KUDUS – Rumah Sakit Islam (RSI) Sunan Kudus melaporkan peningkatan kasus HIV yang menjalani pengobatan antiretroviral (ARV). Direktur RSI Sunan Kudus, Dr. Syaifudin, menyatakan keprihatinan tidak hanya pada pengobatan, tetapi juga pencegahan yang melibatkan edukasi dan pendekatan keagamaan.
“Fokus kita adalah menjaga pasien tetap sehat dan produktif, namun mencegah penularan baru sama pentingnya,” tegasnya.
Dr. Syaifudin menekankan perlunya sinergi pemerintah, lembaga pendidikan, dinas sosial, dan tokoh agama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup sehat, khususnya terkait hubungan seksual.
Ia menyebut penularan HIV masih didominasi oleh perilaku seksual berisiko, seperti hubungan seks bebas dan LSL, serta minimnya penggunaan kondom.
“Penularan terbesar dari hubungan seksual tidak aman, ini harus jadi perhatian bersama,” ujarnya.
Sebagai kota santri, Kudus seharusnya memiliki pendekatan unik dalam edukasi. Dr. Syaifudin menyayangkan jika materi keagamaan hanya fokus pada hafalan dan hukum fikih tanpa membahas isu kesehatan seperti HIV dan seksualitas secara bijak dan terbuka.
“Peran kiai dan ustaz sangat strategis. Mereka harus membahas ini dalam ceramah, jangan tabu. Pengetahuan hukum saja tidak cukup tanpa pencegahan,” tambahnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat untuk tidak mengabaikan ancaman HIV. Upaya bersama dibutuhkan agar Kudus unggul tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga pencegahan berbasis edukasi, moral, dan keagamaan.
“Ini bukan hanya tugas medis, tapi tugas sosial dan moral kita bersama,” pungkasnya.
Editor: Arif