan-kegiatan di luar pelajaran mesti dibuat sevariatif
mungkin, agar anak kerasan berkegiatan di sekolah. Baik itu kegiatan olahraga
maupun seni.
Kembali soal aksi tawuran, hal itu tak serta merta anak yang mesti
disalahkan, kita juga patut berbenah diri. Polisi, guru, terlebih orang tua itu
sendiri. Jika dilihat dari beberapa hal yang telah terjadi, tawuran pelajar
menurut saya memang cara terbaik anak mengisi kebosanan. Sebab di sekolahan
guru belum menyediakan ruang yang menyenangkan bagi mereka. Tak salah mereka
mengaktualisasikan diri unjuk kebolehan adu jotos di arena bebas. Begitu. (Achmad Ulil Albab)

Artikel ini pernah dimuat di harian “Tribun Jateng” versi cetak   

  • Penulis: Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Hari Jadi ke 269 Blora, Inilah Daftar Kemeriahannya

    Hari Jadi ke 269 Blora, Inilah Daftar Kemeriahannya

    • calendar_month Sel, 4 Des 2018
    • account_circle Redaksi
    • visibility 36
    • 0Komentar

    BLORA – Kabupaten Blora memasuki usianya ke 269 pada tahun 2018 ini. Untuk menyambut peringatan hari jadi tersebut, Pemkab Blora menyiapkan beragam suguhan hiburan kepada warganya. Kemeriahan pesta hari jadi ini berlangsung sejak 4 Desember hingga 23 Desember mendatang. Kemeriahan hari jadi dimulai dengan kegiatan olahraga. Seperti kejuaraan bola voly Bupati Cup yang digelar di […]

  • DPRD Pati Setujui Raperda Perlindungan Nelayan dan Pegaraman untuk Kesejahteraan Masyarakat

    DPRD Pati Setujui Raperda Perlindungan Nelayan dan Pegaraman untuk Kesejahteraan Masyarakat

    • calendar_month Rab, 18 Sep 2024
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 42
    • 0Komentar

    PATI – DPRD Kabupaten Pati mengadakan rapat paripurna untuk membahas beberapa agenda penting. Rapat ini dipimpin oleh Ketua DPRD Pati, Ali Badrudin, dan dihadiri oleh Pj Bupati Pati. Salah satu agenda utama adalah membahas hasil evaluasi Gubernur Jawa Tengah terhadap Raperda RPJPD 2025-2045. Selain itu, rapat juga membahas persetujuan bersama mengenai rancangan perubahan APBD Kabupaten […]

  • Bunda PAUD Pati Ajak Orang Tua Batasi Penggunaan Gadget pada Anak

    Bunda PAUD Pati Ajak Orang Tua Batasi Penggunaan Gadget pada Anak

    • calendar_month Jum, 25 Jul 2025
    • account_circle Fatwa Fauzian
    • visibility 41
    • 0Komentar

    PATI – Bunda PAUD Kabupaten Pati, Atik Kusdarwati Sudewo, hadir dalam Gebyar PAUD Tahun 2025 yang diselenggarakan di SPNF SKB Pati. Acara bertema “Mewujudkan Generasi Adaptif, Rajin, Unggul, dan Berdaya Saing Menuju Indonesia Emas” ini menampilkan beragam kreativitas anak-anak PAUD, mulai dari senam bersama dan tari garuda hingga lomba menyanyi dan paduan suara, Jum’at (25/7/2025). […]

  • Gelar Pasar Murah, Warganya Dilayani Bupati Pati

    Gelar Pasar Murah, Warganya Dilayani Bupati Pati

    • calendar_month Kam, 7 Jun 2018
    • account_circle Redaksi
    • visibility 40
    • 0Komentar

    PATI – Pemkab Pati menggelar pasar sembako murah siang kemarin (7/6/2018). Pasar murah digelar di depan Kantor Kecamatan Jaken. Kegiatan yang digelar menyambut lebaran ini pun memiliki daya tarik yang luar biasa. Bahkan, Bupati Haryanto melayani warga yang ingin membeli sembako dengan harga miring tersebut. Praktis orang nomor satu di Kabupaten Pati itu harus berdesak-desakkan dengan […]

  • Full Menyerang Persijap Gagal Kalahkan Persela Lamongan

    Full Menyerang Persijap Gagal Kalahkan Persela Lamongan

    • calendar_month Sab, 1 Okt 2022
    • account_circle Redaksi
    • visibility 37
    • 0Komentar

    Statistik pertandingan yang seharusnya membuat Persijap Jepara menang minimal 3 gol lebih. Tampil agresif sepanjang 90 menit tidak mampu membuat Persijap Jepara mengamankan poin penuh di kandangnya. Bahkan hampir saja tim tamu Persela Lamongan membikin malu Laskar Kalinyamat. JEPARA – Data statistik di akhir pertandingan menunjukkan dominasi Persijap Jepara atas Persela Lamongan, Sabtu (1/10/2022) di […]

  • KuIiner keIo merico ikan manyung khas Pati

    Kelo Merico Manyung Kuliner khas Pati Pedas dan Asem

    • calendar_month Kam, 9 Nov 2023
    • account_circle Abdul Adhim
    • visibility 38
    • 0Komentar

    KuIiner keIo merico ikan manyung khas Pati

expand_less